10. Karma

38 4 0
                                    

Karma itu pasti ada, tapi gak nyangka aja datengnya secepet ini.

***

Setelah Revina berhasil menjaili Soni dengan tingkahnya itu. Soni langsung meminta untuk segera pulang karena badannya terasa sangat lemas akibat tadi muntah-muntah. Revina hanya mengiyakan saja permintaan Soni.

Saat mereka sudah berada di dalam mobil Soni hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun.

"Kenapa? Cepetan jalan!". Nada bicara Revina terdengar ketus.

"Loe yang nyetir ya! Gue lemes banget". Pinta Soni dengan suara gemetar.

"Gila...gue belum punya SIM, gue juga belum belajar nyetir mobil".

"Nanti gue ajarin, tenang aja gak bakal ditilang kok. Bokap gue komandan polisi di daerah sini".

"Jangan mentang-mentang bokap loe polisi loe bisa seenaknya".

"Loe mau gue ajak mati?". Kini nada bicara Soni sedikit meninggi karena merasa kesal.

"Ogah banget". Revina memalingkan wajahnya.

"Yaudah cepetan nyetir!".

"Emang kalo gue yang nyetir gak ada resiko kalo kita gak bakalan mati?".

"Nanti gue ajarin". Keukeuh Soni.

Revina terdiam cukup lama. Sampai akhirnya dia membuka seatbelt-nya dan berniat membuka pintu mobil.

"Loe mau kemana?". Tanya Soni heran.

"Pulang lah".

"Oh...mau tukeran tempat sama gue?".

"Gak juga".

"Terus?".

"Gue mau pulang naik taksi aja".

"Terus gue gimana?".

"Ya itu derita loe. Yang pasti gue gak mau nyetir mobil loe".

Revina membuka pintu mobilnya dan langsung turun meninggalkan Soni yang masih menatap ke arahnya dengan tatapan kesalnya.

"Gue tau tadi itu kelakuan loe". Gerutu Soni pelan.

***

Setelah pergi meninggalkan Soni, Revina berjalan mencari taksi. Sepanjang jalan tidak ada taksi yang mau berhenti dan membawanya pulang. Dia terus berjalan dan berhenti di tempat halte bus untuk beristirahat.

"Karmanya cepet banget nyampenya. Gue jadi sial gini". Gerutu Revina.

Dia benar-benar merasa kesal. Tempat Halte bus itupun sangat sepi, tidak ada orang satupun. Revina menundukan kepalanya melihat sepatu putihnya yang mulai terlihat kotor. Menghela nafasnya dan bersenandung kecil.

"Eh bodoh banget gue, kenapa dari tadi gak telepon Rifki aja. Gue sampe lupa kalo punya pacar".

Revina mengambil ponsel di dalam sakunya karena saat itu dia tidak membawa tas. Dia mencari kontak Rifki untuk menelponnya.

LOVE STORY RISKI REVINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang