Hari ini adalah pesta merayakan kelulusan. Semua datang menggunakan gaya pakaian mereka masing-masing. Semua di wajib kan memakai topeng untuk menutupi wajah mereka. Entah apa yang di pikirkan sama panitia.
"Nih minuman mu" Jaemin menyodorkan gelas berisi jus jeruk.
"Thanks" Jeno tersenyum.
Mereka berdua tidak tertarik untuk menari. Mereka hanya berdiri sambil melihat teman-temannya menari. Dua orang mendekati mereka lalu menarik nya ke tengah dan menyuruh mereka berdansa.
Jeno dan Jaemin akhirnya menggerakkan badan mereka. Semua yang ada disana bertepuk tangan dan ikut menari.
"Ohhh.... Jaemin tarian mu sungguh waww...." goda Jeno.
"Kau juga Jen" Jaemin tersenyum.
Jaemin menarik tangan Jeno menuju ke tempat yang sepi.
"Apa yang kau lakukan? Aku ingin menari" Jeno menatap Jaemin.
"Jen ada yang ingin ku katakan"
"Katakan lah"
"Aku sebernarnya menyukai mu. Apa kau mau jadi pacar ku?"
Jeno membuka mulut nya.
"Ehhh..... Kau bercanda kan ulang tahun ku masih beberapa hari lagi" Jeno menepuk pundak Jaemin.
"Aku serius Jen!" Jaemin menaikkan nada suaranya.
Jeno yang awal tersenyum riang menjadi tertawa canggung dan mundur beberapa langkah dari Jaemin. Dia tidak tahu siapa yang dia tabrak. Lalu dia berbalik dan meninggalkan Jaemin.
"Jaemin bodoh" Jaemin menunduk sambil mengusap kasar rambutnya.
Semenjak kejadian itu Jaemin tidak melihat Jeno sama sekali. Dia pernah mendatangi apartemen Jeno tetapi penghuni apartemen itu sudah pindah ke luar negeri.
Hari-hari Jaemin kembali seperti sebelum duduk di samping Jeno "membosankan". Bangun di pagi hari untuk siap-siap kuliah dan sorenya dia di sibukkan dengan tugas-tugas yang harus dia kerjakan. Jaemin sedang menjadi mahasiswa kedokteran di universitas favorit di Seoul.
"Hahhh......" Jaemin meregangkan tubuh nya dan melihat ke handphone nya.
"Hmm.... 01.40AM waktunya untuk tidur" Sebelum mematikan handohone nya tanpa sengaja melihat lockscreennya.
Di sana ada foto Jeno yang di ambil lewat handphone Jaemin saat pertama kali dia membeli handphone. Tanpa sadar Jaemin tersenyum lalu mematikan handphonenya.
Jaemin berbaring di atas kasur.
"Selamat malam Jeno"
Sudah menjadi rutinitas Jaemin sebelum dia tidur mengucapkan "selamat malam" untuk Jeno. Dia berharap Jeno merasakan itu dan semoga dia mimpi indah.
13 tahun kemudian.
Jaemin sedang bersiap untuk menghadiri reuni sekolahnya dulu.
"Jinkyung apa kau benar tidak bisa ikut?" tanya Jaemin ke istrinya.
"Maaf kan aku, aku ada tugas mendadak aku harus cepat, bye" Jinkyung menghampiri Jaemin lalu mencium pipi nya.
Sudah biasa buat mereka harus mendadak ke rumah sakit karena panggilan mendadak. Jaemin dan istrinya ini sama-sama dokter. Mereka bersahabat dari awal masuk kuliah sampai kerja dan memutuskan untuk menikah 3 tahun yang lalu. Mereka sudah di karuniai malaikat kecil bernama Na Jaeno.
"Ayo ikut appa jagoan" Jaemin menggendong Jaeno lalu berjalan keluar dari rumah mereka.
Lokasi tempat reuni dengan rumah Jaemin tidak terlalu jauh jadi dia hanya berjalan kaki untuk ke temoat itu. Sampi disana, banyak yang sudah berada di sana. Kebanyakan mereka sudah berkeluarga seperti dia. Tempat ini lebih tepatnya menjadi cafe anak-anak bukan cafe untuk reuni.
"Ah Jeno tidak datang?"
"Aku tidak tahu, dia tidak ada kabar setelah pesta kelulusan"
"Jaemin kau tahu keadaan Jeno?"
"Aku tidak tahu"
Kling
"Apa kalian mencariku?"
Semua orang menatap orang yang ada di pintu. Dan itu Jeno dengan santau nya dia datang lalu duduk di samping Jaemin yang kebetulan kosong.
"Kenapa kalian diam? Tenang aku bukan hantu" Jeno tersenyum.
Semua yang ada di sana memberi pukulan ke Jeno dan Jeno hanya bisa mengaduh dan minta maaf.
"Jelaskan ke kami kenapa kau menghilang?"
"Hmm.... Aku harus ikut kakak ku pindah ke luar negeri tetapi setelah 1 tahun di luar negeri aku pulang ke Korea lalu tempat yang aku tinggali itu di rampok. Semua barang-barang berharga ku hilang. Untung saja aku ingat nomer hyung ku dan meminta nya untuk membelikan handphone baru. Setelah itu aku fokus kuliah dan sekarang aku jadi guru di sekolah khusus laki-laki" Jeno menyombongkan diri.
"Kan kau bisa menghampiri salah satu dari kami"
"Hehehe.... Aku lupa. Oh ya? Apa semua anak kecil yang di sana adalah anak kalian?"
Semua mengangguk.
"Oh iri nya aku.... Aku masih stay menjomblo"
"Eh tapi kenapa kau bisa mengetahui kami berada di sini?"
"Ah tempat tinggal ku tidak jauh dari sini. Aku sedang jalan-jalan dan melihat kalian semua ada di sini dan aku masuk saja"
Semua ber"oh" ria kecuali Jaemin. Dia terus memandang wajah orang yang ada di depannya.
"Oi Jaemin anak mu menangis tuh"
Jaemin menatap orang itu dan mengangguk. Dia menghampiri Jaeno dan membawanya kembali duduk ke tempat dia semula.
"Oh.... Halo jagoan siapa nama mu?" tanya Jeno.
"Nama ku Na Jaeno" Jaeno menyembunyikan wajahnya di baju Jaemin.
"Ohoo... Jaemin kau tidak pandai mencari nama" Jeno menyenggol bahu Jaemin dan di balas Jaemin dengan senyuman.
"Nama paman Jeno, nama kita hampir sama. Biarkan appa mu berbincang dengan teman-temannya main lah dengan teman-teman yang ada disana" Jeno mengelus rambut Jaeno sambil tersenyum.
Jaeno mengangguk lalu turun dari pangkuan Jaemin dan menghampiri teman-temannya.
"Oho..... Jeno kau sudah cocok jadi appa cepatlah cari orang yang kau cintai"
"Orang yang ku cintai sudah menikah dan juga aku tidak ingin menikah" Jeno tersenyum.
Entah kenapa badan Jaemin seperti di siram air panas mendengar perkataan Jeno. Tetapi dia mencoba untuk ber positif thinking.
TBC
Gimana woy lah sepi amat
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Want To Be Your Friends
FanfictionJeno pelajar yang bodoh. Semua nilainya di bawah rata rata. Suatu saat di sekolah nya ada kegiatan rolling tempat duduk. Jeno duduk bersama Jaemin siswa pintar yang sangat pendiam. Belum lagi dengan tugas dari guru yang pintar harus mengajari yang t...