14 : Jimmy

462 67 4
                                    

Ting tong ting tong ting tong ting tong ting tong

Jeno terbangun mendengar suara bel yang bar-bar. Ingin sekali di memaki orang yang mengganggu tidur nya.

"Siapa yang........"

"Paman Jeno"

"Oh hyung kau kembali ke korea?" tanya Jeno.

"Hmm..... Urusan Johnny sudah selesai dan aku bosan tinggal di luar negeri" Jaehyun memeluk adiknya.

"Lalu kenapa kau kesini?" tanya Jeno.

"Aku ingin menitipkan Jimmy ke padamu, hyung ada urusan" Jaehyun tersenyum manis.

"Bilang saja kau ingin berlibur dengan suami mu. Berapa hari?"

"1 minggu, bye bye Jimmy jadi anak yang baik" Jaehyun berjalan meninggalkan apartemen Jeno.

Jeno menutup pintu apartemennya dan melepas jaket Jimmy. Seo Jimmy adalah anak angkat dari Seo Johnny dan Seo Jaehyun. Mereka mengangjat Jimmy menjadi anaknya waktu di Amerika. Jimmy di tinggalkan orang tuanya di depan panti asuhan saat dia baru lahir. Sekarang Jimmy berusia 5 tahun.

"Jim sudah sarapan?"

"Sudah paman, paman aku ingin bermain di taman yang ada di depan sana"

"Oke lihat lah tv dulu paman mau mandi dan sarapan dulu"

Jimmy mengangguk dan menyalakan tv. Sedangkan Jeno dia mandi lalu memakan serealnya di meja makan. Setelah itu mereka berjalan menuju taman. Sampai di sana, Jimmy berlari karena dia senang di bawa ke taman.

"Paman kesini dorong aku" Jimmy melambaikan tangan ke Jeno.

Jeno hanya tersenyum dan menuruti apa yang di mau Jimmy. Dia merasa ada yang menabrak kakinya.

"Halo paman Jeno"

"Oh Jaeno kenapa kamu di sini? Apa tetangga mu juga main di sini?" tanya Jeno.

Jaeno menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Jaeno sudah izin ke bibi buat ke taman karena Jaeno merasa paman akan datang ke sini" Jaeno memeluk kaki Jeno.

*Ku buat Jaeno ini gak cadel soalnya takut ada yang gak paham dan aku juga gimana gitu kalo ngetik cadel. Udah anggap aja si Jaeno ini terlalu pintar dan jago banget bicara :". Jangan bully aku :"

"Paman dia siapa?" Jimmy turun dari ayunan lalu berdiri di samping Jeno.

"Oh ya Jimmy ini Jaeno dia lebih mudah dari mu dan Jaeno ini Jimmy hyung"

"Jaeno ayo kita berteman" Jimmy mengangkat tangannya.

"Ayo!" Jaeno mengikuti Jimmy.

Akhirnya mereka berdua bermain bersama sedangkan Jeno duduk di kursi sambil mengamati. Seseorang duduk di sebelahnya.

"Apa mereka anak mu? Lucu sekali"

"Ah ahjumma mereka bukan anak ku. Yang tinggi itu anak kakak ku sedangkan yang pendek anak teman ku" jelas Jeno.

"Ah maaf ku kira mereka anak mu karena kau yang menjaganya" ahjumma itu tersenyum malu.

"Tidak apa-apa ahjumma semua orang juga akan mengira ku seperti itu"

"Ahjumma pergi dulu ya, kalau kalian haus mampir saja ke kedai ahjumma yang ada di sana"

Jeno hanya mengangguk dan tersenyum. Jimmy dan Jaeno berjalan menuju ke Jeno.

"Paman ayo kita lapar ayo ke kedai itu" Jimmy menggenggam tangan Jeno.

Jeno hanya mengangguk lalu menuju ke kedai yang ada di dekat taman. Mereka makan siang di sana. Kedai itu ramai dan makanannya enak semua. Kedai itu akan menjadi langganan Jeno mulai saat ini.

"Oh kau pemuda yang tadi, ahjumma kasih patbingsu (es serut kacang merah). Semoga kalian suka" ahjumma itu tersenyum.

"Bilang apa ke ahjumma?" tanya Jeno.

"Terimakasih" Jimmy dan Jaeno membungkukkan badannya lalu tersenyum.

"Aigoo kalian manis sekali, ahjumma pergi dulu ya pelanggan hari ini sangat banyak" ahjumma itu pergi meninggalkan meja mereka.

Jimmy dan Jaeno memakan patbingsu itu dengan lahap membuat Jeno yang melihat itu tersenyum.

"Jaeno habis ini pulang ya, kasihan eomma appa mu" Jeno mengelus rambut Jaeno.

Jaeno merapatkan duduknya ke Jimmy sambil menggeleng. Dan di balas Jimmy dengan memeluk Jaeno.

"Paman Jaeno tinggal bersama kita saja, aku akan menjadi anak yang baik aku janji" Jimmy menunjukkan jari kelingking nya.

Jeno hanya tersenyum.

"Jimmy, Jaeno masih punya orang tua. Kalau orang tua nya mencari bagaimana?" tanya Jeno.

Mereka mulai menangis, semua pelanggan menatap ke meja Jeno. Jeno menyuruh mereka berhenti tetapi mereka malah kencang menangisnya.

"Oke oke Jaeno ikut kita, sudah jangan menangis"

Mereka berdua berhenti menangis lalu ber-tos ria. Setelah membayar makanan mereka menuju ke apartemen. Jimmy dan Jaeno sedang tidur di kasur sedang Jeno duduk di sofa sambil menggigit kukunya.

"Kenapa aku tidak meminta nomer nya sih ah... Bodo kau Jeno. Kalau mereka memanggil polisi bagaimana?  Ah kan mereka tidur lebih baik aku menggendong Jaeno dan menuju ke rumahnya"

Dengan hati-hati Jeno menggendong Jaeno dan berjalan menuju ke rumah Jaemin. Sampai di sana, Jeno menekan belnya dan menunggu penghuninya keluar.

Plak

Jeno kaget dengan tamparan tiba-tiba di pipinya dan membuat Jaeno terbangun.

"Berani sekali kau mengambil anakku" teriak Jinkyung.

"Aku hanya mengembalikannya dia tidak ingin pulang. Kalau kau tidak percaya tanya saja sama Jaeno"

Jaeno mempererat pelukan di leher Jeno. Orang yang tinggal di dekat sana keluar karena keributan yang di buat mereka.

"Jaeno kita sudah sampai di rumah lihat eomma sudah menunggu" Jeno tersenyum sambil mencoba melepas pelukan Jaeno.

Jaemin pun keluar karena mendengar teriakan Jinkyung.

"Ada apa?" tanya Jaemin.

"Lihat dia menculik anak kita" Jinkyung menunjuk Jeno.

"Jaemin bantu aku melepas Jaeno" suruh Jeno.

Jaemin mengangguk lalu membantu Jeno. Jaeno menangis karena dia tidak ingin pisah dengan Jeno.

"Paman besok akan ke sini, sekarang Jaeno sama appa sama eomma dulu kasihan Jimmy di rumah sendirian" Jeno mengelus rambut Jaeno.

"Siapa yang mengijinkan mu datang ke sini besok?" tanya Jinkyung.

"Aku sendiri kenapa?"

"Tidak kau besok tidak boleh ke sini"

"Makanya berhentilah bekerja dan urus anak mu dengan baik"

"Apa hak mu menyuruh ku"

Jeno hanya mengangkat kedua bahunya sambil tersenyum miring. Dia pamit ke Jeno dan pulang ke apartemennya.

Jeno sedang menonton televisi untuk mengusir kegabutannya. Akhirnya Jimmy bangun dan menghampiri Jeno.

"Paman di mana Jaeno?" tanya Jimmy sambil mengusap kedua matanya.

"Appa dan eomma nya menjemputnya" jawab Jeno.

"Owh, paman lapar"

Jeno berdiri lalu membuatkan makanan untuk Jimmy.

TBC
Vomment !!!

Just Want To Be Your FriendsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang