Menyatakan rasa itu sulit, yang
pernah mengalami pasti paham rasanya.
Jadi jangan salahkan aku jika aku
masih menyimpannya sendirian.r e t u r n —
: :
05 - NOT HIM
: :
Rion atau Rigel?—
Dua-duanya susah ditolak, gimana dong? :(: :
:: Orion
Rasi, kantin bareng mau?"Siapa?"
Rigel bertanya dengan wajah datar, dia mendongak menatap Rasi yang masih setia menunggunya di UKS hingga jam istirahat begini. Rigel baru menyelesaikan memakan roti pemberian Rasi, dan hukuman dari Pak Surip dibatalkan karena Rigel sedang kurang sehat.
"Rion ...." Rasi menjawab pelan.
Rigel mendengkus pelan. "Nggak usah dijawab," ucapnya tegas menatap Rasi sesaat lalu turun dari kasurnya hendak membuang plastik bungkus rotinya.
Rasi hanya mengulum bibirnya. Gadis itu kembali meletakkan ponselnya dan menatap Rigel. Cowok itu tidak menjawab pertanyaannya tadi, dan malah mengalihkan obrolan mereka.
"Rig, jawab."
"Eh, itu apa? Roti? Buat gue? Sini, tumben gue belum sarapan."
Rasi tidak mengerti. Tapi ada yang aneh dari cara Rigel menolak Rasi bertemu dengan Rion. Seperti memaksa? Ada apa dengan Rigel?
Tadinya Rasi mau bertanya, tapi dia urung saat melihat bahwa Rigel seperti bad mood dan tidak ingin banyak bicara. Alhasil, Rasi menyerah dan mengikuti kemauan Rigel.
Rigel kembali sambil membawa ranselnya. Lelaki itu sudah kelihatan lebih sehat walaupun bibirnya masih nampak pucat. Rigel kemudian mengeluarkan sebuah buku catatan dengan label nama tertulis jelas disana, Vanesha Rasi XI IPA 2.
"Nih, buku catatan lo. Udah gue catetin lengkap," ucap Rigel menyerahkan buku itu.
Rasi memang gadis yang sedikit istimewa, sampai-sampai dia dijauhi dan tidak disukai banyak murid di sekolahnya. Sebuah kelainan yang membuatnya jika menulis akan menghabiskan satu lembar kertas untuk menulis satu huruf. Itulah alasan kenapa Rigel selalu dekat dengan Rasi, menemani kemanapun gadis itu pergi, dan selalu menyempatkan diri untuk menulis catatan untuk Rasi seperti ini.
Rigel tahu saat tak sengaja main ke rumah Rasi dan mendapati Gema, abang Rasi, menulis catatan untuk Rasi. Dari sanalah Rigel dan Gema mengenal, lalu Rigel menawarkan diri untuk mencatatkan catatan itu untuk Rasi mulai saat itu.
"Makasih, Rig," ucap Rasi lirih.
Rigel tersenyum. Dia mengusap pelan puncak kepala Rasi sambil memandang setiap inci wajah cantik yang membuatnya pernah tobat itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
Teen FictionLet's return our story © namudedo, 2020 write 01.07 // 01.10