jika aku tahu sejak awal, apakah kisah ini masih akan tetap sama?
' ' '
BAGIAN 11
: :
“Lagi apa?”
Pertanyaan dari Rion membuat Rigel menoleh, ia menaikkan alis dan mengulum bibirnya. Dia baru saja melamun, entahlah, rasanya ada yang aneh di hatinya. Rigel merasa ada sesuatu yang buruk sedang terjadi. Hatinya terasa mendung.
Rigel menggeleng pelan. “Ayah udah makan belum, ya?” tanya Rigel mengalihkan topik. Ia tidak ingin Rion menanyainya lebih lanjut karena ketahuan melamun. Tapi sungguh, Rigel merasa tidak tenang sejak tadi.
“Ayah? Kenapa lo tiba-tiba ....”
“Hah, udahlah. Lupain, gue lagi ngaco,” ucap Rigel mengibaskan tangannya. Ia segera mengambil senampan penuh roti isi diatas pantry dapur dan membawanya menaiki tangga menuju kamar Rion.
Sebenarnya Rigel tidak terlalu suka masuk ke kamar Rion, sama halnya Rion yang enggan memasuki kamar Rigel. Seperti ada atmosfer aneh yang membuat Rigel tidak suka berada di kamar saudaranya. Tapi entah kenapa, hari ini Rigel sangat enteng masuk ke kamar Rion. Oh, apakah karena Rigel sudah mulai menerima Rion sekarang? Ah, tidak, tidak mungkin.
Rigel menggeleng pelan. “Gue mikir apa sih,” gumamnya.
Langkahnya kemudian berbelok, memasuki kamar Rion. Ia terdiam sebentar, matanya mengedar ke segala ruangan mencari nakas kosong untuknya menaruh nampan yang ia bawa sekarang.
Drrttt!
Tersentak kecil, Rigel segera merogoh sakunya dan meletakkan nampan yang ia bawa diatas kasur Rion. Netranya melebar begitu nama ‘Abang Gema’ terpampang jelas disana. Tumben sekali, biasanya Rigel yang selalu Gema lebih dulu.
“Halo, bang?”
“...”
“Bang?”
Rigel mengernyit kecil ketika hanya suara napas menderu yang ia dengar dari ponselnya. Rion yang baru saja datang ikut terdiam ketika tak sengaja mendengar Rigel mengangkat telepon tadi. Matanya menatap Rigel dengan tatapan bertanya dan Rigel hanya menjawab dengan gelengan.
“Bang, jangan nge-prank gue deh,” ucap Rigel sekali lagi, mulai khawatir ketika Gema tak kunjung menjawab. Jujur, sejak tadi perasaannya tidak enak. Semoga ini tidak ada hubungannya dengan—
“Rasi, Rig, Rasi ...”
Rasi.
Mengeraskan rahangnya Rigel akhirnya melepas napasnya yang ia tahan sejak tadi. Lelaki itu mendengkus sembari berjalan cepat menuju keluar. “Kenapa, bang? Rasi kenapa? Lo dimana sekarang? Bang, jawab gue!”
Mata Rigel memerah, ia meneriaki Gema dari telepon. Suara tangis kemudian terdengar di telinga Rigel, suara tangis yang membuat mata Rigel memanas. Jangan bilang ...
“RS Abimanyu, ruang IGD.”
Tut!
Gema segera memutus sambungan dan Rigel mengerti bahwa dia harus segera tiba disana sekarang. Rigel menjatuhkan tangan ke sisi tubuhnya. Ia menatap langit dan menghela pelan lalu segera bergegas mengeluarkan motornya. Apapun nanti, Rigel tidak bisa berharap banyak. Lagipula harapannya memang tidak setinggi itu, Rigel cukup tahu diri bahwa ia memang—
“Rigel!”
Panggilan dari Rion membuat Rigel menoleh. “Apa sih!?” tanya Rigel sewot. Dia sudah hampir ngegas tapi Rion malah menghambatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
Teen FictionLet's return our story © namudedo, 2020 write 01.07 // 01.10