14 - sudah lelah dan ingin menyerah

27 7 6
                                    

: :

katakan pada senja bahwa
mataharinya tengah lelah.

' ' '

BAGIAN 14
- sudah lelah dan ingin menyerah -

: :

"Bisakah kamu bilang pada ayahmu untuk datang menemui saya?"

"Memangnya kenapa, Tuan?"

"Saya berpikir, ayahmu cocok untuk menggantikan posisi saya."

Ares termenung mengingat malam itu saat ia dengan keras kepala memaksa masuk untuk menemui Leo di lapas. Bukan karena apa-apa, ia memang ditugaskan secara diam-diam untuk memantau Rigel dan Rion dan malam itu ia harus melapor bahwa Rigel dan Rion dalam keadaan baik-baik saja. Bisa disebut Ares seperti mata-mata bayaran untuk bahasa kerennya.

Sayang, ia tidak dibayar untuk hal ini.

"Nama lo Ares, kan?"

Pertanyaan dari Resi membuat Ares mengerjap dan menoleh, tersadar bahwa sekarang ia sedang berjalan bersama gadis cantik yang beberapa menit lalu baru ia kenal.

"Iya, lo pasti Resi." Mengedipkan sebelah matanya, Ares belagak sok asik dengan Resi membuat gadis itu yang seharusnya merasa risi karena tingkah Ares malah jadi terkekeh pelan.

"Iyalah, kan tadi udah kenalan," balas Resi sembari tersenyum cantik.

Ares menatap gadis itu cukup lama tanpa berkedip. Senyumannya, membuat Ares candu, tidak kalah dengan senyuman manis Rasi dulu. Langsung membuat Ares terpana dalam sekejap mata.

"Lo kelas apa btw?" tanya Ares beralih topik.

"11 IPA 7, hehe." Resi terkekeh canggung ketika menyebutkan kelasnya. Ares kemudian mengernyit samar.

"IPA 7?" Ares mengulang jawaban Resi dengan nada bertanya.

Resi mengangguk pelan. "Iya, otak gue emang rada---bukan rada lagi sih, emang nub banget. Jadi ya, ya gitu."

Ares terdiam. Dia tahu kelas IPA 7 itu seperti apa. Kelas berisi murid-murid berotak tidak terlalu pandai dengan nominasi paling rendah dari kelas-kelas lainnya. Bukannya merendahkan karena Ares notabenenya anak berotak diatas rata-rata, tetapi Ares hanya heran saja, gadis seperti Resi bisa ditempatkan di kelas terendah seperti itu?

"Nggak usah heran kali." Resi terkekeh ringan lagi ketika mendapati Ares seperti sedang berpikir keras.

"Hm? Nggak kok. Berarti kelas lo deket kelas 10 IPA 1 dong?" tanya Ares mengalihkan topik lagi.

Resi mengangguk. "Kebetulan gue anak jurnal dan deket sama salah satu adek kelas di IPA 1, dia pinter banget sih, heran gue."

"Siapa?"

Resi tersenyum. "Namanya Kejora, cantik anaknya, pinter lagi. Sering ngajarin gue juga, hehe."

Ares mengangkat sebelah alisnya. Namanya Kejora, ya.

: :

"Maksud lo?" Rasi menaikkan alis menatap Rion.

"Yang bikin ayah nabrak lo malam itu, adalah Rigel," jawab Rion. Ia mendudukkan diri disebelah Rasi sambil menatap Rigel dengan sudut bibir tersenyum tipis.

Rigel menghela pelan. Sudah ia duga Rion memang akan seperti itu.

"Gue duluan." Rigel beranjak berdiri.

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang