| | |
happy reading!
- typo ingatkan -: :
"Rion, kamu yakin?"
Fany menatap anaknya itu sedikit cemas. Entah perkara apa hingga membuat Rigel dan Rion benar-benar tidak saling bicara seperti sekarang. Apakah sudah lama? Ah, betapa buruknya ia sebagai ibu tidak tahu-menahu soal ini.
"Aku cuma bosan di sini," balas Rion tanpa menatap Fany.
Fany menghela pelan. "Mama izinkan jika itu maumu. Tapi ... Rigel?" Alis Rion terlihat berkedut saat Fany menyebutkan nama itu. Entah apa masalahnya, tapi sepertinya sangat serius.
Setelah menghantar Fany tadi Rigel berkata akan langsung pergi lagi. Fany curiga ada yang mereka sembunyikan disini.
Rion hanya melengos, tak menjawab.
Fany kemudian mengusap puncak kepala anaknya itu lembut dan tersenyum tipis. "Kalian ada masalah?" tanya Fany yang tentu saja enggan dijawab Rion.
"Kapan mama balik ke Sydney?" tanya Rion mengalihkan topik.
"Mama baru datang, lho," jawab Fany. Ia mendekatkan duduknya pada Rion, menarik anaknya itu untuk menyandarkan kepalanya ke pundaknya. "Mama masih pengen ngunjungin papa kamu. Menyapa Ryona lagi. Dan mungkin tanya ke guru gimana kamu di sekolah."
"Ma ...." Rion merengek membuat Fany tergelak pelan. Tangannya memeluk Rion erat dari samping. Berapa lama ia pergi hingga Rion sudah sebesar ini. Ah, Fany merasa gagal menjadi ibu karena tidak bisa selalu berada disamping anak-anaknya.
"Mama akan tinggal selama kurang lebih dua minggu. Banyak yang ingin mama lakukan disini."
"Ih." Rion berdecak dan menegakkan tubuhnya menatap sang mama dengan bibir mengerucut. "Kok lama?"
Fany mengerutkan alis. "Itu bahkan terhitung cepat untuk mama, Rion. Kamu kenapa buru-buru? Lagipula sebentar lagi ulangan, kan? Nanggung tau."
"Ya udah kalo gitu aku home scholling aja," ucap Rion dengan nada ngambek.
"Heh, mana ada home scholling dua minggu aja? Kamu itu aneh." Fany mencubit pelan perut Rion membuat anaknya itu semakin menggerutu lalu memilih menggulung diri diatas kasur dengan selimut tebalnya. Fany menggeleng pelan melihat tingkah putranya itu.
"Iya, sudah. Kalau urusan mama disini selesai kita pergi ke Sydney. Nanti mama ajak Rigel---"
"Nggak!"
"Apa?"
"Nggak mau sama Rigel."
Fany menghela pelan. Ia mengangguk saja sebagai jawaban. "Iya, biar Rigel nemenin papa disini," ujar Fany mengalah.
Fany kemudian berdiri, membenarkan posisi tidur Rion tak lupa ia mengambil sepasang kaos kaki bermotif yang ia pasangkan ke kaki anak laki-lakinya itu. Rion sedikit melirik dan tersenyum tipis.
"Kalau ada mama aku nggak usah repot pasang kaos kaki sendiri," gumam Rion membuat Fany mendelik dan menepuk kaki Rion agak keras.
"Kamu kira mama babumu apa."
"Hehe, becanda, ma."
Fany menggeleng sambil tersenyum tipis. "Udah tidur," ucap Fany.
Rion mengangguk pelan dan mulai memiringkan posisinya memeluk guling dengan nyaman. Fany menunduk pelan, mengecup anaknya perlahan sembari membisikkan selama malam lalu menutup pintu kamar Rion.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
Teen FictionLet's return our story © namudedo, 2020 write 01.07 // 01.10