' ' '
Happy Reading! ♡: :
Rigel duduk terdiam, mengadap layar laptopnya yang madih menyala dengan tatapan kosong. Lelaki itu terdiam sejenak dan menghela pelan.
Tangannya diam diatas keyboard, membuat garis di ujung paragraf terus berkedip tanpa berpindah posisi. Ia memejamkan mata, mendorong tubuhnya kebelakang hingga punggungnya menyentuh sandaran kursi.
Oke, sekarang dia penasaran apa yang sedang dilakukan saudaranya di kamar tanpa suara setengah jam lalu.
Sedang tidur? Atau bertapa? Atau apa?
Rigel berdecak. Lelaki itu kemudian menyimpan file yang sempat ia ketik dan segera mematikan laptopnya. Perutnya keroncongan, dia perlu makan mau tidak ingin pun. Mood-nya sangat buruk tapi tetap saja perutnya minta diisi.
Membuka pintu dengan wajah lesu dan rambut berantakan seperti sarang burung, Rigel menguap lebar-lebar sambil mengangkat tangan tinggi---merenggangkan tubuhnya.
Saat netranya masih samar karena ia memejamkan mata saat merenggangkan tubuh tadi, Rigel langsung mengernyit ketika ada sebuah objek menghadangnya.
"BUJUBUSET KAGET GUE!"
Rigel terlonjak ke belakang, ia sampai memegangi dadanya ketika netranya berhasil menerjemahkan bahwa objek didepannya saat itu adalah Rion.
Rion melengos pelan sambil memutar mata dan berjalan melewati Rigel, menuju balkon belakang rumah.
Rigel hanya memutar pandangan, menatap Rion hingga punggung saudaranya itu menghilang. Dan helaan lolos dari bibir Rigel. Bukankah seharusnya Rigel yang marah?
Memilih tak ambil pusing karena Rigel sudah pusing, lelaki itu segera berjalan santai menuju dapur. Sesekali lelakibitu bergumam pelan menyanyikan lagu yang akhir-akhir ini sering Rasi putar di perpustakaan lagunya.
"You're my misssing puzzle piece~"
Rigel membuka lemari atas, hingga mengecek kulkas dan lemari kecil tempat menyimpan bumbu. Tapi iabtak menemukan atau setidaknya mie instan. Apakah Om Yeda tidak mengisi ulang persediaan di rumahnya? Huh, dasar orang tua pelupa.
Membuka satu-satunya lemari yang belum Rigel buka, lelaki itu mengernyit lebih dulu ketika mendapati sticky note berwarna kuning tertempel pada pintu lemari.
Gue sisain, gue tau lo blm makan
Habisin, jangan mubazir"Dih, peduli amat," decih Rigel langsung membuang sticky note itu ke sembarang arah dan membuka lemari itu.
Yang pertama kali ia dapati adalah seporsi nasi bento dengan hiasan yang sangat bergaya taman kanak-kanak membuat Rigel memutar mata namun terkekeh kemudian.
"Mau buka warung bento apa gimana sih nih anak."
Segera mengambil seporsi bento tak lupa dengan segelas air putih, Rigel segera membawa keduanya ke meja makan. Ia duduk disana dengan nyaman dan menikmati bentonya.
Rigel tahu sejak dulu Rion memang senang menghias bento dengan berbagai hiasan lucu. Bunda Fany yang mengajari. Dia tersenyun mengingatnya.
"Kasih garem dikit keknya mantep nih," gumam Rigel di sela makannya. "Di mix pake sambel terasi enak nggak, ya?"
Sedang asik menikmati sambil membayangkan hal-hal aneh Rigel dikejutkan dengan ponsel di sakunya yang tiba-tiba bergetar.
"Malem-malem gini siapa sih?" gumam Rigel, sedikit kesal acara makan bentonya diganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Return
Teen FictionLet's return our story © namudedo, 2020 write 01.07 // 01.10