19 - pengakuan

14 8 4
                                    

Rintik hujan masih sesekali turun ke bumi, pagi ini udara menjadi lebih sejuk. Tentu kalian tahu apa yang akan Rigel lakukan disaat begini terlebih semalam ia menginap di rumah Rasi.

"YA AMPUN DUA OM-OM INI MASIH MOLOR!" omel Rasi begitu membuka kamar milik Gema yang langsung disambut dengan Rigel yang sudah telentang tak sadarkan diri di lantai dan Gema yang tubuhnya terlilit selimut yang tidurnya setengah dilantai setengah di kasur.

Asli, mereka semalem ngapain bisa tidur posisi gitu?

Dan lihat, bahkan teriakan nyaring Rasi tidak bisa membangunkan mereka. Mereka tidur atau pingsan sih?

"Rasi, bantuin mama masak yuk. Kasian Rigel nanti bangun mau dikasih makan apa?" panggil mama Rasi lembut sedang sibuk mengupas bawang. Ayahnya? Ngurus burung di taman belakang.

Dikasi kayu sama batu juga dimakan, ma decak Rasi dalam hati. Ia bersungut-sungut menuruni tangga dan berjalan menuju dapur menemui sang mama. Rambutnya sedikit berantakan, ia malas sisiran.

"Rambutnya," ucap mama memperingati.

Rasi berdecak lagi. "Ish, rambut aku nggak bakalan rontok," ucap gadis itu lalu mencomot bawang yang kulitnya belum di kelupas. Mulai fokus membantu sang mama.

Mamanya menghela lalu beralih mencuci tangan dan mengambil sebuah karet gelang untuk mengikat rambut Rasi. Gadis itu hanya diam ketika mamanya sudah mengikatkan rambut untuknya. Karet gelang memang bukan style Rasi, tapi kalau di dapur buluk juga jadi yang penting masakan matang. Begitu pikir Rasi.

Hampir satu jam Rasi sibuk memasak rendang bersama sang mama. Ia sesekali menghirup aroma harum dan terdiam menikmatinya hingga sang mama menyadarkannya untuk mencuci alat bekas memasak.

"Aduh, aduh. Udah dimasakin sama pembantu," ucap Rigel berjalan menuju meja dapur, menatap Rasi yang sibuk mencuci.

"Saya nggak dibayar nih?" Mama Rasi ikut nimbrung.

"Pftt." Rasi menahan tawa saat wajah Rigel langsung berubah jadi meminta maaf pada mamanya. Lagian ceplas-ceplos, kena kan batunya.

Rigel mendengkus begitu Rasi menertawainya. "Gema udah bangun, Rig?" tanya mama Rasi yang dijawab anggukan oleh Rigel.

"Tad gitarnya Bang Gema nggak sengaja ketendang, jadi dia lagi benerin gitarnya, tante," ucap Rigel membuat Rasi mengernyit.

"Ketendang? Yang bener aja, lo main bola di dalem kamar?" tuduh Rasi.

"Hooh, main bola di dalem mimpi terus waktu gue mau tendang ke gawang eh yang ketendang gitarnya Bang Gema."

Rasi menggeleng pelan. "Bertingkah mulu sih," ucapnya. Tangannya sibuk meletakkan wajan yang sudah dicuci bersih.

Tak lama Gema datang bertepatan dengan ayah yang akan pergi untuk menjemur burung di halaman depan. Wajah Gema terlihat suntuk, ia lalu duduk disebelah Rigel.

"Gitarnya nggak bisa dibenerin?" tanya Rasi sudah menebak dari wajah kakaknya itu.

Gema mengangguk. "Senarnya putus, kudu beli lagi."

"Minta beliin sama yang ngerusakin dong," sindir Rasi melirik Rigel yang mendengkus sebal.

"Iya, iya. Nih gue beliin." Rigel langsung mengeluarkan ponselnya, segera mencari aplikasi belanja online disana.

"Nggak usah, Rig," ucap Gema cepat. Ia tersenyum tipis. "Makasih tipsnya yang semalem ya, masih pagi gue udah deg-degan nih."

Rasi mengernyit, "Deg-degan kenapa?" tanyanya ikut nimbrung.

"Itu, Bang Gema punya do---hmmphh!"

"Diem napa sih, lemes amat tuh mulut!"

Rigel cengengesan, Gema mendengkus dan Rasi terkekeh geli. Sedangkan mama yang tengah menyiapkan sarapan hanya melirik dengan tatapan menggoda membuat Gema semakin kesal. Ah, sudah. Harusnya semalam dia tidak meminta saran pada Rigel.

Ah, sialan. Dasar Rigel.

"Harusnya kaya kita, ya, Ras. Terbuka," ucap Rigel yang ternyata belum selesai bicara. Rasi mendelik ketika Rigel menaik-turunkan alis padanya.

"Terbuka apanya? Hayo, kalian ada hiya-hiya ya?" tanya Gema sudah curiga.

Sebenarnya sejak Rasi yang tiba-tiba pulang dengan Rigel dengan wajah memerah malam tadi sudah membuat Gema menaruh curiga. Tapi Gema tidak bisa untuk bertanya sebar-bar itu karena ia tahu bahwa itu adalah privasi. Ia hanya menunggu, apakah kecurigaannya itu benar.

Dan tentu saja, hasil kecurigaannya pada Rasi tak pernah meleset. Lihat sendiri kan Rigel mulai membicarakannya sekarang.

"Apa sih, sok jadi cenayang, dih," decih Rasi masih malu-malu kambing.

"Ngumpung ada Tante sama Bang Gema nih. Saya mau minta restu." Rigel sudah tidak peduli lagi dengan tatapan tajam dari Rasi.

"Nikah? Ayok gue giring ke KUA," balas Gema.

"Weits, jangan, bang. Napsu boleh ngegas jangan. Hubungan itu di bangun dengan kesabaran, jangan serakah."

"Waduh, kata-katamu sok bijak sekali, Rigel," sahut ayah Rasi berjalan mendekat.

"Kenalin, om. Rigel Teguh."

Ayahnya tergelak pelan, pun dengan ibu dan Gema. Rasi hanya diam di pojok dapur, wajahnya pasti memerah sekarang.

"Tadi kamu mau minta restu apa nih," tanya mama Rasi. Oke, Rasi hanya bisa pasrah sekarang.

"Gini." Rigel membenarkan posisi duduknya. "Rigel mau minta restu buat jadi pacar anak Tante yang paling cantik, Rasi."

: :

to be continued

ReturnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang