Bab 4 : Perdebatan

3.7K 361 28
                                    

Gege memasuki gedung dengan hati riang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gege memasuki gedung dengan hati riang. Ia menyapa sekurit gedung seperti biasa. Lalu melangkah di dalam lobby seperti penari balet. Tak peduli menjadi perhatian orang-orang di lobby. Gege sambil bernyanyi kecil dari lantai G sampai 20.

Sampai di kantor, Yusup dan Amir berdebat mengenai font yang harus digunakan dalam sebuah proyek klien.

"Ga, ga gitu, Mir. Helvetica itu lebih elegan. No debat."

"Ga bisa gitu dong. Proyek ini harus pake Comic sans. Sesuai segmen produknya untuk anak - anak. Lebih cute. No debat," balas Amir.

"Halah, kan sama-sama font gratis. Bisa ngurangin cost pembelian font berbayar."

"Ya beda lha biar gratis juga. Kalo mau ngurangin cost secara signifikan ya pecat aja semua karyawan," papar Amir makin ngaco.

Gege tidak menanggapi perdebatan minim gizi itu. Ia memilih menyelesaikan pekerjaannya. Gege lalu memfotokopi dokumen sambil berjoget ala JKT48.

Bagi Gege, terkadang mereka adalah teman kerja yang menjengkelkan. Tak jarang mereka juga bisa menjadi teman yang saling membantu dan menolong setiap kesulitan. Amir dan Yusup begitu menyayangi Gege. Satu-satunya karyawan wanita yang masih mempunyai kewarasan level normal.

"Ge, Ge. Waktu lau kejebak di lift ngapain aja sama Shani?" tanya Yusup.

"Ya ga ngapa-ngapain lah. Lo pikir ngapain?"

"Ya kali ngerujak bibir gitu. Kan elo naksir. Ehehe.."

"Yeee. Sedotan bambu! Lo pikir gue cewek apaan maen cium orang yang ngga gue kenal," omel Gege.

"Kalo dia yang ngajak gimana?" tanya Yusup lagi.

"Ya mau lah. Hahahaha..."

"Yeeee sedotan boba!" rutuk Yusup.

"Sup, gue kalo gue beli motor, cocoknya motor apa?"

"Mo pake buat apa? Ngojek onlen?"

"Buat ke kantor sama yang tangguh gitu dibawa keluar kota."

"Motor patwal Polisi. Tangguh."

"Lo pernah sunat pake gigi hiu, Sup? Gue serius."

"Yang matic aja lah. Tinggal ngegas doang kayak mulut Pak Romi."

"Iya deh."

"Ge, pulang kerja gue bisa nebeng dong di motor lo!" Amir nyeletuk.

"Sori ya, gue beli motor bukan nganter elo, Mir!"

"Trus?"

"Mbak Sumini." Gege tertawa bahagia.

🌼🌼🌼

Di belahan dunia lain, seorang pria tampan dan gagah menyetir mobil mewahnya. Wajahnya begitu eksotis dan rupawan tiada banding. Ia lalu menghubungi seseorang melalui hapenya.

Gege dan Sumini [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang