Bab 9 : Absurd

4.1K 330 51
                                    

Pagi itu Gege dan Sumini berangkat bareng dari kostan Gege

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi itu Gege dan Sumini berangkat bareng dari kostan Gege. Shani sudah kembali sehat dan bisa kembali bekerja. Seperti ABG era milenial, mereka merayakan hari jadi yang ke... satu hari. Vespa LX Gege melaju menuju gedung kantor mereka. Shani membonceng duduk miring di belakang sambil memeluk mesra pinggang Gege.

"Ge, jangan ngebut nanti aku atit agi," ujar Shani manja.

"Iya, cayang. Nih Gege pelanin," Gege menurunkan kecepatan.

"Ya jangan terlalu pelan, nanti kalah cepet sama berlalunya waktu yang berjalan begitu tak terasa," Shani jadi lebay.

"Baik, permaisuriku.." Gege makin gesrek.

Setengah jam kemudian mereka sampai di gedung. Dari parkiran mereka berjalan sambil ngobrol dan bercanda mesra. Sesekali Shani mengayunkan tangan mereka ketika berjalan. Di lift mereka tetap saling menggenggam tangan. Begitu lantai 20, Gege harus keluar lift. Shani yang masih di dalam lift enggan melepaskan tangan Gege yang berada di luar lift.

"Gege, dont leave me..." ujar Shani tanpa melepaskan tangan Gege.

"Shani, I wont leave you my dear..." sahut Gege.

Karyawan jomblo yang ada di dalam lift merasa teriritasi melihat kemesraan Gege dan Shani yang over drama. Seorang Mas Mas yang iri dan dengki segera memencet tombol tutup pintu lift, sebelum ia makin sakit hati berlama-lama menonton kelakuan Gege dan Shani.

Ting.

Pintu lift tertutup.

"Gege ge ge ge ge...."

"Shani ni ni ni ni...."

"Ge? Sehat?" tegur Yusup dari belakang sambil membawa galon di pundak.

"Ganggu aja sik!" Gege jutek lalu masuk kantor.

"Makin parah!" Yusup geleng - geleng.

"GEGE!" teriak Pak Romi.

"Iya, Pak?"

"Konsep iklan yang kalian buat sudah siap. Meski agak absurd ya gapapa lah. Semoga aja klien kita juga absurd. Saya suka konsepnya, sederhana. Susah saya mengatakannya secara narasi. Nanti kamu pelajari lagi lah. Nanti sebelum makan siang, klien kita mau datang. Kita presentasi. Saya yakin kamu bisa?"

"Secepat itu, Pak?"

"Supaya invoice cepat cair, Ge. Kita harus gerak cepat supaya klien ngga lari ke agency lain."

"Tapi saya butuh waktu untuk mempelajari konsepnya, Pak. Belum revisi."

"Ga perlu revisi, kamu kan karyawan teladan pemegang life time achievement. Pasti kamu cepat belajar lah. Im sure of it."

"Pak, saya baru 22, bukan 72 tahun. Kalo Bapak cocok dapet life time itu!" Gege kesal.

"Tapi kan saya bukan karyawan teladan, Ge." Pak Romi defensif.

Gege dan Sumini [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang