Chapter 20

561 42 11
                                    

Hinata meringkuk di sudut ruangan. Tubuhnya bergetar hebat. Ia benar-benar sangat ketakutan. Mengapa nasibnya harus begini.

Ia menjambak rambutnya dengan kasar. Matanya berkaca-kaca. Ia tidak sanggup lagi. Rasanya ingin sekali dirinya bunuh diri. Tapi jika seandainya ia mati, bagaimana dengan semua teman-temannya?

Ia mengepalkan tangannya. Ya, ia tidak boleh menyerah. Setidaknya ia harus menyelamatkan nyawa teman-temannya.

Pandangannya teralihkan pada sebuah kotak tua di sampingnya. Dengan perlahan ia mendekati kotak tersebut dan membukanya.

Matanya membulat sempurna. Nafasnya tercekat. Tanpa sadar Hinata berjalan menjauhi kotak tua itu.

"K-kami-s-sama, b-bagaim-mana  m-mung-kin i-i-itu," ucapannya terhenti. Rasanya mulutnya terasa sulit untuk digerakkan.

Di dalam kotak tua tersebut terdapat sebuah mayat dengan anggota tubuh yang terpisah-pisah.

.

Tap

Tap

"Brengsek."

Sasuke mempercepat langkahnya. Sesekali ia menoleh ke arah belakangnya.

Ia dan teman-temannya terpisah. Saat sosok itu muncul mereka semua berlari begitu saja meninggalkan satu sama lain.

Sasuke menghentikan langkahnya. Menghela nafas dengan berat. Kakinya sudah hampir mati rasa.

Tangannya merogoh sesuatu di balik saku celananya. Ia mengeluarkan ponselnya dan mencoba untuk menghubungi seseorang.

Tuut

Tuut

"Ck, sial," Sasuke mengacak rambutnya dengan kasar.

Ia memejamkan matanya. Seandainya saja waktu bisa di ulang, mungkin mereka semua tidak akan mengalami hal seperti ini.

Tiba-tiba Sasuke tersentak. Ia melupakan sesuatu.

"Hinata."

.

.

"Cepat Ino."

"T-tunggu Sai, aku tidak sanggup lagi."

Sai menghentikan langkahnya. Ia mendekati Ino dan mencoba untuk membantunya.

Sontak saja Ino merona, dan ia pun memalingkan wajahnya. Perlakuan Sai membuat jantungnya berdegup kencang.

Tapi entah mengapa hawa di sekelilingnya terasa sangat berat. Tiba-tiba saja ia merasakan firasat yang buruk.

Ia segera menatap ke arah Sai. Wajahnya berubah pucat. Apa-apaan itu? Mengapa Sai tiba-tiba menyeringai ke arahnya.

Sontak saja ia melangkah mundur menjauhi Sai. Apa ia tidak salah lihat? Tapi disana Sai masih menatap ke arahnya dengan senyum yang mengerikan.

Mendadak tubuhnya terasa kaku. Matanya membulat sempurna. Refleks ia membekap mulutnya sendiri. Air matanya meluncur begitu saja.

"S-s-sai. T-tidak m-m-ungkin. T-tidak! TIDAK! SAII! HENTIKAN! SAI HENTIKAN!!."

Sai tiba-tiba saja mencekik dirinya sendiri dan dengan cepat memutar lehernya ke belakang. Tidak lama Sai pun ambruk. Tubuhnya tiba-tiba membengkak.

Ino menatap kosong pemandangan didepannya.

"I-ini pasti mimpi, y-ya i-ini semua h-hanyalah m-m-mimpi. HAHAHAA SEMUA INI HANYA MIMPI. AKU PASTI SEDANG BERMIMPI BURUK. YAA PASTI, AKU YAKIN ITU. SAI PASTI BAIK-BAIK SAJA. YA, DIA PASTI SEDANG BERSAMA YANG LAINNYA. YA TENTU SAJA... Hiks.. hikss... D-dia b-baik-baik saja. S-siapa pun t-tolong b-bangunkan aku dari m-mim-pi buruk i-ini."

"Hihihihii."

Deg

"Hihihii... kenapa kau menangis? Apa kau butuh bantuan? Hihihihii.... dengan senang hati aku akan membantumu."

Ino menoleh ke sampingnya. Tubuhnya menegang. Matanya membulat sempurna. Disampingnya terdapat sosok gadis yang menyeringai lebar dengan sekujur tubuhnya yang berlumuran darah.

"Hihihihii.... bagaimana jika kita bersenang-senang."

"KYAAAAAAA."

.

"Itu suara Ino."

"Kuharap dia baik-baik saja."

"S-shika, ayo kita segera pergi dari sini. Aku benar-benar sudah tidak tahan."

"Kita harus menunggu yang lain Tenten. Kita tidak boleh meninggalkan mereka semua."

"Kau tidak dengar teriakan Ino?! Apa kau yakin mereka semua masih hidup?!."

Shikamaru mendecih. Ia benar-benar merasa sangat lelah. Saat ini nyawa mereka semua sedang dalam bahaya, tapi dirinya masih tetap saja memikirkan keadaan teman-temannya.

"Hah, ada kemungkinan jika salah satu dari mereka masih hidup. Aku tidak bisa mengabaikan mereka semua Tenten."

Tenten menghela nafas dengan berat. Ia memang ingin segera pergi dari sini, tapi bukan berarti dirinya tidak peduli kepada teman-temannya. Ia hanya ingin mencari bantuan di luar sana.

"Ayo, kita harus segera bergegas mencari mereka semua."

Shikamaru tersenyum tipis. Ia menggenggam tangan kekasihnya itu dengan erat.

"Aku harap kita semua akan selamat."

"Aku harap juga begitu."

.

.

Bughh

Srakk

"AKHH!! SAKITTTT!!."

"Hihihiii... jangan mencoba untuk lari dariku cantik."

"Hiks... hikss... t-tolong lepaskan a-a-aku."

Bughh

"AKHH!."

"Hihihiii.... matamu indah, aku menyukainya."

Sosok tersebut mencongkel kedua mata gadis dihadapannya, sedangkan sang gadis tersebut meronta-ronta.

"SAKITTT!! KAMI-SAMA!! SAKIT SEKALII!!."

"Hihihiii.... wajahmu juga cantik. Rasanya aku... INGIN SEKALI MENGHANCURKANNYA."

Bughh

Krakk

Sosok tersebut menatap datar gadis dihadapannya yang baru saja ia hancurkan wajahnya. Kepala gadis tersebut pecah dan isi otaknya berhamburan keluar.

"Hihihiii.... sekarang kau jauh lebih cantik."

"Siapa lagi selanjutnya yaa.... Hihihihii..... bagaimana jika.....

..... pria tampan itu."

Sosok tersebut tersenyum sangat lebar hingga mencapai telinganya. Ia menjilat pisau yang berlumuran darah di tangannya.

"Hihihiii.... menyenangkan sekali."

TBC

School of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang