Chapter 12

663 74 4
                                    

"S-sebenarnya.... Aku masih belum tau apa aku bisa menyegel atau memusnahkan sosok gaib. D-dan juga, harus ada yang membantuku" ucap Hinata lirih.

"Kami yakin kau pasti bisa Hinata. Dan kami semua akan membantumu" ucap Ino dengan tersenyum.

Mendengar ucapan Ino, Hinata tersenyum tipis.

"Aku juga butuh bantuan dari sesama klan ku"

"Kau tinggal meminta bantuan kepada klan mu atau keluargamu Nata" ucap Tenten.

"Aku tidak bisa" lirih Hinata.

"Kenapa?" tanya mereka bersamaan.

Tiba-tiba Hinata menangis. Mereka semua gelagapan.

"He-hei Hinata-chan, kenapa menangis?" ucap Naruto dengan panik.

"Hinata?? Kenapa kau menangis" ucap Sakura, Ino, dan Tenten dengan panik.

Sasuke yang melihat Hinata menangis panik dan cemas.

Lalu ia pun tiba-tiba memeluk Hinata dan mencoba menenangkannya.

"Sst, sudahlah jangan menangis." ucap Sasuke sambil mengelus rambut Hinata.

Perlahan tangisan Hinata mulai berhenti. Lalu Sasuke menatap Hinata lembut.

Hinata menatap Sasuke dengan mata sembab dan hidung memerah.

Menurut Sasuke, Hinata terlihat sangat menggemaskan.

"Kenapa menangis?" tanya Sasuke.

Hinata menunduk dan tidak berani menatap teman-temannya.

"S-s-sebenarnya... Hiks.. T-tousan dan k-ka-saan ku.... Hiks...  S-sudah t-tiada.. Be-begitu juga dengan nii-san ku....Hiks... Mereka se-semua m-menga-lami ke-celaka-an... Hiks"

Mendengar ucapan Hinata mereka semua terkejut.

"A-a-apa?!"

"Hikss... Hiks... Go-gomen a-aku membohongi k-kalian selama i-ini" ucap Hinata sambil terisak.

Ino, Sakura, dan Tenten pun memeluk Hinata.

"Kami mengerti Hinata. Kami semua turut berduka cita kepadamu" ucap Tenten.

Hinata semakin terisak dan membalas pelukan para sahabatnya.

Para pria yang melihat itu menatap Hinata sendu.

'Kami tidak menyangka kau begitu sangat rapuh Hinata' batin mereka semua.

Para gadis pun melepaskan pelukan mereka dan menatap Hinata dengan senyuman.

"Tersenyum lah Hinata" ucap Ino.

"Kami akan selalu berada di sampingmu." ucap Sakura.

"Kami semua menyayangimu Hinata"

Air mata pun menetes dari kedua mata Hinata.

Hinata sudah tidak bisa lagi menahan tangisnya, ia pun menangis di pelukan para sahabatnya.

.

.

.

"Jadi apa yang harus kita lakukan?!" ucap Shikamaru.

"Arrgghh habislah kita" ucap Naruto dengan frustasi.

Mereka semua terdiam memikirkan bagaimana caranya memusnahkan sosok gaib yang meneror mereka semua.

Hinata menatap semua sahabatnya dengan sendu.

'Ini adalah kesalahanku. Andai aku memberi tau mereka sejak awal' batin Hinata.

Hinata mengepalkan kedua tangannya.

'Mungkin ini saatnya' batin Hinata.

"Teman-teman!"

Seketika mereka semua menatap Hinata.

"A-aku mempunyai s-sebuah rencana. T-tapi a-aku tidak yakin i-ini berhasil"

"Apa rencanamu Hinata?" tanya Sai.

"Rencanaku adalah...."

.

"APAAA?!!" teriak mereka semua terkecuali Sasuke, Sai, dan Shikamaru.

"Aku tidak setuju Hinata" ucap Sakura kesal.

"Aku juga. Bagaimana jika terjadi sesuatu kepadamu!" ucap Ino.

"Tapi ini satu-satunya rencana yang aku punya" ucap Hinata.

"Kau gila hah?!" geram Sasuke.

"Nyawamu bisa dalam bahaya Hinata" ucap Shikamaru.

"Kumohon minna... Aku tidak ingin kalian semua terluka"

"Dan membiarkanmu yang terluka?! Jangan bodoh Nata!" ucap Tenten.

"Tenten benar, kau adalah sahabat kami dan kami tidak ingin kau terluka atau dalam bahaya" ucap Naruto.

"Jangan membahayakan dirimu sendiri hanya untuk kami Hinata!" ucap Sai.

"Tapi hanya ini satu-satunya ren-"

"Jangan melakukan hal aneh Hinata!" ucap Sasuke dengan nada dingin.

Hinata pun terdiam begitu juga dengan mereka semua.

Duakk

Duakk

Pintu kamar Hinata tiba-tiba di gedor dengan keras.

Mereka semua terkejut sekaligus merasa takut.

Hinata dan teman-temannya bisa merasakan hawa yang menyeramkan di sekitar mereka.

"Dia datang!" lirih Hinata.

.

.

.

.

.

TBC

School of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang