04° Jangan hanya memandang dari satu sudut

1.5K 330 81
                                    

Di dunia ini selalu ada dua hal yang bertolak belakang; Utara dan Selatan, iya dan tidak, panas dan dingin, lalu ... Jessie dan Jeffrey.

Bahkan sampai saat ini tak ada satupun orang yang percaya kalau mereka berdua memiliki hubungan spesial. Rasanya sangat aneh, apalagi ketika mereka tau kalau hubungan keduanya sudah berjalan cukup lama.

Mungkin kalau Jessie dan Senandika si ketua OSIS antariksa atau Jeffrey dengan Roseanna si kapten cheers mereka masih bisa percaya, sebab keduanya memang sejak dulu digosipkan dekat.

Tapi nyatanya?. Malah Jeffrey dengan Jessie. Si santai dan si ambisius. Benar-benar ajaib hingga menjadi bahan pembicaraan Antariksa sepanjang hari.

Jeffrey hanya bisa terkekeh, menertawakan kebodohan mereka yang saban hari selalu menyatukan namanya dengan si kapten cheers ataupun Jessie dengan si ketua OSIS. Dan mengatakan kalau mereka adalah couple goals.

Kenapa manusia selalu tertarik pada kehidupan manusia lain, sih?. Jeffrey heran. Mereka memuji dan mengagungkan hal yang menurut mereka benar lalu menggunjingkan hal yang menurut mereka salah. Padahal benar dan salah di dunia itu sangatlah abu-abu, tidak ada yang benar-benar salah ataupun benar. Semua tergantung cara orang memandangnya.

"Kak Jef beneran sama kak Jessie yang pinter itu?? Kok bisa sih??" Seru adik kelas Jeffrey yang diangguki oleh keempat pengikutnya.

Jeffrey tidak menjawab sebab Johnny menyela, "KAN! Gua aja nggak percaya! Asal kalian tau, selama berabad-abad gua temenan sama si jepri, dia gapernah ngomongin Jessie sama sekali! Terus tau-tau udah lama jadian!" Katanya berapi-api.

"Kakak juga gatau?!! Oh my god, kak jon ini temen macam apa?!"

"Salahin si Jepri lah!"

"No, kakak yang harusnya disalahin!"

"Kok gueee???"

"Pertama, kakak itu sahabatnya kak Jef yang kemana-mana selalu bareng. I think ... Kakak pasti pernah kan ngerasa ada hal yang janggal? Jangan bilang enggak!"

Johnny meneguk ludahnya kasar, ini kenapa gue yang disalahin sih?.

"Kedua! Kakak itu pasti pernah main ke rumah kak jef, pasti ada satu barangnya kak jessie atau fotonya kan disana? Masa gak ngeh?!"

Sekarang di tengah koridor itu seorang Johnny berhadapan dengan adik kelas yang sedang bersidekap dada sambil menampilkan wajah songongnya. Perbedaan tinggi mereka berdua itu cukup jauh, alhasil Johnny harus menunduk untuk melihat wajah marah yang lucu milik gadis yang lebih muda darinya itu.

Sementara Jeffrey? Menonton keributan. Ia memang seringkali terjebak di situasi seperti ini, jadi alih-alih memisahkan yang ia lakukan saat ini hanyalah menontonnya.

"Sini deh lu tukeran sama gua dek, si jepri itu manusianya santuy banget gak pernah tuh gua liat dia lirik-lirik si Jessie atau—anjir, bener juga! Pantes aja lu belain si Jessie mulu jep!" Tutur Johnny yang diakhiri tatapan tak terbacanya pada Jeffrey.

Si Adhitama mengangkat bahunya acuh, "Lagipula kenapa kalian ngurusin banget hidup gua sih?. Saran gua sih kalau mau ngurusin jangan setengah-setengah, cucian sama tugas gua banyak ... urusin juga gih." Katanya dengan santai namun menohok.

Johnny malah tertawa, "Denger tuh dek! Sekalian punya gua juga gih."

"M-maaf kak, bukan maksud ngurusin tapi ... Ugh, kita cuma pengen tau kebenarannya." Katanya dengan gugup. Karena sumpah demi apapun, tatapan Jeffrey itu sangat menusuk.

"Lalu setelah tau? Kalian mau usik Jessie?."

"ENGGAK KAK! Aduh jangan pukul aku rin ... aku cuma nanya kak, suer! Lagipula aku juga sayang sama kak Jes, dia pernah bantuin aku waktu praktikum kemarin terus juga ... Apa ya ... Oh! Waktu awal masuk sini juga kak Jes ngasih aku pita merah biar nggak dihukum! Ish, diem dulu jangan cubit aku! Pokoknya kak Jef yang langgeng ya sama kak jesii, aku dukung sepenuh jiwa raga!"

amerta :: jaesoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang