::bonus chapter , fin ::

1.4K 187 37
                                    

Hari sudah memasuki tengah malam, dan Jeffrey masih saja berkutat dengan pekerjaannya. Ia tampak lelah, namun setumpuk berkas di mejanya itu tidak dapat ia abaikan begitu saja.

Jika dulu ia bisa seenaknya meninggalkan tugas dan memilih melakukan hal yang menyenangkan, maka sekarang ia tidak bisa lagi seperti itu.

Karena masa-masa indah itu sudah berlalu, kini ada banyak beban yang Jeffrey emban. Kebahagiaannya bukan lagi tentang kebebasan, melainkan seberapa baik ia dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya.

Dia itu sekarang hendak berumur 40 tahun, om-om! Ahjussi! Sugar dadㅡ

"Kenapa belum tidur van?" Suara Jeffrey pun terdengar, bertanya pada si sipit Jevan yang sedang berjalan ke arahnya sambil memeluk bantal guling.

"Dad, kenapa di kamar Jevan berisik banget sih?" Tanya anak itu, lalu ia merebahkan dirinya di sofa samping kanan meja kerja Jeffrey.

"Ini tengah malem, dan rumah kita jauh dari tetangga. Lalu, asal usul suara berisik itu darimana ... hm?"

Jevan terdiam lalu mengerejapkan matanya pelan, ia menatap sang Daddy lalu membulatkan mulutnya.

"GAK MUNGKIN KAN?!!" Pekik Jevan hingga membuat Jeffrey terlonjak kaget bahkan kursinya mundur beberapa sentimeter.

"Gak mungkin apa??"

Si sipit itu beranjak dari acara rebahannya, lalu merapat berdiri tepat di samping Jeffrey.

"Ini bahaya dad!! Danger!!"

"Tsk, jelasin dulu coba, baru panik!" Cerca Jeffrey, ia pun menatap sang anak malas.

"Mana bisa!! Sumpah dadㅡASTAGA!"

Jevan berseru sangat keras hingga lagi-lagi membuat Jeffrey kaget, oh ayolah anaknya itu tidak tau apa ya kalau dirinya itu sudah tua dan jantungnya pun ikut melemah?!

Padahal Jeffrey ingin memarahi anak itu, tapi ia malah bersembunyi di belakangnya dan memegang kedua sisi kemejanya sangat erat.

"Ni anak gajelas banget sumpah." Hardik Jeffrey, ia pun menoleh ke belakang dan melihat Jevan yang sedang memejamkan matanya.

"Dad, mata Jevan bisa liat lagi..."

"Ya emang bisa , kan? Emangnya kamu buta apa?"

Satu detik...

Dua detik...

"Eh, serius?!!" Pekik Jeffrey dua sekon kemudian, ia kembali teringat pada masa kecil Jevan yang memang bisa melihat.

Jevan mengangguk lalu berbisik, "di depan dad ada.."

Jeffrey lantas menarik anak itu lalu membawanya lari keluar dengan tergesa, namun Jevan malah berkata, "dad minta maaf dulu, tadi nabrak tau!"

Anaknya itu benar-benar terlampau sopan! Bahkan dalam keadaan sang daddy panik pun ia sempat-sempatnya memikirkan tentang sebuah permintaan maaf kepada hal yang bahkan tak dapat Jeffrey lihat.

Jeffrey lari bukan karena ia takutㅡhanya saja ia ... ngeri. Rumah mereka itu sangat luas namun hanya dihuni dua orang, dan Jevan yang kembali memiliki kemampuan khusus itu bukanlah suatu hal yang dapat Jeffrey anggap bagai angin lalu.

amerta :: jaesoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang