17° Badai yang telah usai

1K 258 66
                                    

Hidup di Melbourne awalnya terasa sangat sulit bagi Jessie, ia harus menghadapi fakta bahwa dirinya yang lama dipaksa mati dan mulai hidup baru dengan nama Jessiena Oliv Hailey bersama si nenek tua yang sekaligus berperan menjadi psikiaternya.

Namun sekarang Jessie merasa nyaman, beban nama Mavheen yang dahulu ia punya kini sudah lepasㅡmati bersama nama Jessie Khairina.

Dan sekarang ia tengah duduk di tepian sungai Yarra dengan pikiran yang melalang buana, memikirkan seseorang yang sejak dulu ada di hatinya.

Meski Melbourne sudah berhasil membuatnya nyaman, bayangan tentangnya selalu ingin membuat Jessie berlari kembali.

Tidak apa jika mereka tidak kembali bersama, ia hanya ingin mengucapkan salam perpisahan yang layak dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi diantara mereka.

"Katanya pergi ke bourke street, kenapa malah ngelamun disini?"

Jessie menoleh dan mendengus pelan, "Kan tadi udah aku bilang."

Theo duduk di pinggirnya lalu memasang senyuman meledek, "galak banget, lagi datang bulan ya?"

"Emangnya kalo cewek galak selalu datang bulan, apa?!" Cerca Jessie dengan delikan malas.

"Terus? Datang matahari? Bintang? Pelangiㅡ

"Diemm, aku lagi gamau diganggu! mau fokus ngelamun lagi."

Tawa kecil pun lepas dari mulut Theo, "Jes, jadi orang jangan ngegemesin banget, nanti takutnya aku lempar kamu ke sungai.."

"Kalo punya niat jahat jangan deket-deket aku, hidupku udah terlalu rumit buat berurusan sama orang kaya kamu!"

"Iya sorry, bercanda."

"Gamau aku maafin, males."

Ah ...

Theo itu sudah menjadi teman Jessie sejak awal gadis itu pindah kesini, dan nenek adalah orang yang memperkenalkan mereka berdua.

Dan bagi Jessie, kehadiran Theo cukup membantu proses penyembuhan mentalnya. Lelaki itu memang tidak tau dirinya memiliki masalah dengan kesehatan mental, namun ia tidak pernah berhenti memberi Jessie perhatian kecil dan kenyamanan.

Kadang kala Jessie merasa bersalah kepada Theo, karena selama mereka berteman ia berbohong kepada Theo perihal identitas dan ingatannya.

Ia berkata kepada Theo bahwa dirinya hilang ingatan dan tinggal bersama nenek karena tidak tau dimana keluarganyaㅡsebab Ayah yang memintanya seperti itu.

Beliau hanya ingin melindungi Jessie dan membuatnya sembuhㅡkarena rasanya sudah cukup mengabaikan gadis itu dan selalu menoleh ke arah lain tanpa mau peduli sedikitpun.

Dan keputusan membuat Jessie meninggal di mata publik jelas bukanlah keputusan yang mudah, namun melihat Jessie yang sangat kacau pada malam ulang tahunnya yang mana membuat ia berakhir meminum obat penenang dalam dosis banyak itu seolah memukul dirinya hingga tersadarㅡbahwa melepaskan nama Mavheen pada Jessie adalah keputusan yang tepat.

Ibu pun sama, dibandingkan melihat Jessie menghilang dari hadapannya untuk selamanya, ia lebih memilih membuat gadis itu lepas dan memulai kehidupannya yang lebih menyenangkan dengan nama dan lingkungan yang baru.

Raga Jessie Khairina Mavheen memang sudah tidak lagi berwujud bagi banyak orang, namun bagi mereka meskipun gadis itu berganti identitas ribuan kaliㅡmematikan raga yang satu dan mulai hidup dengan yang baruㅡia tetaplah putri mereka yang dulu.

amerta :: jaesoo✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang