ARKA?

15 5 7
                                    

"Ra, pulang sekolah kita ke mall, ya? Udah lama banget kita gak jalan bareng, nonton bareng, shopping bareng, makan bareng. Pokoknya kita harus ke mall." Jelas Alika panjang lebar

"gue tuh sebenernya males, tapi karena lo yang minta gue akan nemenin lo. Gue juga kangen kali jalan bareng sama lo, tapi lo nemenin gue beli  buku, ok?"

"Pasti gue temenin. Kalau perlu kita ajak Rian sekalian."

"Jangan, gue nggak mau waktu untuk sahabat gue melibatkan orang lain, apalagi kan, Rian pacar gue  takutnya ada yang merasa nggak adil." Cegah Anara

"Uwuu... baik banget sih sahabat gue, top markotop deh pokoknya."

"Kalau gitu, gue nyari Rian dulu, ya. Gue mau ngabarin dia dulu."

"Omg, parah lo! Udah kayak suami istri aja, gue doain kalian langgeng." Gurau Alika

"Apaan sih, udah ah, bye!" Anara hanya menatap Alika sinis dan berlalu menemui Rian.

Anara berjalan menuju ruang jurnalistik sekolah, ia yakin Rian berada di sana. Ia akan memberi tahu bahwa ia akan pergi bersama Alika sepulang sekolah.

Anara berdiri di ambang pintu,memperhatikan Rian yang tengah sibuk di depan laptop. Ia tersenyum, ia suka wajah Rian yang tenang seperti itu.

Tiba-tiba ide cemerlang muncul begitu saja, ia akan mengerjai Rian hari ini. Ia akan berpura- pura menjadi bu kepala sekolah yang memarahi Rian karena mading tak diisi.

"RIAN! KENAPA KAMU BELUM ISI MADING SEKOLAH? SUDAH 2 MINGGU IBU PERHATIKAN TIDAK ADA SAMA SEKALI PERUBAHAN DI MADING SEKOLAH? KENAPA?" Anara meninggikan suaranya

Rian yang mendengar suara itu langsung berpaling dari layar laptop, ia terkejut dengan keberadaan Anara di ambang pintu. Ia langsung menghampiri Anara.

"Iya bu, soalnya saya banyak pikiran, jadi nggak bisa isi mading. Saya soalnya kepikiran terus sama ibu." Rian mengerjai Anara balik.

Rian semakin mendekati Anara. Anara bisa merasakan napas Rian dan memandanginya lebih dekat. Ia terpaku, ia tak menyangka Rian akan berbuat seperti itu, rasanya aliran darahnya seketika berhenti.

Sangat lama Rian menatap Anara lekat,   rasanya Anara ingin mati saja di tempat.

"Kenapa? Kamu deg-degan, kan?" Tanya Rian sambil menjauhkan dirinya

"N...nggak... kok." Sembari merapikan seragamnya yang tak berantakan.

"Ok, nggak usah malu kali sama pacar sendiri."

"Apaan sih, aku tuh nggak malu, cuman kaget aja. Gimana kalau ketahuan guru?"

"Kita dihukum. Kalau aku sih seneng dihukum."

"Kok gitu? Dihukum itu nggak baik, Rian." Protes Anara

"Aku seneng dihukum kalau sama kamu, kan bisa berduaan."

"Terserah kamu. Aku tinggal bilang kalau kamu yang salah."

"Trus aku bakal bilang ke guru, dia nggak keberatan kok."

"S..s..siapa bilang aku nggak keberatan?  Dasar modus."

"Yaudah, jangan ngambek gitu. Aku kan cuma bercanda."

"Iya deh, aku kesini cuman mau bilang kalau pulang sekolah nanti aku mau jalan sama Alika. Aku mau kamu pulang duluan aja."

"Aku ikut, ya. Soalnya aku mau jagain kamu."

"Nggak usah, aku bisa jaga diri kok. Kamu istirahat aja di rumah, kasian kan kamu pasti capek banget kan kerjaiin mading sendirian? Aku jadi nggak enak sama kamu."

SOMEONE I LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang