SELAMAT JALAN, DIANDRA

3 1 0
                                    

ALIKA POV

Satu kata buat Anara hari ini, Nyebelin. Eh, ralat, setiap gari emang nyebelin tapi baik. Gue udah nelpon dia 50 kali, you know what dia nggak angkat. Sumpah, Anara nyebelin banget.

Padahal gue pengen banget ke rumah dia, udah lama banget nggak ke rumah Anara. Semenjak dia pacaran sama Rian, waktu gue sama Anara tinggal dikit.

Alhasil, gue milih buat tetep stay di rumah, maklum jomblo ngenest. Nggak tahu, sekarang gue lagi di fase nggak pengen pacaran karena gue takut tersakiti kayak Anara, ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. Gue ngaku, gue pengecut.

Gue lagi gak ngapa-ngapain di rumah, mending gue baca buku, ngikutin saran si anak baik. Gue turun ke kamar bonyok gue, trus minjam buku mereka. Entah kenapa gue gak punya hobi yang sama sama bonyok gue, mereka suka baca buku, sedangkan anaknya nggak sama sekali. Aneh banget sih, gue mungkin belum cocok sama pribahasa buah tidak jatuh dari pohonnya.

"Ma, aku minjem buku mama, ya. Aku lagi pengen baca buku nih. Boleh, ya? Nggak bakal lecet kok"

"Al, kamu nggak sakit, kan? Kamu baik-baik aja? Atau kamu abis kejedot gitu?" Ujar mama sedikit bingung dengan tingkah gue. Jujur ini pertama kalinya gue baca buku selain buku pelajaran di sekolah, itupun gue gak baca cuman liatin doang kayak foto mantan. Canda guys...

"Apaan sih, ma. Harusnya mama tuh bersyukur anaknya mau baca buku. Aku ketularan rajinnya Anara, ma. Aku udah nggak dugem lagi, gak nongkrong sampai tengah malam lagi. Makanya
Mama tuh perhatiin perkembangan anaknya..."

"Iya sayang, mama seneng banget kamu udah mau berubah. Gimana kalau kamu undang Anara makan malam di rumah kita besok lusa? Solanya papa kamu juga udah pulang hari itu."

"Boleh, ma. Nanti aku telpon dia. Soalnya nomornya gak aktif."

"Yaudah, cepet pilih bukunya supaya kamu bisa jatuh cinta saat kamu baca nanti."

"Ma, aku jatuh cinta masa sama buku sih."

"Maksud mama, supaya kamu bisa lebih suka membaca. Kamu ini, aneh-aneh aja. Yasudah, mama mau nyiram tanaman mama."

"Iya, aku juga udah mau baca, nih. Love you, ma!" Gue nyium pipi mama gue sebagai tanda terima kasih dan kasih sayang yang tak terhingga.

***
Rian sedang berduka, sahabat kecilnya sudah pergi dan tidak akan kembali lagi di dunia. Sahabat yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.
Air matanya tak bisa ia bendung lagi, jatih begitu saja.

Nisan yang bertuliskan nama Diandra Amalia Gunawan membuat dadanya sesak. Diandra sudah benar-benar pergi.

"Din, kenapa lo ninggalin gue secepat ini? Bahkan gue belum bisa buat lo bahagia. Maafin gue, ya." Ucap Rian lirih.

Sementara Anara hanya bisa diam dan menenangkan Rian. Ia juga merasa kehilangan Diandra. Pertemuannya di rumah sakit begitu bermakna walau hanya sebentar. Memang, tidak ada yang abadi di dunia ini. Kita semua akan pergi sama seperti Diandra.

Makam mulai sepi, semua orang yang datang sudah memimggalkan makam. Tinggal mereka berdua.

"Yang sabar, ya. Diandra bakal tenang disana. Kalau kamu sedih, nanti Diandra juga ikut sedih. Kan ada aku."

"Makasih, ya. Kamu emang selalu bikin aku tenang."

"Iya. Aku pengen ngasih sesuatu ke kamu."

Anara mengambil sesuatu di dalam tasnya, memberikannya ke Rian. Benda itu adalah buku harian Diandra yang ia titip beberapa hari yang lalu.

"Ini, buku harian Diandra."

"Kok bisa sama kamu?"

"Diandra nitip ini saat kita ke rumah sakit bareng. Dia nitip ini buat kamu. Dia mau kamu baca semuanya."

SOMEONE I LOVEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang