Rain Sound

105 16 0
                                        

Np: B.A.P - Rain Sound

Er present

'Suara hujan memainkan lagu sedih untuk orang yang mencinta’

***

Tubuh ringkih Seokmin semakin meringkuk di atas kasurnya, petir di luar semakin bersahutan bersama dengan deru angin yang menerbangkan butiran hujan, mengetuk-getuk jendela kamarnya yang sudah tertutup rapat.

Pemuda itu menutup matanya rapat serta kedua tangannya menutup kedua gendang telinganya, berharap suara-suara mengerikan yang ditimbulkan oleh hujan di luar sana bisa sedikit terhalau, walau pun sebenarnya itu tidak mempan sama sekali, jantungnya masih berdetak kencang, serta tubuhnya terasa menggigil, hingga tanpa sadar Seokmin sudah menangis.

Rasa takutnya kepada hujan dan juga petir semakin menjadi, dan perlahan kenangan pahit yang telah lama berlalu, kini berputar kembali di dalam kepalanya, menghantarkan perasaan sakit, takut, dan juga perasaan bersalah di dalam hatinya. Membuat Seokmin semakin memeluk lututnya erat, bahkan kini wajahnya sudah banjir oleh air mata.

“Lee Seokmin!!” seorang gadis masuk ke dalam kamarnya dengan wajah terkejut, lalu duduk di hadapan Seokmin yang masih setia menunduk sambil terus terisak, tak menghiraukan sang gadis yang kini tengah menatapnya dengan beribu tanda tanya di kepalanya.

“Kau baik-baik saja?” Dengan sangat hati-hati jemari gadis itu menyentuh pundak Seokmin yang masih bergetar, membuat pemuda itu menatapnya dengan mata yang basah.

Bukannya berhenti, tangis Seokmin semakin pecah saat melihat gadis itu, rasa bersalah kembali menghampiri hatinya yang tengah berkecamuk.

Jedar!!

“AAAA…” tanpa sadar Yuna memeluk Seokmin karena terkejut dengan suara petir yang menggelegar, Seokmin pun semakin mempererat pelukan Yuna, seakan meminta perlindungan kepada gadis itu.

“Maafkan aku Choi Yuna” berkali-kali Seokmin mengumamkan kalimat itu, membuat Yuna sedikit terkejut. Setaunya Seokmin tidak pernah berbuat salah padanya, tapi kenapa sekarang pemuda itu meminta maaf padanya.

“Kau tidak pernah membuat kesalahan padaku Seokmin-ah, jadi jangan meminta maaf kepadaku” jemari mungil Yuna mengusap lembut punggung Seokmin, menghantarkan kehangatan di hati pemuda itu.

“Itu semua salahku, maafkan aku..” Seokmin masih terisak, semakin terperangkap oleh perasaan bersalahnya, yang selama ini cukup menyiksa batinnya.

“Karena kecerobohan ku.. kecelakaan itu..” Seokmin tak mampu meneruskan ucapannya, kenangan pahit itu kembali menggerayangi kepalanya, bayangan tubuh yang berlumuran darah itu terus menerus terlihat di pelupuk matanya, seakan memberi tahu Seokmin bahwa dia sudah menjadi seorang pembunuh.

Tubuh Yuna menegang, mendengar kata 'kecelakaan’ yang keluar dari bibir Seokmin, gadis itu kini sudah mengerti tentang sebab akibat Seokmin yang selalu ceria dan penuh tawa itu menjadi seperti ini.

Ini bukan diri Seokmin yang selama ini dia kenal, Seokmin yang dia kenal adalah pemuda yang penuh dengan kebahagian, bahkan setiap kata yang diucapkannya akan menghantarkan kebahagiaan kepada orang yang mendengarnya.

Tanpa sadar kristal bening itu jatuh dari mata hansel Yuna, hatinya sakit melihat orang yang sangat dia cintai menjadi seperti ini karena dirinya. Jika bisa Yuna ingin memutar waktu dan kembali ke hari valentine tahun lalu, saat keduanya berjalan dengan kedua tangan yang saling bertaut, dengan senyum yang selalu tercetak di bibir keduanya hingga kecelakaan itu merengut kebahagian kedua insan yang tengah berbagi perasaannya masing-masing.

“Seokmin-ah itu semua bukan salahmu, ini sudah takdirku, jadi jangan pernah menyalahkan dirimu sendiri, jalani hidup seperti dulu..” Yuna melepas pelukannya lalu menangkup wajah Seokmin di genggamannya, menghapus air mata pemuda itu yang masih terus mengalir dengan kedua ibu jarinya.

“Jadilah Seokmin yang ceria dan penuh kebahagiaan seperti dulu lagi, aku akan sangat sedih jika melihatmu seperti ini terus”

“Tapi aku sudah membunuhmu Yuna, andai saja waktu itu aku lebih cepat menarikmu menepi mungkin kau tidak akan..” Seokmin tidak sanggup meneruskan kalimatnya, tangannya meremas dada sebelah kirinya yang berdenyut nyeri.

Ya.. di hari valentine itu, disaat hujan turun Seokmin melihat Yuna tersungkur di jalanan dingin dengan tubuh yang sudah banjir oleh darah, bahkan hoodie putih milik Seokmin yang saat itu dikenakan oleh Yuna telah berubah warna menjadi merah, saat itu Seokmin sangat terpukul bahkan akal sehatnya tidak bisa berfikir secara jernih, seandainya Seokmin bisa lebih cepat menarik tangan Yuna untuk menghindari mobil itu, seandainya Seokmin yang berada di posisi Yuna, seandainya….

Kini hanya ada seandainya saja, karena semuanya sudah terjadi, gadis yang sangat dia cintai kini telah pergi untuk selamanya, dan itu semua karena Seokmin yang lalai melepas genggaman tangannya pada tangan Yuna, hingga gadis itu tertabrak mobil yang melaju seperti sedang di kendarai oleh setan.

Karena itulah hujan menjadi musuh bebuyutan Seokmin, saat hujan turun di malam hari Seokmin selalu meringkuk di dalam kamarnya, dari bibirnya selalu terdengar erangan tertahan serta isakan pilu yang menyayat hati.

“Aku mohon berhentilah merasa bersalah Seokmin-ah, aku ingin kau menlanjutkan hidupmu, aku tau kau pasti bisa bahagia tanpaku”

“Bagaimana aku bisa bahagia jika kau adalah sumber dari kebahagiaan ku?” Seokmin menguncang bahu Yuna masih dengan airmata yang terus mengalir dari kedua matanya.

“Bahkan kini kau sudah tidak ada disampingku lagi, bagaimana aku bisa bahagia tanpamu?” Suara hujan di luar sana menghantarkan penyesalan, juga rasa bersalah Seokmin yang semakin hari semakin besar.

Biarlah seperti ini untuk waktu yang lama, bahkan Seokmin akan terus seperti ini selamanya, mengenang Yuna bersama rasa sakit dan rasa bersalah yang perlahan-lahan menggerogoti hatinya, membunuh jiwa Seokmin secara perlahan dan mengusir perasaan bahagia dalam hatinya.

Suara rintikan hujan akan terus menyiksa Seokmin hingga rasanya dia tidak ingin hidup lagi didunia ini.

-fin-

050720

Dokyeom&Yuju StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang