Gara-gara Bara mengantar Sena ke sekolah setiap hari, gadis itu jadi bahan perbincangan satu sekolah. Semua orang tahu, kalau Klandestin adalah kumpulan cowok berandalan. Dan ternyata, salah satu siswi yang tergabung dalam OSIS—kumpulan murid yang sifatnya sangat bertentangan dengan Klandestin—diduga memiliki hubungan khusus dengan Ketuanya.
"Lo-lo serius pacaran sama Bara? Ketua Klandestin?" tanya Caitlyn, kepo setengah mati. Omong-omong, Kinan tidak satu sekolah dengan Sena lagi. Sekarang dia tinggal di Palembang, dan sekolah di sana.
Sena tidak menjawab. Gadis itu sibuk sendiri dengan buku paket fisikanya. Telinganya menyumbat sepasang earphone keras-keras. Cewek itu sudah sangat muak ditanya terus-terusan.
"Siapa di sini yang bernama Sena Adelaide?!" Suara perempuan yang memekik itu sukses membuat seisi ruangan menoleh padanya. Cewek berambut panjang kecokelatan yang dibuat bergelombang. Cara gadis itu mengucapkan nama belakang Sena salah, ia mengejanya "A-de-la-i-de".
"Lo jangan pura-pura budeg deh!" Gadis itu mendekatkan dirinya pada Sena, BRAK! lantas menggebrak meja gadis berambut pendek yang diikat itu sekeras mungkin.
Sena agak terkejut tapi lagu yang memutar tepat di telinganya cukup meredam suara meja tersebut. Ia hanya kaget karena guncangannya. Gadis itu pun melepas sepasang eaphone-nya lalu mendongak. "Apa? Maaf tadi enggak kedengaran, pake earphone."
Cewek itu mendengus kesal, alisnya saling bertaut, kesal. "LO?!—Lo jangan sok deh! Lo punya hubungan apa sama Bara, hah?!"
Drama apa lagi ini, anjir....
Sena mengembuskan napas lambat, lelah menjalani hidup yang sungguh dipenuhi kejutan-kejutan yang tidak bisa diterima akal sehatnya. "Temen sesama OSIS...?"
Serius, Sena bingung harus menjawab bagaimana. Otaknya sudah terlalu mumet untuk meladeni betina yang meliar. Gadis berambut pendek itu memerhatikan dasi cewek di hadapannya, garis dua yang berarti kakak kelas. "Sebelumnya, Kakak siapa, ya?"
Cewek itu tertawa, kemudian netranya menatap Sena tajam. "Lo enggak tau siapa gue?! Kurang ajar banget lo jadi junior!" Bola matanya berputar malas. "You think you flower? Haha. You are not more than a beach."
"Maksudnya bitch?" bisik Sena pada Caitlyn yang mematung di sebelahnya. Caitlyn merupakan cewek dengan darah campuran Inggris. Caitlyn mengangguk kikuk, matanya kosong.
"Ngapain lo bisik-bisik?!" Matanya melotot dan tangannya melipat ke depan dada. "Stela. Auristela Deolinda Jovanka. Inget baik-baik," tekannya. "Gue tanya, lo siapanya Bara, hah?!"
Sena mengerjapkan matanya berulang kali, heran. "Temen sesama OSIS...?" Ia masih ragu. Tidak mungkin, kan kalau mengakui seperti Kenalin, gue pacar satu semeternya! Bahan taruhan Klandestin! Membayangkan reaksi mereka saja, Sena tidak kuat.
"Lo enggak usah pura-pura deh!" sahut cewek di belakangnya yang bergaya rambut hampir sama. "Pura-pura bego lagi, najis!" timpal cewek lainnya yang berambut panjang berponi.
"Lo pacaran sama Bara, hah?"
Ok Google, bagaimana caranya log-out dari kehidupan? batin Sena, pasrah. "Enggak."
"HAHAHAHA MASIH AJA BOONG, BEGO!" pekik Stela sampai membuat Sena dan Caitlyn tersentak bersamaan. "Jelas-jelas pas hari Jumat lo sama Bara berduaan sampe diposting di Instastory! Gue masih baik, gue diemin. Eh lo malah ngelunjak! Lo pasti nempel-nempel sama Bara dan ngerengek biar dianter ke sekolah tiap hari, kan?!" Nada suara Stela makin meninggi, lantas gadis itu menyeringai. "Oh... atau jangan-jangan lo udah ngasih tubuh lo? Dih, Cabe."
"Eh jaga omongan lo, ya!" balas Caitlyn kesal. Cewek itu berdiri, BRAK! lantas menggebrak meja tidak kalah kecang. "Lo kalo enggak tau apa-apa enggak usah banyak bacot!" Suaranya meninggi, memekik.
"GAK USAH IKUT CAMPUR! GUE ENGGAK NGOMONG SAMA LO!"
"URUSAN TEMEN GUE, URUSAN GUE JUGA!"
Amarah Stela memuncak, begitu pula dengan Caitlyn. Mereka saling tatap. Lantas Stela langsung menjambak rambut Caitlyn kuat-kuat. Caitlyn meringis dan langsung balas menarik rambut Stela tidak kalah kuat.
Sementara Sena, ia masih mematung memerhatikan. Seumur hidupnya, cewek itu tidak pernah berpikir akan terjadi drama semurahan ini. Jadi, setelah dihina pun, ia masih tidak tahu harus bertindak bagaimana.
"SENA BANTUIN GUE!" pekik Caitlyn yang berhasil membuat Sena kembali sadar akan keadaan.
"Aah...." Sena berpikir. "G-gue lapor kepala sekolah bentar. Sementara bisa di pause dulu?"
"SENA! LO PINTER APA BEGO SIH?!—AH!" geram Caitlyn, masih sambil menarik rambut Stela tidak kalah kuat.
Mata Sena bergerak ke kanan dan ke kiri. Tanpa berpikir lebih lama, cewek itu langsung berlari keluar kelas untuk melapor ke guru BK. Dia tidak tahu apa yang harus ia lakukan selain melapor.
"Bu, Bu! Temen saya jambak-jambakan sama kakak kelas!" lapornya dengan napas tidak beraturan. Anak rambutnya berjatuhan, dahi dan pelipisnya dipenuhi keringat. "Cepetan, Bu. Kondisinya udah kayak satwa liar!" seru Sena panik.
Dengan begitu, Yeni—guru BK—bergegas mengekor pada Sena yang berjalan cepat. Kenapa hidup gue jadi kayak drama banget, woi?! Sambil terus berjalan, Sena menangis dalam hati.
"KALIAN BERDUA, BERHENTI!"
Kontan Caitlyn, Stela dan dua temannya berhenti. Tiga lawan satu tapi Caitlyn masih bisa bertahan meskipun rambutnya sudah benar-benar acak-acakan, begitu pula dengan Stela dan temannya—Tamara dan Fani.
"Ikut Ibu ke ruang BK sekarang!" seru Yeni dengan suara tegas. Yeni memiliki potongan rambut pendek setelinga dan poni yang penuh. Ia juga memakai kacamata kotak.
"Tapi Bu—" Stela angkat bicara.
"Enggak ada tapi-tapian! Ikut Ibu sekarang atau hukuman kalian akan Ibu tambah!" Tatapan mata Yeni menajam.
"Saya enggak salah apa-apa Bu, serius," ujar Caitlyn. "Sena bantuin gue!" bisiknya pada Sena.
"... Gue mau belajar...," balas Sena dengan suara kecil.
"Enggak ada alasan!" jawab Yeni, menatap Caitlyn lekat-lekat.
"Astagfirullah kenapa gue punya temen kayak lo, sih Senaaaa!" dengus Caitlyn, keningnya mengerut.
Mata Sena mengerjap lima kali. "Ja-jadi gue harus ikut ke BK?" Sementara Caitlyn hanya membalas dengan tatapan mata yang kian menajam sekaligus malas. "Bakal lama enggak?" tanya Sena memastikan. Lagi-lagi, Caitlyn hanya membalas dengan tatapan yang sama, ditambah dengan embusan napas berat.
Sena menoleh ke arah Bu Yeni yang masih menatap Stela dan dua temannya. "Oke." Sena menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya cepat. "Bu, saya join."
- bersambung -
hELL i never thought i'd write a story like this.
not in a bad way, i just—
bUT STILL, i kinda like it.VOTE dan KOMEN kalau suka dengan ceritanya! :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Are You Really a Bad Boy?
Подростковая литератураBara tertangkap basah menyimpan ratusan foto dan video porno yang sebenarnya bukan miliknya. Semua orang menuduh, memaki, bahkan orangtuanya memutuskan untuk mengusir Bara dari rumah. Saat SMA, Bara berubah total. Ia bergabung sekaligus menjadi ketu...