Satu

24 2 0
                                    

1 Juli 2017
Dear Diary...

Hari ini adalah hari keberangkatan gue menuju Padang. Kemarin malem sekitar jam sepuluh, gue dan keluarga berangkat ke Jakarta, tepatnya ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Gue sampai di bandara tepat pukul setengah dua pagi.

Di bandara, gue baru bisa check-in jam empat pagi. Gue dan keluarga menunaikan ibadah sholat subuh di mushola. Kemudian setelah ada pemberitahuan keberangkatan pesawat Lion Air JT 252 tujuan Padang, kita menuju ke arah yang sudah ditentukan oleh petugas bandara. Kita naik bis menuju pesawatnya, lalu naik ke pesawat sesuai urutan nomor kursi.

Ternyata, pesawat yang gue tumpangi ini air buss, alias memuat sembilan penumpang di setiap baris ke sampingnya. Gue duduk di bagian tengah sama mama dan kak Pelangi. Sedangkan papa, Kenanga, dan Bimasakti duduk di sebelah kanan. Akhirnya tepat pukul enam pagi, pesawat Lion Air JT 252 lepas landas di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Perjalanan ke Padang memakan waktu satu setengah jam. Jam setengah delapan pagi, gue udah sampai di Bandara Internasional Minangkabau. Selama menunggu koper keluarga gue keluar dari bagasi pesawat, kita selfie di salah satu spot foto berlatar Rumah Gadang.

Setelah barang-barang dan koper keluarga gue diambil dan dinaikin ke troli, akhirnya kita mendorong troli dan keluar dari area bandara. Gue dan keluarga menuju ke parkiran dimana paman yang menjemput kita nunggu disana. Setelah semua barang naik ke bagasi, gue berangkat menuju rumah kakek dan nenek.

Pukul setengah sembilan, kita sampai di rumahnya. Gue langsung salam ke kakek dan nenek gue dengan semangat. Gak lupa, gue juga berkunjung ke rumah paman Anto dan bibi Reni yang tinggal di sebelah rumah kakek dan nenek. Rumah mereka terhubung oleh jalan yang di pagari. Jadi aman banget kalaupun gue bolak-balik antara rumah mereka. Oh iya, gue akan menyimpan barang-barang di rumah paman Anto dan bibi Reni. Sedangkan untuk tidur malam, gue akan tidur di rumah kakek dan nenek.

Saat gue datang, ada keluarga kakak mama yang juga sedang menginap disini, namanya paman Tedi dan bibi Ressy. Mereka punya dua anak perempuan dan dua anak laki-laki. Yang pertama namanya Zara dia setahun dibawah gue. Yang kedua namanya Henny dia dua tahun dibawah gue. Yang ketiga namanya Rega dia lima tahun dibawah gue. Dan yang terakhir Deno dia sebelas tahun dibawah gue.

Setelah itu gue, Kenanga, dan kak Pelangi menuju ke kamar tante gue yang udah gak dipakai. Karena tante gue sudah merantau ke Bandung. Akhirnya kita beresin barang-barang lalu mandi biar segar. Suhu di Padang tuh panas banget, beda jauh deh sama Bandung yang sejuk.

Jam setengah satu siang, adzan baru berkumandang dan gue segera menunaikan ibadah sholat dzuhur. Oh iya, perbedaan jam sholat dari Bandung ke Padang tuh setengah jam guys. Jadi kalau di Bandung jam enam pagi baru terang, di Padang masih gelap dan baru terang jam setengah tujuh pagi. Begitu pula terbenamnya.

Saat selesai, gue rebahan di lantai. Uh enak banget lantainya dingin. Lumayan lah, bisa bikin gue ngerasa adem walau sedikit. Tiba-tiba, bibi Reni dateng dan ajak gue ke Pasar Kuraitaji. Okelah, gue, Kenanga, Zara dan Henny ikut bibi Reni.

Saat di pasar, bibi Reni ngajak kita beli beberapa kasur lipat dan kebutuhan lainnya.

Setelah itu kita beranjak ke Pasar Ampalu untuk beli bakso paling enak disini, katanya. Kita memesan untuk dibungkus dirumah. Dan semua yang ada dirumah juga dibeliin.

Saat gue lagi nungguin bibi Reni di kedai bakso, ada beberapa laki-laki jahil yang teriakin kita kembar. Otomatis gue dan Kenanga memalingkan wajah. Percayalah, bukan disini aja orang lain salah fokus sama wajah kita yang mirip. Rasanya males banget ngeliat laki-laki jahil itu godain kita.

Setelah beres beli bakso, kita pulang kerumah dan menyantap baksonya. Hwa, enak banget parah. Harganya lumayan lah, seimbang dengan rasa baksonya. Pokoknya, gue harus beli lagi ini bakso. Mumpung di Padang, ahahay.

Dengan badan lesu, gue merebahkan diri di kamar barang-barang gue. Gak kerasa, tadi pagi gue masih di pulau Jawa, sekarang udah di Sumatera aja. Pantes aja gue capek. Full banget dari malem gak istirahat.

Gue memejamkan mata dan akhirnya terlelap.

***

Pukul setengah empat sore, gue terbangun untuk menunaikan ibadah sholat ashar. Gue dengan wajah terkantuk-kantuk kembali merebahkan badan setelah beres sholat.

Baru aja beberapa menit molor, si Kenanga ngebangunin gue. Katanya, "Tar cepetan ih kita ke rumah nenek dari papa," nenek dari papa ini namanya nenek Jamilah.

"Pusing, Nga" kata gue lesu.

"Yaudah, Tari gak usah diajak aja lah," balasnya sebal. Dengan wajah bete, gue membersihkan wajah dan siap menuju rumah nenek Jamilah.

Diperjalanan, gue terpikirkan untuk segera pulang ke Bandung. Rasanya.. baru beberapa jam di Padang udah membuat gak betah. Tetapi, gue harus nunggu tiga belas hari lagi. Hwa, bayangin. Lama banget. Orangtua gue beli tiket pesawat pulang tuh tanggal empat belas. Kayak dipikiran gue tuh pingin cepet-cepet balik ke Bandung ajalah. Kenapa gue se gak betah ini sih? Karena di rumah kakek dan nenek gue ini gak ada sinyal handphone. Ya ampun, sedih banget rasanya. Masa, gue dilanda gabut terus sih? Gimana kalau mau update status? Gimana kalau mau chit-chat sama temen gue? Serba susah pokoknya.

Sesampainya di rumah nenek Jamilah, kita makan dan ngobrol-ngobrol lama sembari melepas rindu. Gue juga sholat maghrib dan isya disana. Setelah itu, gue dan keluarga pulang ke rumah.

Huft, capek banget hari ini. Fix, gue bakal hitung hari aja deh sampai tiga belas hari terlewati.

Gue tidur di ruang tamu pakai kasur lipat. Karena kalau di kamar tuh panas banget, gak kuat gue. Tidur aja harus pakai kipas angin dua. Berapa derajat sih ini? pikir gue dramatis.

Setelah melalui perjalanan panjang di hari ini, akhirnya gue terlelap dalam keadaan tiga L. Alias lemah, letih dan lesu.

Mungkin, segitu aja cerita gue hari ini. Sampai berjumpa besok diary.

~

Vote dan comment💗🌈

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang