Dear Diary...
4 Juli 2020Teruntuk semesta dan seisinya, terimakasih pernah merencanakan pertemuan diantara aku dengan dirinya. Terimakasih karena di titik itu aku paham, bahwa aku mulai menyayangi dia seluas semesta, dan mencintai dia sejatuh-jatuhnya.
Dan dari tanggal yang sama tepat 3 tahun lalu, aku masih mengharapkan dia. Tolong sampaikan kepada dia yang jauh di barat Indonesia, aku masih menunggu rencana semesta selanjutnya.
—Padang, 4 Juli 2017Gue membaca puisi tersebut dengan hati kecewa. Tiga tahun berjalan dan gue kembali merindukan kak Bintang.
Sedikit cerita, diakhir tahun 2017 gue memutuskan untuk pacaran dengan salah satu teman gue di OSIS. Hubungan kita lumayan lama tapi pada akhirnya kandas. Yaps, untuk apa menjaga jodoh orang lain? Hehehe.
Mungkin kalian kecewa dengan gue yang bisa melupakan kak Bintang secepat itu. Enggak.. gue sama sekali enggak bermaksud melupakan kak Bintang. Tapi memang diri gue sendiri enggak pernah tau kabar apapun dari kak Bintang.
Abang Dani dan kak Resti gagal menikah karena ternyata kak Resti udah punya pacar di Palembang, dia udah membohongi kita semua perihal ini. Gak apa-apa kok, menikah kan memang perlu kejujuran, jika diawal udah ada kebohongan, bagaimana selanjutnya?
Setelah kejadian itu, tante Marissa jadi enggan menghubungi mama gue. Mungkin dia malu karena kak Resti ketahuan bohong. Maka dari itu gue gak pernah tau apapun lagi tentang kak Bintang.
Akhirnya gue pun kembali memulai hidup baru setelah putus dengan pacar gue. Gak apa-apa, malah gue jadi bisa hijrah kan? Kalau ada pacar, hijrahnya terhalang gitu, hehehe.
Setelah putus, gue cuma menyukai kak Bintang dalam diam. Gak gue ungkapkan ke orang lain, kecuali ke teman dekat gue. Gue cuma berharap suatu saat nanti ada kabar dari kak Bintang. Dia masih di Palembang kok, tapi gue aja yang gak tau apapun tentang dia.
Inilah kisah hidup gue yang sangat tidak mungkin untuk gue lupakan. Harapan gue, semoga kak Bintang bahagia, semoga dia menemukan cerita bahagia disana.
Untuk sekarang, gue cuma berharap sama Allah.
Kalau Allah berkehendak, pasti Dia akan mempertemukan gue dengan kak Bintang lagi.
Tetapi.. kalau Allah nyiptain sosok kak Bintang bukan untuk gue, pasti Allah akan kasih seseorang yang memang pantas untuk diri gue. Dan memang sempurna untuk jadi pelengkap hidup gue.Yang penting, gue enggak pernah menyerah sama hidup. Gue harus tetap bersinar. Iya, seperti mentari. Pada akhirnya gue paham, kenapa orang tua gue kasih nama semenarik ini untuk gue.
Mentari Ratusemesta.
Bagi gue, artinya adalah matahari yang selalu menjadi daya tarik di alam semesta. Layaknya matahari, papa dan mama selalu ingin gue bisa bersinar dalam keadaan apapun. Mereka ingin gue selalu percaya akan munculnya Mentari setelah ia direnggut oleh malam gulita. Mereka percaya bahwa gue akan seindah Mentari pagi. Yang kehadirannya selalu ditunggu umat manusia, karena Mentari pagi itu lambang dari kehangatan, kecerahan, dan keindahan.
Selain itu, bagi gue Mentari juga sebagai bunga matahari. Dia indah dengan caranya. Dia bersinar seperti matahari. Dia berdiri tegak ketika bermekaran.
Bunga matahari memiliki makna dan filosofi. Filosofi bunga matahari memiliki arti kesetiaan. Karena penampang bunga ini selalu setia mengikuti arah matahari bersinar. Juga warna kuning yang identik dengan arti kehangatan dan kebahagiaan.
Semoga, Mentari berbahagia ya?
Inilah akhir dari cerita Mentari Ratusemesta. Jangan bersedih, gue si Mentari akan selalu menerangi hari dan hati kalian.
~
Vote dan comment💗🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Bulan Juli [END]
Teen FictionSHORT STORY COMPLETED SPIN OFF THE BUCINERS Mentari memiliki hobi menulis diary, dia selalu mengabadikan momen yang menurutnya berharga di buku diary. Selain itu, Mentari juga sangat suka bepergian dengan keluarganya. Tepat di awal Bulan Juli, merek...