Tujuh

6 1 0
                                    

7 Juli 2017
Dear Diary...

Hari ini adalah hari paling istimewa, kayaknya sih hehehe. Soalnya gue, Kenanga, mama, dan Bimasakti bakalan pergi ke Bukittinggi sama keluarga tante Marissa dengan mobil mereka. Sedangkan papa gue dan kak Pelangi, bakalan pergi sama nenek Jamilah ke pantai dan kulineran disana.

Gue ke Bukittinggi untuk mempertemukan kak Resti dan Abang Dani lagi.

Pagi ini setelah sholat subuh, mandi dan sarapan, gue kembali menjemur pakaian dengan semangat. Sembari menunggu keluarga tante Marissa, gue makan camilan di meja tamu depan. Hwa, banyak banget camilannya. Gue makan permen cokelat, chocochip, dan masih banyak lagi.

Gue nyemil sambil tiduran. Padahal itu tuh gak baik banget buat pencernaan sih. Karena gue mager, yaudah lah ya. Kali-kali aja.

Gue termenung di kursi sembari membayangkan wajah kak Bintang. Gue udah semangat banget mau satu mobil sama dia. Ahahay asyik.

Gue pun bertekad dalam hati untuk enggak tertidur di perjalanan. Pokoknya gue gak mau kalau sampai ketiduran. Gimana kalau gue ileran? Gimana kalau gue ngigau? Atau gimana kalau gue mangap? Hwa, gue gak mau itu terjadi. Jadi gue akan duduk manis manjalita biar kak Bintang tersepona. Eh, terpesona.

Waktu gue sedang mencomot permen cokelat, tiba-tiba mobil keluarga kak Bintang dateng. Gue auto lari-lari ke rumah paman Anto dan bibi Reni buat pakai kerudung. Masa mereka datengnya kecepetan sih? Gue kan belum siap. Mana ini pashmina lagi, ribet banget deh.

Dengan gerakan cepat, gue menyelesaikan tatanan kerudung gue. Ya lumayan bagus sih. Waktu gue masih berkaca di cermin yang gede banget, gue di panggil si Kenanga.

"Mentariii, cepetan dong lo! Ngapain aja sih?!" Teriaknya garang.

Gue mendelikkan mata sebal dan membalas, "bentar dong Kenanga. Pashmina ini tuh ribet banget. Lo sih, maksa gue pake ini!"

"Ya kalem weh meni ngegas," kata Kenanga. Gue hanya mendengus melihat kepergian Kenanga.

Waktu gue kembali ke rumah kakek dan nenek, gue melihat kak Bintang dan keluarganya lagi duduk-duduk di ruang tamu depan. Saat gue mau menuju kesana, mama malah nyuruh gue buat anterin minum buat keluarga mereka.

"Mentari, iko agiahan ka tante Marissa," kata mama. Gue pun mengangguk sembari berjalan menuju mereka dengan agak susah. Ya karena gue bawa satu nampan minum. (Ini kasihin ke tante Marissa).

Saat gue sampai, om Juna langsung ngeliat gue. "Eh Mentari, makasih banyak ya," kata om Juna.

"iya om silahkan diminum," kata gue sembari mengangguk dan kemudian gue menatap tante Marissa dan anak-anaknya sambil bilang, "diminum tante, kak," mereka mengangguk dan berterimakasih kepada gue.

Gak lama kemudian, kita semua berangkat naik mobil keluarga kak Bintang. Gue dan Kenanga pun melambaikan tangan ke arah mobil papa dan kak Pelangi yang bareng berangkatnya. Tapi mereka ke rumah nenek Jamilah.

Diperjalanan pergi, gue bener-bener melek alias anti tidur. Gue dengan gabut cuma melihat pemandangan yang dilalui tanpa main handphone. Karena jalan menuju Bukittinggi nya lewat daerah Malalak yang berbelok-belok, jadi beresiko pusing kalau maksain main handphone.

Sesampainya disana, seperti biasa kita langsung sholat dzuhur dan istirahat sebentar. Kemudian bibi Syena ngajakin kita semua makan di restoran. Meluncurlah kita semua ke Restoran Sederhana di Bukittinggi.

Di perjalanan menuju restoran, gue duduk di belakang sama kak Resti, kak Bintang dan Angga. Hwa, seneng banget. Walaupun seseledek alias sempit-sempitan, gue tetep bahagia duduk deket mereka. Mana jalannya macet, makin lama deh gue bermanjalita deket mereka.

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang