Dua Belas

1 1 0
                                    

12 Juli 2017
Dear Diary...

Pagi ini gue terbangun dengan keadaan fresh. Yaps, sepupu dari papa bakalan main kesini. Yes, jadi rame deh. Namanya bibi Rayna. Dia punya tiga anak loh, anak pertamanya perempuan namanya Febby, seangkatan gue. Yang kedua perempuan namanya Jessa, tiga tahun dibawah gue. Dan yang terakhir laki-laki namanya Alvin, dia kayaknya masih TK A.

Pagi ini setelah melipat selimut dan menyimpannya di kamar, gue beranjak ke ruman paman Anto dan bibi Reni untuk wudhu dan sholat subuh. Setelah sholat, gue memakai handuk kimono untuk mandi. Hari ini gue memakai baju kasual.

"Nga, ayo sarapan!" Kata gue mengajak Kenanga. Kenanga menekuk mukanya. Dia tuh lagi agak-agak dilema ternyata. Setau gue, setelah Angkasa alias gebetannya Kenanga memilih nikah muda sama pacarnya, Kenanga masih sibuk mencari cinta sejati. Dia sih masih bucin gak ketulungan. Gak taunya nih ya, kemarin-kemarin mantan Kenanga si Reygan kembali ke dia dengan keadaan Reygan udah introspeksi diri. Reygan itu dulu banyak banget kesalahannya, dia bener-bener nyebelin dan bikin ilfeel. Tapi.. dia udah berusaha untuk berubah. Dia kembali pada Kenanga disaat Reygan udah bener-bener ngasih jaminan bahwa dia gak akan mengulangi kesalahan yang sama. Jadi, si Kenanga dilema terus.

"Sok weh lo aja yang sarapan," kata Kenanga membalas ajakan gue.

"Ayo ih! Bentar lagi bibi Rayna dateng nih," kata gue.

"Ntar ah. Gue mau curhat dulu deh, Tar," balas Kenanga. Gue pun mengangguk dan mengalirlah cerita Kenanga.

Yang gue tangkap dari cerita dia sih sebenarnya dia masih bisa aja nerima Reygan, karena dia juga udah lihat usaha Reygan yang bener-bener gak bisa diprediksi sebelumnya. Malahan belakangan ini Reygan sering ngechat Kenanga. Dan Kenanga juga lumayan nungguin pesan-pesan si Reygan sih. Tapi di satu sisi Kenanga gak mau gegabah soal pilihannya. Karena dia gak tau apa Reygan memang pantas di kasih kesempatan kedua atau enggak.

"Bener sih, gak semua orang bisa ngasih kesempatan kedua. Karena bisa aja hasilnya sama kayak hubungan yang dulu. Tapi, lo gak bisa stuck di pola pikir yang kayak gitu. Menurut gue, ikutin kata hati lo. Jangan sedih juga, masa mau jalan-jalan gini lo sedih?" Kata gue mencoba menghibur.

"Iya bawel amat sih lo," katanya pura-pura mendelikkan mata ke arah gue.

"Heu, udah nyebelin kayak gini mah udah gak sedih lagi," kata gue sambil berlalu menuju ruang makan.

Gue menyantap sarapan hari ini. Yaitu lontong Padang buatan bibi Reni. Wah, enak nih. Gue menghabiskan makanannya dalam waktu sepuluh menit, kemudian dilanjut dengan minum teh manis hangat yang sudah dituangkan dari teko. Hwa, seger banget deh.

Setelah itu, gue menyambut kedatangan bibi Rayna dan anak-anaknya. Oh iya, mereka harusnya kesini sama paman Toni. Tapi paman Toni masih ada urusan di kota perantauannya yaitu Garut.

Setelah bersalaman dengan keluarga bibi Rayna, gue membantu mama menyuguhkan minuman untuk mereka. Setelah semuanya tersuguh, barulah kami duduk-duduk sambil berbincang.

Gak lama kemudian, papa ngajak kita buat ke Kelok Empat Puluh Empat. Wah, asyik. Gue udah lama banget gak kesana. Terakhir kesana sih waktu gue masih kecil.

Gue memakai kerudung segiempat dengan rapih. Setelah itu naik ke mobil dengan semangat. Gue yang biasanya duduk di jok tengah bagian kanan, tiba-tiba harus pindah ke belakang. Gue duduk bersebelahan dengan Kenanga. Dan di hadapan kita ada Febby yang bersebelahan sama Jessa.

Perjalanan ke Kelok Empat Puluh Empat lumayan jauh, tapi yang bikin jauhnya gak kerasa itu karena disuguhkan dengan pemandangan sawah sejauh mata memandang. Hwa, seger banget mata gue ngeliat yang hijau-hijau.

Gak lama kemudian kita singgah di salah satu masjid untuk sholat dzuhur. Bibi Rayna sama Febby lagi gak sholat. Jadi mereka nunggu di mobil.

Setelah selesai sholat, kita melanjutkan perjalanan. Hingga sampai di Kelok Empat Puluh Empat pukul satu siang.

Wah jalanan Kelok Empat Puluh Empat nya lumayan nanjak. Tapi lumayan deh, soalnya pemandangan nya bagus. Akhirnya kita sampai di Kelok terakhir. Yaitu Empat Puluh Empat. Dari sana kita beranjak ke daerah Malalak untuk menuju ke Bukittinggi. Ini udah kelima kalinya guys gue ke Bukittinggi selama di Padang. Ahahay seru, rekor banget ini.

Waktu masih di Malalak, kita singgah ke salah satu warung jajanan buat jajan makanan ringan. Kita duduk-duduk disana sambil jajan yang banyak.

Dua puluh menit kemudian kita melanjutkan perjalanan. Dan sampai di Bukittinggi tepat pukul setengah tiga.

Waktu sampai disana, kita langsung mengunjungi tempat yang paling romantis disana. Yaps, Jam Gadang. Gue memandang Jam Gadang dengan binar mata yang sedih. Tempat ini selalu mengingatkan gue akan kehadiran dia. Jadinya kangen, huhuhu. Oh iya, pastinya kak Bintang udah sampai di Palembang. Karena perjalanan dari Padang ke Palembang itu kalau naik mobil kurang lebih memakan waktu satu hari perjalanan. Harapan gue, semoga mereka selamat sampai tujuan.

Gue dan semuanya foto-foto bersama di depan Jam Gadang. Kita saling bergantian untuk difoto. Bagi gue, ini akan menjadi kenangan yang menyenangkan dan gak akan gue lupain.

Selesai berfoto, gue kembali menengadah ke puncak Jam Gadang. Memandang jam yang menunjukkan pukul tiga tepat. Jam Gadang baru saja berbunyi tiga kali. Gue tersenyum ke arah puncak Jam Gadang, seolah ada kehadiran kak Bintang diatas sana.

Setelah kepergianmu, hingar bingar di Kota Bukittinggi terasa sunyi senyap bagiku.
Kemudian Jam Gadang menjadi pusat perhatianku setelah lenyapnya hadirmu.
Waktu terasa berjalan lambat, semesta seolah mempermainkan aku dalam keramaian.
Ini bukan akhir dari kisah kita, kan? Sampai jumpa lagi.

Setelah puas berfoto dan sedikit mengingat kak Bintang, gue main ke beberapa tempat jajan makanan dan minuman di sekitar area Jam Gadang.

Lalu mama mengajak kita untuk ke rumah paman Reza dan bibi Syena. Disana kita akan menginap satu malam. Yippie, seru banget kayaknya.

Tepat saat adzan ashar berkumandang, keluarga gue sampai di rumahnya paman Reza dan bibi Syena. Kita langsung sholat ashar. Dan setelahnya langsung makan sore bersama.

Sehabis makan adalah waktu yang tepat untuk istirahat. Kita semua istirahat sembari memainkan handphone. Gue kembali chatting sama temen-temen gue. Gak lupa, gue juga upload foto gue yang tadi di Jam Gadang.

Singkat cerita, gue sholat maghrib dan isya di rumah. Lalu makan malam dan kembali memainkan handphone sambil mengobrol-ngobrol dengan Kenanga, kak Pelangi, Febby dan Jessa.

Setelah itu, gue tidur di ruang lesehan rumah mereka. Malam ini akan jadi malam yang berbeda. Karena gue gak butuh kipas angin, karena cuaca di Bukittinggi ini dingin banget. Sedingin cuaca di Bandung. Ah, ngomong-ngomong tentang Bandung gue jadi inget kalau dua hari lagi gue bakal ninggalin Padang dan kembali ke Bandung.

Gue menghela nafas lelah. Kemudian benar-benar tertidur. Hallo, selamat datang dunia mimpi.

Mungkin, segitu aja cerita gue hari ini. Sampai berjumpa besok diary.

~

Vote dan comment💗🌈

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang