Sebelas

2 0 0
                                    

11 Juli 2017
Dear Diary...

Pagi ini gue terbangun dengan sedikit lesu. Gue masih mengingat kepergian kak Bintang. Yah, yaudah lah ya. Hidup harus terus berlanjut. Gue segera menunaikan ibadah sholat subuh dan segera mandi.

Pagi ini gue memakai baju gamis bermotif bunga-bunga dan kerudung segiempat berwarna hitam. Keluarga gue hari ini bakalan pergi. Tapi gak tau kemana, yaudah gue ngikut aja deh.

Setelah semuanya siap, kita berangkat menuju ke suatu tempat yang jadi kota favorit gue. Yaps, Bukittinggi. Gue baru di kasih tau papa, katanya hari ini kita bakalan menuju ke Bukittinggi. Entah mau kemana sih, yang penting kita pergi kesana.

Diperjalanan pergi, keluarga gue singgah ke salah satu pasar, namanya Balai Baru. Kita membeli banyak gorengan. Namanya sala bulek. Sala bulek adalah gorengan berbentuk bulat yang isinya lumayan gurih. Enak banget loh guys. Keluarga gue membeli dua kantong besar sala bulek. Satu kantong untuk keluarga gue makan di jalan, dan satunya untuk diantarkan ke rumah nenek Jamilah.

Dari Balai Baru, kita beranjak ke daerah rumah nenek Jamilah. Tepatnya di Sungai Sariak. Sesampainya disana, kami bersalaman dan mengobrol-ngobrol sebentar. Lalu memberikan sala bulek yang sudah dibeli.

Oh iya, sedikit cerita karena gue lupa nyeritain di diary tanggal dua, sebenarnya waktu kita ke rumah nenek Jamilah, kita harus membawakan satu rantang makanan. Isinya bermacam-macam, dari nasi, telur, daging, dan lain-lain. Itu adalah tradisi di daerah gue. Tradisi ini dilakukan kalau lebaran guys. Jadi setiap hari lebaran, keluarga perempuan harus bawain makanan serantang besar untuk keluarga laki-laki. Tapi karena keluarga gue berlebaran di Bandung, jadi kita baru bisa merealisasikan tradisi ini.

Kembali ke dunia nyata, kami sekeluarga berpamitan untuk segera berangkat ke Bukittinggi. Kalau biasanya keluarga gue ke Bukittinggi lewat daerah Malalak, kali ini enggak. Kita ke Bukittinggi lewat daerah Padang Panjang.

Kami melangsungkan perjalanan dengan sukacita. Baru lima belas menit dari rumah nenek Jamilah, papa mampir ke salah satu SPBU di dekat sana, tepatnya di daerah Sicincin. Kita mengisi bensin dulu. Sambil mengisi bensin, banyak penjual keliling menjual beberapa makanan ringan, seperti telur puyuh, telur asin, kacang, dan lainnya. Gue, Kenanga dan kak Pelangi pengen beli. Akhirnya kita membeli makanan di penjual tersebut.

Setelah transaksi beres, keluarga gue melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. Kita melewati Padang Panjang, melewati air terjun dan melewati daerah Silaiang yang jalannya sangat terjal.

Waktu masih di daerah sebelum Bukittinggi, gue lupa daerah apa namanya, papa tiba-tiba ngajak kita buat ke tempat wisata Tirta Alam. Katanya waktu papa sama mama masih pacaran, mereka pernah main kesini. Wow, awet banget tempatnya. Udah dua puluh tahunan lebih.

Kita masuk kesana tanpa biaya, hanya biaya parkir aja. Dari gerbang masuk ke tempat wisatanya cukup jauh. Ternyata jalannya juga enggak bagus. Akhirnya papa dan mama memutuskan buat enggak jadi main kesini. Selain faktor diatas, tempat ini tergolong sepi. Jadi ya kita agak gimana gitu.

Kami melanjutkan perjalanan ke Bukittinggi. Sesampainya disana, kita langsung menuju ke salah satu masjid megah di Bukittinggi. Dan melaksanakan sholat dzuhur masing-masing. Wah ini sih masjidnya bagus banget, adem. Masyaallah tabarakallah.

Setelah sholat, kita mampir ke salah satu restoran yang lagi lumayan sepi pengunjung. Akhirnya kita makan disana dan duduk lesehan. Kalau di restoran Padang, semua makanan di suguhi dulu di meja. Tinggal kitanya aja pilih mau menu yang mana. Nanti jumlah bayarannya dihitung sesuai dengan makanan yang kita makan. Beres deh. Seperti biasa gue memilih menu ayam bakar dan sambal hijau. Wah, mantap nih. Gue langsung menyantapnya hingga habis, hehehe. Alhamdulillah kenyang.

Oh iya, sedikit cerita karena gue lupa nyeritain di diary tanggal tiga, sebenarnya waktu masih di daerah Malalak, tepatnya sehabis ngeborong durian yang banyak, keluarga gue kembali mampir di salah satu restoran lesehan. Namanya Kelok Sikabu. Tempatnya bagus banget. Ada semacam kolam ikan. Ada fasilitas toilet dan mushola juga, kebetulan gue sholat dzuhur disana. Terus tempat duduk lesehannya banyak. Yang paling utama, makanannya enak banget. Gue sampai nambah nasi terus. Pokoknya, enak banget deh. Gue puas banget makan disana.

Kembali ke hari ini, setelah makan gue mencuci tangan di mangkok besi kecil yang memang khusus untuk cuci tangan. Setelah itu, gue memainkan handphone karena ada notifikasi, hehehe. Asyik ada sinyal. Gak lama kemudian, gue dan Kenanga kebelet pipis. Kita pun kembali menumpang pipis di toilet restorannya. Akhirnya, lega juga kalau udah pipis.

Setelah selesai makan, kita kembali naik ke mobil untuk melanjutkan perjalanan ke arah Jam Gadang.

Oh iya, kita enggak berniat mampir ke rumah saudara mama atau siapapun. Kita kayak diem-diem aja gitu. Padahal nih ya, kita ngelewatin Pasar Atas tepatnya toko abang Fadil. Karena Pasar Atas itu adalah salah satu jalan yang bisa membuat kita sampai di Jam Gadang.

Setelah melewati area Jam Gadang, kita memarkirkan mobil di dekat sebuah bank. Papa dengan cepat berlari ke arah ATM dan menarik uang disana. Setelahnya, kami berjalan-jalan menyusuri kota Bukittinggi.

Jalur ini adalah jalur ke area Jam Gadang juga. Kita berjalan di pinggiran jalan raya, karena memang ada jalanan khusus untuk pejalan kaki.

Kita berjalan-jalan santai sembari menikmati keindahan kota ini. Beratus-ratus meter dari tempat parkir, kita sampai di Taman Monumen Proklamator Bung Hatta. Kami berfoto-foto ria disana. Gue difoto dengan berbagai macam gaya eksis. Setelah itu, kita kembali berjalan ke area Jam Gadang.

Sebelum sampai di Jam Gadang, kami kembali mampir ke salah satu distro yang berkualitas. Namanya kaos Samek. Wah, bagus-bagus kaosnya. Papa gue beli beberapa kaos disana. Setelah itu kita ke Jam Gadang.

Di Jam Gadang kita kembali selfie dan foto-foto, yang penting sesampainya di Bandung bisa upload di sosial media, ahahay.

Setelah merasa cukup dengan fotonya, kita memilih untuk segera pulang. Yah, gabut lagi deh. Masa sebentar banget di Bukittinggi nya? Tapi gak apa-apa lah. Yang penting udah refreshing.

Sebelum pulang, kita mampir ke toilet SPBU. Setelahnya baru berangkat. Baru saja berangkat, tiba-tiba daerah menuju Malalak dilanda macet. Akhirnya kita bermacet-macetan di jalan. Saat lagi macet, gue dan Kenanga heboh minta papa buat berhentiin mobilnya. Karena di sebrang sana ada toko baju yang lagi diskon. Akhirnya papa memutar arah kesana.

Di toko baju itu kita memilih beberapa baju. Setelah beres memilih baju hingga memakan waktu satu jam, kita segera membayar belanjaannya. Setelah itu, kembali numpang pipis di toilet tokonya. Setelah semuanya selesai, kita baru pulang ke rumah.

Singkat cerita, kita udah sampai di daerah Bisati. Setelah sebelumnya kita semua sholat ashar, Papa kembali memberhentikan mobilnya. Mau kemana kita? Yaps, ke sate Ajo Lalen. Hwa, mantap deh. Seperti biasa kita masing-masing memesan satu porsi sate dan satu porsi es tebak. Nikmat banget. Apalagi nih ya, di samping kedai satenya ini adalah hamparan sawah yang terbentang luas. Bagus banget. Gue kembali jatuh cinta terhadap senja. Seandainya.. gue bisa liat senja bareng kak Bintang. Eh, udahlah masa masih di ingat sih? Harusnya gue bisa menahan rasa. Semoga aja bisa ya.

Setelah makan, kita pulang ke rumah kakek dan nenek. Kita sampai di rumah tepat pukul setengah tujuh malam. Lalu kita melaksanakan sholat maghrib.

Setelah sholat maghrib, gue memilih untuk segera mandi sore. Sebenarnya ini bisa di bilang mandi malam sih, tapi gak apa-apa. Setelah mandi dan pakai baju tidur, gue makan malam dan langsung sholat isya.

Barulah, gue merebahkan diri sembari nonton sinetron favorit gue. Gak lama kemudian, gue ketiduran dengan lunglai dan lesu banget. Oke, kembali ke alam mimpi.

Mungkin, segitu aja cerita gue hari ini. Sampai berjumpa besok diary.

~

Vote dan comment💗🌈

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang