Enam Belas

2 1 0
                                    

Dear Diary...
16 Juli 2017

Pagi ini gue terbangun dengan keadaan yang lagi sedih dan kedinginan akut. Gimana gak dingin? Orang subuh-subuh aja airnya kayak es, huhu sedih banget deh.

Setelah sholat subuh, gue merebahkan diri di kamar dan membayangkan kak Bintang. Gue sedih banget harus berpisah dengan dia secepat ini. Padahal, gue berharap kita masih bisa ketemu.

Gue pun merenung sambil menangis. Gue menangis bukan karena ingat kak Bintang aja. Tapi karena gue kangen nenek gue. Sedih banget ninggalin nenek. Nenek gue katanya belum ada nafsu makan semenjak kepergian keluarga gue. Semoga nenek dan kak Bintang baik-baik saja. Gue sayang mereka.

Gue pun mengelap air mata yang membasahi pipi. Gue harus kuat. Realita hidup gue di sini, Bandung namanya. Bukan Padang ataupun Bukittinggi.

Waktu gue mau beranjak mandi, mama gue nanyain kenapa mata gue sembap. Ya gue jawab, gue sedih lah inget nenek, huhu sedih banget pokoknya. Sebenarnya karena kangen kak Bintang juga. Tapi masa iya sih gue ngasih tau mama? Gak deh.

Gue pun mencuci wajah dengan sabun, kemudian lanjut untuk mandi. Gue harap mata sembap gue enggak keliatan lagi. Semoga aja.

Sehabis mandi gue memakai baju berwarna hijau. Kemudian mama mengajak gue untuk menghadiri acara ulang tahun temannya Bimasakti. Okelah kita kesana. Jaraknya cuma beberapa rumah dari rumah gue.

Disana ada banyak makanan, gue comot aja. Terus pas acaranya mulai, ada badut konyol gitu. Intinya ngakak deh, gue ketawa-ketawa aja ngeliat tingkah si badut.

Jam dua belas siang gue kembali ke rumah dan sholat dzuhur. Setelah sholat, gue makan siang.

Dan seterusnya gue melanjutkan kehidupan di Bandung dengan hati yang masih tertinggal di Padang.

Ini adalah cerita diary yang kedua terakhir. Sebelum yang terakhir gue ceritakan.

Mungkin, segitu aja cerita gue hari ini. Sampai berjumpa besok diary.

~

Vote dan comment💗🌈

Cerita Bulan Juli [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang