1

73 4 0
                                    

"Papa, sebenernya mau apa sih? Pengen Dhe kayak gimana? Nurutin papa? Dhe udah gede pa, Dhe juga mau buktiin ke papa kalo Dhe bisa kerja di mana saja sesuai skill yang Dhe miliki." Ujarku tertahan mengeluarkan unek – unekku yang sebelumnya tertahan di tenggorokan setelah beberapa lama ini kami bersih tegang perihal setelah aku lulus kuliah sebaiknya aku bekerja di mana.

"Apa salahnya kalo papa minta kamu kerja di pemerintahan? Bukannya kamu memang mengambil jurusan pendidikan?" jawab papa dengan suara dinginnya. Memang siapa yang meminta aku mengambil jurusan pendidikan kalau ujungnya juga aku kerja di pemerintahan?

"Dhe tau pa, tapi Dhe juga ingin mencoba? Apa salahnya kalau Dhe ingin mencoba bekerja di perusahaan? Mas ajah juga kerja di bank tapi kenapa Dhe gak boleh cari kerja kayak Mas?"

"Mas mu kan memang jurusannya di perbankan wajar kalo dia kerja di bank. Tapi kamu? Apa lulusan pendidikan mau kerja di perusahaan? Terserah kamu sampai kapanpun papa gak akan ijinin kamu kerja di perusahaan."

Papa pergi dengan kesal dan masuk kedalam kamarnya seraya membanting pintu. Aku memukul dadaku yang terasa berat dan sesak mengingat setiap hari pertengkaran dengan papa semakin menjadi saja. Baik kalau memang ini yang diinginkan papa akan aku turuti tapi jangan harap papa akan mencampuri urusanku memilih di tempat yang aku suka.

***

" Bandung?! Kenapa harus disana Dhe? Ada apa disana hah sampai kamu cari kerja sampai disana? Apa di Surabaya gak membuka lowongan pekerjaan apa?" aku tau papa akan murka mendengar penjelasan ku bahwa aku diterima disebuah sekolah menengah swasta di Bandung yang membutuhkan tenaga kerja sebagai seorang konselor.

Aku tau ini sangat mendadak dan aku juga entahlah tak berpikir bahwa akan diterima secepat ini setelah mengikuti proses wawancara melalui video call 3 hari lalu. Tapi lebih baik aku jauh dari keluarga sementara waktu, toh ini yang diinginkan papa kalau aku bisa kerja di pemerintahan bukan? Apalagi untuk mengemban tugas negara demi mencerdaskan kehidupan bangsa?

"Ini yang papa mau, dan papa harus bisa terima, Dhe udah menuhin keinginan papa untuk kerja di tempat Dhe seharusnya." aku pun meninggalkan ruang tamu dengan teriakan ibuk yang selalu memekkakan telinga dan papa yang memijit keningnya.

Aku pun mulai berbenah dan menyiapkan seluruh kepindahanku ke Bandung. Aku ingin segera berangkat dan pindah dari sini. Kenapa aku memilih Bandung? Tujuannya hanya satu, aku hanya ingin hidup mandiri dan membuktikan pada papa bahwa putri satu satunya ini bisa hidup jauh dari keluarga. Aku melihat barang barang yang sudah aku kemas dan menghela napasku. Aku harap pilihanku tepat. Selamat tinggal Surabaya selamat datang Bandung.

***

Sudah beberapa bulan aku bekerja di sekolah ini, yah pada awalnya memang berat, di sekolah ini guru baru dan muda sepertiku memang tergolong banyak dan aku merasa persaingan diantara para guru muda termasuk aku semakin ketat saja. Bayangkan mereka seperti berlomba lomba menarik perhatian siswa di kelas masing-masing dan memberikan pengajaran yang baik demi apa? Yah demi bonus bulanan seperti biasa dan juga peringkat seperti biasa.

Di sekolah ini diterapkannya sistem peringkat dimana setiap kelas yang menjadi tanggung jawab masing masing guru harus bisa menjadi peringkat teratas. Kenaikan peringkat setiap bulannya akan dipantau secara khusus oleh Kepala Sekolah, komite sekolah serta dewan direksi selaku pemilik yayasan itu sendiri.

Aku? Aku memang tidak memegang salah satu kelas dan tidak menjabat sebagai wali kelas, tetapi keberadaanku sangat diperhatikan oleh seluruh siswa kelas 11 dan 12 di sekolah ini. Bagaimana tidak sebagai seorang konselor sekolah, mereka diwajibkan setiap minggu untuk selalu mengisi jurnal pribadi dimana jurnal tersebut berisikan masalah dan keluhan siswa pada proses belajar mengajar. Tidak hanya itu mereka juga bisa mendiskusikan masalah pribadinya denganku.

YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang