22

27 2 0
                                    

"Apa yang kamu lakukan disini Cindy?" Dhea dengan tenang bertanya mengikuti instingnya tidak ada bahaya disini. Cindy melepaskan kacamata hitamnya dan berjalan kearah sofa didekatnya dan duduk disana.

"Gue kesini mau peringatin lo soal Bagas. Lo gak tau kan kalo selama beberapa bulan ini lo diikuti? Dia bilang ke gue kalo dia gak bisa ngelepasin lo. Tapi gue sadar sedari awal Bagas gak pernah suka sama gue. Dia Cuma manfaatin gue ketika lo gak ada."

"Apa tujuan mu memberitahukanku soal hal ini? Bukannya kamu gak suka padaku?"

"Tentu saja gue gak pernah suka sama lo, karena lo udah ngambil semuanya dari gue. Gue gak akan pernah bisa ngambil posisi lo sekarang."

"Aku tidak pernah mengambil posisi orang lain Cindy. Bahkan aku tidak berniat untuk selamanya ada ditempat ini."

"Benarkah? Tapi tetap saja. Aku hanya memberitahumu bagaimana Bagas sudah menargetkan orang lain. Dia tidak akan pernah melepaskan hal-hal yang sudah mengusiknya." Cindy beranjak dan meninggalkan ruangan tetapi dia juga mendengarkan Dhea berbicara.

"Tidak semua hal berjalan sesuai keinginanmu. Mungkin orang lain saat ini juga berjuang lebih dalam hal yang sama."

"Semoga berhasil."

Sepeninggal Cindy, Dhea berpikir merasa kasihan dengan orang-orang disekitarnya. Ambisius tidak akan bisa menyelamatkanmu dari kesalahan. Mulai dari Cindy, Bagas dan juga Irene, mereka terbiasa mendapatkan apa yang mereka inginkan sedangkan Dhea bertolak belakang. Dia mendapatkan hal-hal baik juga karena usahanya sendiri bahkan ketika orang terdekatnya tidak mendukungnya, dia tetap berusaha meskipun dia harus melewati banyak hal.

Rafael dan Egen juga contoh yang sama dengan dirinya. Mereka mendapatkan posisinya saat ini juga karena kerja keras mereka meskipun diimbangi dengan latar belakang yang baik. Dhea tersentak saat ponselnya berbunyi. Dhea berjalan kearah mejanya dan melihat siapa yang menelpon, terpampang nama Bagas disana.

"Aku tau kamu tidak akan menjawab telpon dariku. Benar bukan?" Dhea menoleh kearah pintu, terlihat Bagas bersandar di pintu ruangan seberang ruangnya. Masih dengan menggenggam ponselnya menurunkannya dari telinga dan berjalan mendekat. Dhea secara tidak langsung ikut mundur.

"Kenapa Dhe, kamu takut sama aku? Aku tidak akan menyakitimu kamu tau."

"Tapi kamu sudah menyakitiku sebelumnya."

"Itu karena kamu tidak mau menurut padaku. Aku sudah berlaku baik kepadamu tapi kamu menganggapku seakan-akan aku adalah wabah. Katakan padaku apa yang dimilikinya yang tidak kumiliki? Aku punya kekayaan sama sepertinya, aku juga tidak kalah rupawan banyak sekali perempuan yang berusaha untuk mendekatiku. Katakan Dhea." Dhea masih terdiam. Tangan yang masih menggenggam ponselnya dengan diam menekan angka cepat di papan tombolnya menghubungi Rafael tetapi tidak ada jawaban. Lalu memilih menghubungi Agung tetapi ponsel itu ternyata tertinggal di meja dan Bagas melihatnya, nama Dhea tertera di ponselnya.

Dengan cepat Bagas menghampiri Dhea dan merebut ponselnya, melemparkannya ke dinding hingga pecah. Dhea yang panik langsung menghindari Bagas saat lelaki itu melemparkan ponselnya tetapi Bagas lebih cepat dan mendorong Dhea kearah sudut. Dhea tersungkur, kakinya membentur sudut meja dan merobek rok yang dipakainya. Buru-buru Dhea menutup belahan yang robek itu dan merangkak menjauh keluar dari ruangan.

"Kamu mau kemana Dhea. Rafael tidak akan kemari menjemputmu, aku sudah membereskannya. Jadilah milikku." Dhea melihat mata Bagas sudah dipenuhi oleh amarah dan nafsu. Semakin dekat Bagas pada Dhea dan berhasil menarik kaki Dhea. Bagas mengunci kaki mendudukinya dengan salah satu kakinya dan menahan kedua tangannya di atas kepalanya.

"Apa yang anda lakukan. Lepaskan." Dhea memberontak dan berusaha melepaskan kakinya dan menghindar dari ciuman Bagas.

"Aku tau apa yang kamu lakukan dengan Rafael di resort, tentu saja dua orang dalam satu ruang banyak hal yang akan terjadi disana. Aku akan membuatmu jadi milikku." Bahkan Dhea yang sudah menangis membayangkan hal hal buruk terjadi. Masih berusaha melepaskan diri. Ketika kesempatan itu ada Dhea menendang Bagas dan membuatnya melepaskan kuncian tangannya diatas kepala Dhea. PLAK. Bagas menampar Dhea dan membuat sudut bibirnya berdarah. Saat ini Bagas sudah lepas kendali.

YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang