4

19 2 0
                                    

"Yaak, lo darimana ajah beberapa hari ini? Telepon gue gak lo angkat sama sekali. Gue khawatir sama lo." Egen melihat Rafael turun dari mobilnya. Ketika Rafael sudah berada di lobi perusahaannya Egen langsung menghampiri dan memberondong pertanyaan kepadanya dan memeriksa keadaan Rafael.

"Apaan sih lo Gen, gue baik baik ajah kali. Kemaren kemaren gue lagi ada sesuatu yang harus diurus. Lo ngapain dah pagi – pagi udah disini?" Tanya Rafael memperhatikan Egen yang – seperti biasa – dengan pakaian santainya kaos putih dengan sweater rajut warna hijau dan jeans belelnya.

"Yah itu tadi gue kuatir sih sama lo beberapa hari ini gue kesini terus tapi elonya gak pernah ada dikantor. Kata sekretaris lo, lo ada urusan pribadi."

"Yaudah ntar gue ceritain deh, dan sepertinya gue juga butuh bantuan lo deh."

"Apaan?" Tanya Egen sebelum mereka masuk ke lift.

"Kok kita naik lift ini sih Raf? Ini kan lift karyawan. Lo gimana sih?" lanjut Egen dengan berbisik ketika mereka melihat beberapa karyawan masuk dan sedikit terkejut melihat Rafael berada di lift karyawan bukannya lift khusus petinggi perusahaan. Rafael menundukkan kepalanya pertanda mengijinkan mereka satu lift dengannya.

"Yah ini kan salah lo sendiri kenapa lo ngajakin masuk ke lift yang ini." Jawab Rafael dengan santai masih dengan ekspresi datar yang sepertinya memang untuk menjaga image nya sebagai CEO perusahaan.

"Emang iyah? Terus lo mau cerita apaan ke gue? Terus minta tolong apaan?"

"Ginih... " Lalu cerita itu mengalir seperti air bagaimana setelah mereka meninggalkan klub hingga Rafael mengajak Keyna tinggal dirumahnya. Egen yang mendengarnya tidak mampu untuk berkata kata. Egen masih tidak percaya dengan apa yang diceritakan Rafael.

"Gitu.. lo bisa bantu gue kan untuk cari identitas Keyna? Kenapa dia bisa jadi korban kekerasan terus berakhir ketabraknya dia." Rafael menyandarkan tubuhnya ke kursi kebesarannya sedangkan Egen masih tidak dapat mencerna informasi yang baru saja didengarnya.

"Gue bisa. Tapi dari cerita lo, sebenernya dia siapa sampai bisa jadi korban kekerasan? Apa jangan jangan dia seorang... " ucapannya menggantung.

"Bukan sepertinya, gue lihat baju yang dipakainya saat itu. Itu baju formal seperti yang kita pakai. Carl tidak bisa mencarinya karena ditempat kejadian hingga sekitarnya tidak ada tanda tanda apapun. Bahkan barang – barang yang mungkin Keyna bawa. But nothing." Egen mengetukkan jarinya diatas meja.

"Oke itu urusan gue, lo tenang aja. Tapi sekarang bagaimana soal 'Dia', lo gak dihubungin sama Rei? Kemaren dia hubungin gue buat Tanya soal Irene bagaimana kita bisa kenal dia."

"Trus lo bilang apa ke Rei?" jantung Rafael memacu lebih cepat.

" Yah gue bilang apa adanya lha, gimana kita kenal dia, terus apa saja yang udah kita lakuin buat dia tetapi yang kita dapet pun juga seperti apa."

"Lo bilang juga kalau kita sempet ada perasaan sama dia?"

"Enggaklah gue gak bego Raf, yah meskipun gue masih sayang sama dia tapi perasaan gue udah gak dulu lagi tetep ajah, dia masih seseorang yang spesial buat kita Raf. Gue juga gak mau hancurin hubungan itu meskipun dia dulu yang udah hancurin kepercayaan kita."

"Lo bener Gen, kayaknya dulu kita bego banget sih jadi cowok?" Rafael menertawakan dirinya sendiri.

"Maklum dulu kita mah masih labil tapi sejak kembalinya dia dari California, nyokap gue kemaren nelpon bilang kalo kita harus jagain dia lagi seperti dulu." Egen menghembuskan napasnya berat.

"Bencana."

***

Ditempat lain

YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang