"Jadi aku harus menjemputmu setiap hari begitu? Kenapa kamu tidak mau pindah saja kerumah?" Tanya Rafael saat mobil mereka sudah berhenti di areal tempat tinggal Dhea. Tangan kirinya masih menggenggam tangan Dhea dan mengecupnya, membujuknya untuk tidak berpisah. Dhea hanya mencibir.
"Karena kalo aku harus pindah kerumahmu berarti itu saat aku sudah menikah denganmu. Karena kita hanya berpacaran jadi cukup sampai disini saja."
"Jadi, yang kita lakukan semalem.." belum selesai Rafael mengucapkan kalimatnya dia sudah mendapatkan pukulan bertubi-tubi di lengannya. Semburat merah muncul begitu saja di pipi Dhea. Dan itu membuat Rafael geli. Dia masih malu ternyata. Hahaha.
"Aduh sakit yank."
"Abis kamu sih.. bikin aku malu." Dhea melihat ke tangan yang sedang digenggam Rafael, bergerak gelisah. Lalu dibawanya genggaman itu di wajahnya dan Rafael mengecupnya.
"Baiklah. Tapi kamu harus bersiap karena aku tidak bisa berlama-lama melihatmu tidak didekatku. Lagipula kakakmu sudah memberikan ijinnya bukan?" Dhe teringat ketika dia masih tertidur, di resort sebelum pulang Rafael mengatakan sudah menghubungi kakaknya untuk meminta restu terlebih dahulu dan mengatakan rencananya untuk menikahi Dhea secepatnya. Dhea mengangguk. Belum pernah dia sebahagia itu dihidupnya.
"Udah gih sana pulang."
"Kamu ngusir? Kamu gak mau ngundang aku kekamarmu lagi?"
"Mau aku pukulin lagi?" Rafael hanya terkekeh, mencium bibirnya lembut dan benar – benar mengantar Dhea sampai depan dan kembali masuk ke mobilnya. Dhea melambaikan tangannya mengantar kepergian Rafael hingga mobilnya berbelok ditikungan. Dhea masuk kedalam tempat tinggalnya dan mulai naik keatas menuju kamarnya.
"Jadi, kamu kembali padanya?" tersentak hampir menabrak tumpukan sepatu dari tetangga kamarnya. Dhea tidak tau bahwa sedari tadi ada seseorang yang melihatnya turun dari mobil Rafael.
"Apa yang sedang anda lakukan disini?" Tanya Dhea masih dengan rasa terkejutnya.
"Tentu saja aku ingin menemui, tetapi dari kemarin aku tidak melihat tanda-tanda kamu ada di kamarmu. Kalau saja kulihat sekarang sepertinya kamu tidak pulang. Darimana memangnya?" dia menatap Dhea dari ujung kepala hingga kakinya. Dhea masih menggunakan seragam kerjanya terakhir kali.
"Itu bukan urusan pak Bagas. Lagipula ini akhir pekan dan bukan jam kerja. Sebaiknya anda tidak datang kesini semau Bapak." Dhea tidak nyaman bahkan dengan kedatangan lelaki itu disini. Dhea tau setelah kejadian beberapa bulan lalu, Bagas hampir tidak terlihat di sekolah meskipun dia masih menjalankan proyek bersama Rafael dan Egen. Meskipun yang diketahui guru lain hanya desas desusnya setelah Cindy keluar dari sekolah, Bagas sendiri menutup rapat kejadian itu untuk melindungi Dhea atas permintaan Rafael sebagai kompensasi.
"Kenapa? Rafael saja berhak datang kesini semaunya tetapi aku tidak? Katakan Dhea apa yang berbeda dari kita berdua?" Dhea tidak menjawab pertanyaan Bagas. Bagas didepannya ini seseorang yang berbeda. Entah itu hanya perasaannya saja kalau dia berlama-lama berkonfrontasi dengan Bagas, lelaki itu akan lepas kendali. Dhea meninggalkan Bagas begitu saja dan berjalan cepat menuju kamarnya dibelakangnya Bagas mengikuti. Sebelum Dhea selesai membuka pintu kamarnya Bagas sudah lebih dahulu menyudutkannya.
"Katakan padaku, apakah aku tidak berhak mencintaimu juga?" suaranya bergetar menahan amarah.
Ketika Bagas datang ke kost Dhea dan tidak menemukan perempuan itu disana dirinya kehilangan kendali, takut bahwa Dhea meninggalkannya seperti sebelumnya. Bagas sudah terobsesi dengan Dhea setelah perempuan itu menolaknya. Belum ada perempuan yang bisa menolaknya seperti itu. Bahkan ketika dia hilang Bagas menyalahkan dirinya karena terlalu memaksa. Dia tau kalau Cindy menyukainya dan dia dengan senang hati memanfaatkan perempuan itu tetapi dia sadar bahwa karena Cindy lah Dhea menghilang.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)
Romansa"Apakah aku boleh bahagia, Raf?" - Dheandra Hanggara - "Sebenarnya siapa kau sampai menjadi korban kekerasan orang lain?" pertanyaan ini terus mengganggu Rafael. - Tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melepaskan pandangku padamu. Tanpa kusadari...