"Jadi dia udah mulai bermain kasar rupanya. Akan kutunjukkan juga siapa disini yang akan lebih sakit!" aku mencoba berdiri dengan berpegangan pada pagar pembatas dan kembali keruanganku dengan tertatih. Untung saja Agung sudah pulang dan tidak melihatku dalam keadaan seperti ini.
***
"Kenapa jam segini angkot udah gak ada sih, udah mau ujan lagi, mana gak bawa payung! Sial hari ini emang beneran double trouble deh." Aku menghela napas hari ini banyak kejadian yang membuatku tidak tenang. Lalu aku harus seperti apa? Aku harap aku sekarang berada dirumah dan dikamarku memeluk boneka panda besar kesayanganku. Huh aku ingat lagi.
"Jalan saja lah. Apa salahnya sih jalan kaki anggap saja jalan – jalan menikmati kota." Aku mencoba untuk berpikir baik saja. Tapi pulang ke kost dengan keadaan gelap begini juga tidak baik, pikirku dalam hati.
Author POV
Semakin jauh Dhea meninggalkan area sekolah semakin sepi jalanan yang dilaluinya, padahal ini masih pukul lima sore dimana langit seharusnya masih sedikit terang. Tetapi karena cuaca yang tidak mendukung saat ini membuat langit semakin menggelap. Suara angin yang bersahut sahutan menggesek daun serta dahan – dahan dari pohon yang berjejer disamping kiri dan kanan jalan membuat bulu kuduk Dhea berdiri.
Dhea memang tidak akan takut dengan hal semacam itu tapi tetap saja, yang harus ditakuti saat ini adalah beberapa orang berbadan tegap yang sedari tadi mengikuti Dhea setelah berbelok digang sempit yang dilaluinya untuk mencapai jalanan utama demi menghemat waktu berjalannya.
Dhea menyadari itu dan terlihat untuk tidak membuat mereka curiga bila Dhea mengetahui mereka sedang membuntuti mereka. Karena fokus pada beberapa orang tersebut membuat dia tersesat pada gang – gang sempit yang dilaluinya. Dan sepertinya Dhea sudah mulai panik. Dhea mempercepat langkahnya hampir berlari dan mereka juga melakukan hal yang sama.
"Hei nona, kau mau kemana, kemarilah kita akan bersenang senang terlebih dahulu, maukah kau menemani kami nona. Ayolah..!!" seru seseorang dari mereka dan itu sukses membuat dia melepas kedua sepatu haknya dan langsung menaikkan rok yang dipakainya dan mulai berlari menghindari orang orang tersebut.
Sialnya Dhea salah berbelok dan menemui jalan buntu disudut gang. Ingin sekali Dhea memanjat dinding itu sayangnya pakaiannya membuat Dhea mengurungkan niatnya. Dengan napas terengah – engah para pria berbadan tegap yang sepertinya preman itu sudah menemukan Dhea yang sudah tersudut.
"Lo tau perempuan jalang, lo salah kalau lo main main sama kita. Lo udah gak punya kesempatan lagi buat lari lagi." Ucap preman itu sembari mengambil balok kayu yang tergeletak tak jauh dari mereka berdiri.
"Mau apa kalian? Apakah sebelumnya kita pernah punya masalah? Sepertinya kalian sendiri juga tidak mengenalku sama sepertiku." Tanya Dhea dengan tenang sembari tangannya mengaduk aduk isi tasnya berharap menemukan ponselnya yang sepertinya terselip entah dimana.
"Lo emang gak kenal kita, tapi orang yang nyuruh kita tau lo dan lo udah bikin kesalahan sama dia. Tebak saja nona. Aku akan memberimu waktu untuk berdoa agar lo selamat dari kita."
"Udah kebanyakan bacot lo pada, kita habisi saja dia seperti yang dia perintahin buat kita, tapi sayangnya kita lebih suka main main sama lo dulu deh!"
"A.. apa yang ingin kalian lakukan hah? Jangan macam macam denganku. Kalian pikir aku tidak bisa mempertahankan diriku sendiri hah?" balas Dhea sengit dan itu sukses membuat preman – preman itu bengas.
"Lo tuh yah bukannya baik – baikin kita malah ngelunjak, mau mati lo hah? Hajar dia!!" pria yang membawa balok kayu tadi mulai berjalan cepat dan menghantamkannya ke tubuh Dhea, tapi Dhea berhasil menangkisnya dan mulai menendang pria tersebut hingga tersungkur. Dhea mengangkat roknya hingga sedikit memperlihatkan pahanya yang putih dan mulai melancarkan tendangan dan pukulan hasil bela dirinya. Satu tumbang dan sekarang Dhea mulai dikeroyok oleh 3 orang sekaligus, meskipun kelelahan tapi Dhea berusaha untuk bisa keluar dari gang buntu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)
Romance"Apakah aku boleh bahagia, Raf?" - Dheandra Hanggara - "Sebenarnya siapa kau sampai menjadi korban kekerasan orang lain?" pertanyaan ini terus mengganggu Rafael. - Tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melepaskan pandangku padamu. Tanpa kusadari...