23

26 1 0
                                    

"Kamu gak bercanda kan Raf soal hal ini? Kamu tau kalau aku belum siap."

"Kenapa aku harus bercanda soal hal seserius ini."

"Tapi kan..." kalimat Dhea terasa menggantung karena dia sendiri tidak yakin dengan ide Rafael.

"Kalaupun orang tua kamu tidak menyetujuinya tentu saja aku akan membuat mereka mengatakan 'YA' padaku. Kamu percaya sama aku kan?" Rafael menaikkan alisnya meminta jawaban pada Dhea tapi raut mukanya tidak yakin soal hal itu. Rafael menangkupkan kedua tangannya yang besar dikepala Dhea dan mencium bibirnya dengan gemas. Bagaimana tidak matanya yang polos dan Rafael yakin bahwa Dhea memikirkan banyak hal dikepalanya yang kecil itu membuatnya gemas bahkan setelah ciumannya berakhir Dhea masih terlihat bingung.

Sudah dua minggu sejak Dhea berhenti dari tempatnya bekerja dan sejak itu pula Dhea lebih giat untuk mencari pekerjaan meskipun dia tau dia akan segera mendapatkannya, tetap saja dia takut usahanya ini sia – sia. Rafael dan Egen ingin membantunya dalam diam, tapi Dhea sudah memperingatkan mereka berdua dari awal, dia ingin mendapatkan pekerjaannya dengan usahanya sendiri.

Saat ini Dhea sedang ada di ruang kerja Rafael karena lelaki itu bilang ingin membicarakan sesuatu yang penting. Dhea jarang bertemu dengan lelaki itu karena kesibukannya meskipun mereka tinggal serumah tapi Dhea hanya bisa melihat wajahnya saat waktu sarapan. Dan sekarang Rafael datang dengan idenya yang menurutnya konyol.

"Kalau mereka tidak setuju?"

"Aku akan berusaha lebih keras agar kamu diijinkan untuk tinggal dan bekerja disini."

"Kamu yakin?" Rafael mengangguk.

Dhea masih tidak bisa berpikir sampai hari kepulangan mereka. Ya, ide gila Rafael adalah sebaiknya mengunjungi orangtua Dhea langsung dan meminta ijin secara resmi bahwa Rafael bisa menjaganya. Bahkan beberapa hari sebelum mereka pergi, Rafael lebih dahulu menghubungi kakak Dhea untuk meminta ijin. Rafael masih ingat saat Rafael tiba-tiba saja mengunjungi kantor tempat kakak Dhea bekerja dan secara khusus meminta ijinnya. Karena Rafael tahu dia harus mendapatkan restu kakaknya terlebih dahulu.

"Bagaimana menurut mas?"

"Aku yakin istriku dengan senang hati mengiyakan rencanamu itu dan dia akan membantu Dhea dengan caranya. Aku sudah kalah kalau berurusan dengan kakak iparnya." Rafael terlihat bingung dengan jawaban yang diberikan kakak Dhea. Sebelum Rafael bertanya dia menjelaskan terlebih dahulu.

"Istriku, dia yang menyadarkanku soal Dhea, bagaimana keadaannya dulu. Bagaimana frustasinya anak itu saat semua orang menentangnya termasuk aku. Jadi aku lebih memilih mengawasinya daripada harus melihatnya menangis di malam hari." Rafael tertegun bahkan yang dilakukan Dhea saat menjadi Keyna sudah dilakukannya. Hatinya mencelos membayangkan Dhea melaluinya dengan berat.

"Bahkan ketika kami memutuskan untuk pindah kesini juga karena ingin mengawasi Dhea lebih dekat. Itu janji kita pada orangtua kami agar Dhea diijinkan untuk tinggal jauh. Karena aku memberikan jaminan."

"Jaminan itu, akan berganti kepadaku Mas, aku yang akan menggantikan Mas untuk menjaga dan mengawasi Dhea. Itu juga janjiku padamu." Rafael kembali mengenang pertemuannya dengan kakak Dhea dan itu seakan membuatnya lebih tenang. Yang dia lakukan untuk mereka berdua.

Rafael memegang tangan yang sedingin es itu karena gugup. Dhea tidak percaya dia akan kembali ke kota ia dibesarkan bersama Rafael. Dia tau dia akan baik-baik saja karena ada Rafael disampingnya bahkan dengan Egen juga. Lelaki itu lebih dahulu datang karena ada pekerjaan yang harus dia lakukan disini. Rencananya Dhea dan Rafael akan bertemu setelah mereka bertemu dengan orang tuanya. Dhea sendiri tidak bilang kalau dia akan pulang.

YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang