Dhea berjalan cepat kearah taman kompleks tempat tinggalnya dan disusul oleh kakak iparnya dibelakang. Dhea duduk disalah satu tempat duduk disana dan membenamkan kepalanya di antara kedua lututnya. Kakak iparnya duduk dan menunggu Dhea menyelesaikan tangisnya. Dia tau Dhea hanya membutuhkan lebih banyak waktu untuk tenang.
"Aku pikir papa bakalan berubah sejak aku pergi dari rumah, tapi aku salah." Ucapnya dengan terbata.
"Kamu tau kan itu tidak berlaku sama Papa dan Ibu." Dhea mengangguk membenarkan.
"Ganteng juga pacarmu. Mbak cuma denger dari cerita Mas ajah." Kakak iparnya mengalihkan pertanyaan agar Dhea tidak terlalu berpikir buruk setelah konfrontasinya dengan orang tuanya. Dhea memandang kakak iparnya. Dulu dia berpikir dia akan kehilangan kakak laki-lakinya karena dia terbiasa menjadi anak bungsu tetapi dia salah, dia lebih bahagia sejak kakaknya menikah dan dia mendapatkan kakak perempuan yang cantik yang bisa mengerti dirinya dan tidak semerta menghakiminya.
"Kamu inget kan kamu sendiri yang bilang kebahagiaan itu bisa kamu temukan dimana saja dan kapan saja. Bahkan mbak sama mas gak akan khawatir kamu tidak menemukan kebahagiaan itu. Jadi, mbak berharap apapun situasi dan kondisinya sekarang, jangan katakan kamu tidak bahagia dengan pilihanmu. Kamu tau kamu bisa bahagia." Dhea memandang kakak iparnya yang tersenyum seraya menepuk kepalanya dengan lembut. Dikejauhan ketiga lelaki tadi memutuskan untuk melihat kondisi Dhea setelah 'kabur' dari rumah.
"Papa inget, adekmu itu terlalu banyak menangis setelah dia lulus."
"Papa baru sadar?"
"Jadi, jaminan apa yang bisa kamu berikan kalau saya memberikan ijin untuk kamu melamar anak saya?"
"Tentu saja saya akan membahagiakannya Oom. Tidak akan membiarkan Dhea nangis dan merasa sendirian. Dia punya saya yang bisa dia jadikan sandaran." Jawab Rafael mantap seraya tersenyum memandang Dhea yang sedang berpelukan dengan kakak iparnya itu. Hal itu tidak luput dari tatapan Ayah Dhea. Sepertinya dia bisa menyerahkan anak perempuannya kepada lelaki disampingnya itu. Ayah Dhea menepuk pundaknya dan berjalan kembali kearah rumah dan meninggalkan mereka berdua menjemput belahan jiwanya. Rafael berjalan mendekat dan Dhea melihatnya dengan hati yang lebih baik. Dhea tersenyum berterima kasih.
"Udah malem, yuk masuk." Kakak Dhea merentangkan tangannya kepada istrinya dan dia menyambutnya dengan sukarela.
"Mas duluan ajah, nanti kita nyusul."
"Jangan aneh-aneh kalian yah, tamannya sepi." Kakak Ipar Dhea mengerlingkan matanya pertanda sekali saja mereka memberikan kesempatan. Rafael berjongkok di tempat Dhea duduk dan menggenggam kedua tangannya, membawa ke bibirnya untuk menciumnya.
"Apakah aku mengejutkanmu? Apakah aku terlalu memaksamu?" Rafael mendongak melihat wajah Dhea yang sembab karena terlalu banyak menangis, bahkan kedua matanya masih sayu. Rafael tidak tega melihat keadaannya seperti ini,
"Maafkan aku," Dhea menggelengkan kepalanya.
"Ini salahku Raf, sedari awal aku tau ini akan terjadi, aku hanya tidak siap meskipun aku tau." Rafael bisa menduga Dhea akan menyalahkan dirinya sendiri dan lebih mengkhawatirkan orang lain terlebih dahulu. Dhea memeluk Rafael menenangkan lelaki itu tapi lebih dari itu Dhea ingin sekali meluapkan perasaannya dan bersandar dengan hangat kepada Rafael. Setelah kejadian demi kejadian yang terjadi Dhea takut akan menggantungkan hidupnya pada lelaki ini meskipun Rafael selalu memintanya.
"Jangan lagi menyalahkan dirimu sendiri. Saat ini yang harus kamu lakukan adalah bahagia. Dan aku dengan senang hati akan memberikannya dengan cara apapun. Mengerti?" Dhea melepaskan pelukannya dan menatap wajah Rafael yang berbinar. Jantungnya berdegub kencang, tidak pernah Dhea merasakan perasaan yang meluap seperti ini. Keputusannya benar untuk bersandar pada Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)
Romansa"Apakah aku boleh bahagia, Raf?" - Dheandra Hanggara - "Sebenarnya siapa kau sampai menjadi korban kekerasan orang lain?" pertanyaan ini terus mengganggu Rafael. - Tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melepaskan pandangku padamu. Tanpa kusadari...