Tingkah Rafael yang tidak memperhatikan Dhea muncul kembali. Dia bingung dengan apa yang dia lakukan. Apakah ada sesuatu hal yang mengganggu pikiran lelaki itu tentangnya? Kalau saja dia tidak tinggal disini mungkin ini lebih gampang untuknya. Tapi ada sesuatu hal yang selalu mengganggu pikirannya, perasaannya. Dia tidak yakin itu, tetapi Dhea sudah merasakannya. Dhea tahu apa yang lelaki itu lakukan untuknya seakan akan perasaannya terbalaskan. Tapi Dhea sendiri tidak tau apakah Dhea hanya terbawa perasaannya karena Rafael melindunginya karena dipikirannya saat ini hubungan Rafael dengannya tidak seperti hubungan Rafael dengan Irene.
Ah mengingat perempuan itu, hati Dhea serasa sedih. Dhea tidak akan bisa melewati garisnya lebih dari itu. Irene adalah perempuan yang sudah sangat lama mengenal Rafael begitupun sebaliknya. Dhea sempat berpikir bahwa kejadian terakhir kali juga disebabkan karena Irene, entahlah perasaannya mengatakan hal tersebut. Karena sampai saat ini baik Rafael maupun Dhea tidak mendengar kabar Irene. Rafael sendiri juga tidak pernah membahas perempuan itu dengan Egen ketika Egen berkunjung.
Akhirnya Dhea tidak sabar dan mendatangi lelaki itu diruang kerjanya. Dhea melihat kearah jam dinakasnya. Pukul 23.00. lelaki itu pasti ada diruang kerjanya. Dia sudah menghindari Dhea selama 3 hari terakhir. Selama itu pula dia tidak pernah mengirim pesan apapun kepadanya. Sebelumnya Rafael akan setiap jam mengirim pesan kepadanya. Bila Dhea terlambat membalasnya lelaki itu akan memberondong ponselnya dengan panggilan.
Dhea menetapkan hatinya untuk bertanya kepada lelaki itu sebenarnya apa yang dia inginkan. Perlahan Dhea mengetuk pintu ruang kerjanya dan tidak ada panggilan dari Rafael. Dhea membuka pintunya dan tidak menemukan Rafael disana.
"Apakah dia belum pulang?"
"Apa yang kamu lakukan disana?" suara dingin itu benar benar membuat Dhea terperanjat dan hampir membuatnya tersungkur karena bersandar di pintu ruang kerjanya. Dhea berbalik dengan tampang kesalnya menghadap Rafael yang sepertinya memang baru pulang bekerja. Dia masih mengenakan setelan kantornya meskipun dasinya sudah hilang entah kemana.
Ingin sekali Dhea memaki Rafael karena telah mengagetkannya. Tapi Dhea mengurungkan niatnya karena dia harus melakukan pembicaraan dengan lelaki itu kenapa menghindarinya atau kenapa dia melakukan semua ini padanya selama tiga hari terakhir. Dhea bukan lagi seorang Keyna yang bisa diam. Hanya saja saat itu dia bukan dirinya.
"Aku hanya ingin bicara denganmu." Dhea melipat kedua tangannya kedada. Didalam hati Rafael wanita ini lucu juga saat dia marah. Tapi karena dia sedang kecewa dengan Dhea dia menahan senyumnya.
"Ikut aku." Rafael melewati Dhea begitu saja masuk kekamarnya dan tidak menutup pintunya agar wanita itu mengikutinya. Dhea melihat Rafael meletakkan jasnya di sofa sedangkan Dhea duduk begitu saja bersila diatas ranjang besar Rafael sambil memeluk guling didekatnya.
"Mau ngomong apa?" Tanya Rafael sambil berjalan kearah walking closet di pintu sebelah sofa.
"Sebenernya kamu kenapa sih?"
"Aku gak kenapa kenapa kok." Jawabnya dari dalam. Lama tidak ada jawaban terdengar suara shower dari sana menandakan lelaki itu memutuskan mandi terlebih dahulu sebelum berperang dengan Dhea. Dhea menunggu dengan sabar hingga lelaki itu keluar dan sudah mengganti baju kerjanya dengan piyama yang nyaman.
"Kamu tau Raf, aku bukan tipe orang yang suka kode kode yah. Aku gak akan ngerti hal hal kayak gitu. Dan aku juga gak mau tau."
"Terus jadi kenapa kamu mau ngomongin hal ini sama aku kalau kamu gak perduli?" Rafael berkata dengan enteng sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk. Dhea yang sudah menahan amarahnya melemparkan guling yang sedang dipeluknya kearah Rafael.
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)
Romance"Apakah aku boleh bahagia, Raf?" - Dheandra Hanggara - "Sebenarnya siapa kau sampai menjadi korban kekerasan orang lain?" pertanyaan ini terus mengganggu Rafael. - Tapi entah kenapa aku tidak pernah bisa melepaskan pandangku padamu. Tanpa kusadari...