17

23 4 0
                                    

Seorang wanita sudah menunggu dengan tenang tamu yang akan dia temui hari ini. Banyak hal dipikirkannya sehingga dia tidak sadar bahwa ada seseorang yang sudah duduk didepannya. Kakinya disilangkan dan menunggunya berbicara. Bahkan menunggunya untuk sadar bahwa dia sudah datang. Wanita itu terkesiap ketika seorang pelayan mengantarkan minuman yang dipesannya. Dia hanya menoleh sebentar dan melihat kearah wanita didepannya.

"Oh Anda sudah datang?"

"Jadi apakah kita ada di kapal yang sama?" tanyanya tanpa berbasa – basi.

"Sepertinya begitu. Terima kasih sudah mau menemuiku. Jadi kenapa Anda mengincarnya?" balasnya dengan dingin juga meskipun dia tau dia akan menang dalam mengambil apa yang jadi miliknya.

"Gue? Dia gak pantes buat dapet apa yang bukan miliknya. Dia hanya orang baru."

"Dia juga jadi ancaman buat gue. Sepertinya memang tujuan kita sama dalam hal ini. Lalu apa yang lo rencanain?"

"Yang pasti gue harus singkirin dia dengan cepat. Rafael terlalu protektif pada wanita itu."

"Rafael? Rafael dari Alexander's Company?"

"Lo kenal?"

"Dia dan Pak Egen sedang bekerja sama dengan sekolah kita untuk memberikan beasiswa pada anak-anak."

"Ah ternyata begitu yang mereka lakukan. Sepertinya lo udah gak bisa lagi terlibat disini."

"Apa maksud lo?"

"Lo gak sadar kalo lo sedang diawasi? Mereka bekerja sama dengan dalih program sekolah tetapi lo gak sadar kalo mereka udah tau motif lo yang sebenarnya. Gue udah tau kalo lo yang celakain Dhea beberapa bulan lalu. Gue bener kan Cindy?"

Dia terkejut bahwa wanita didepannya ini mengetahui segalanya daripada dirinya. Dia merasa kecolongan. Selama ini dia berusaha sekuat mungkin agar Bagas ada di genggamannya. Setelah Bagas menjadi miliknya sepenuhnya Dhea muncul entah darimana dan dia masih hidup. Sepertinya apa yang dia lakukan tidak berefek apapun. Bahkan saat ini ada seseorang yang melindunginya.

"Sebaiknya, gue yang turun tangan dan lo bantu gue untuk ngawasin Dhea. Gue punya rencana."

***

Dhea kembali kerumah setelah menjalani pemeriksaan lanjutan di rumah sakit. Dhea meletakkan tas tangannya diatas tempat tidur dan merenung disana. Dokter mengatakan bahwa alergi kemaren melebihi batas ambang yang dapat di tahan oleh tubuhnya. Jika dia tidak sadar bahwa dia mengalami penyumbatan penapasan mungkin nyawanya tidak akan tertolong. Dhea menghembuskan napasnya. Perlahan dia mengeluarkan benda pipih yang selalu dibawanya kemana mana meskipun benda itu dalam keadaan mati. Dihidupakannya dan menunggunya setelah beberapa saat. Banyak sekali pesan pesan yang masuk di ponselnya mulai dari media sosial, telepon tidak terjawab, bahkan pesan suara sekalipun. Semua dari orang-orang terdekatnya di sekolah, guru dan siswa yang mencarinya. Dari sekian banyak pesan itu, Dhea menemukan pesan yang tidak dia sangkanya. Dia sudah menduga dia tidak akan mendapatkan pesan itu darinya tapi dia salah. Dhea membuka pesan itu.

Adek gimana kabarnya?

Adek sehat?

Papa kangen sama adek.

Perlahan air matanya keluar, dia juga merindukan orangtuanya tetapi dia terlalu keras kepala bahkan mungkin orang-orang disekitarnya pasti menyalahkan atas pilihannya yang gegabah. Tapi Dhea tidak pernah menyesali keputusannya untuk pindah ke kota ini meskipun dia mengalami banyak hal.

Dhea menekan beberapa angka yang sudah dihapalnya diluar kepala dan menekan tombol panggilan disana. Menunggu dering pertama dering kedua hingga dering ketiga tetapi tidak ada jawaban. Ketika Dhea menurunkan tangannya untuk memutus panggilan, ponsel itu bergetar pertanda panggilannya tersambung.

YOU DRIVES ME CRAZY! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang