10' Acara

97 16 20
                                    

Sebuah pentas seni telah digelar sejak tadi pagi. Terlihat para penonton sudah memenuhi kursi undangan, begitu juga beberapa mahasiswa yang turut andil dan stay dibelakang panggung.

Sama halnya dengan Rahel yang sedang memetik-metik gitar untuk penampilannya yang terbilang masih lama. Dia terlalu bosan, hingga seorang cowok lengkap dengan kostum berdiri dihadapannya menampilkan sebuah senyuman.

"Gimana Hel? Tampankan gue?"

Rahel menggelengkan kepala kembali fokus dengan gitar membuat Ferdi berdecak kesal dan mengambil kursi duduk dihadapan Rahel.

"Hel, Lo tau ga?"

"Ga."

"Gue belum selesai ngomong Hel."

"Oh ok."

"Lo tau ga? Gue deg-degan banget tau!"

"Oh. Itu hal biasa Kk, aku juga. Apalagi tamu-tamunya orang ternama."

Astaga ga peka!  "Ah i-iya ya."

🍒🍒🍒

Seorang pria tampan dengan kemeja putih dan jas navy dilengannya. Dia melepas kacamata menatap keramaian makhluk bumi disekitaran kampus yang kini malah menjadikan dia objek untuk cuci mata.

Dia menghela nafas kasar, dengan gaya stay cool melangkah mengikuti arahan dari Dekan kampus tersebut. Dia bisa merasakan, jika semua mata kini memandangnya.

Sesekali ia tersenyum setiap sapaan dari manusia disana lalu kembali stay cool. Dia terus melangkah sembari celingak-celinguk mencari seseorang.

"Bapak cari siapa?" tanya Biwa, selaku Dekan.

"Oh. Ga Pak, cuman cari teman. Kalau ga salah, dia mahasiswi disini."

"Oh ya? Boleh saya tahu siapa namanya Pak?"

"Namanya itu—"

🍒🍒🍒

Rahel melirik kearah arloji miliknya, kemudian menenteng gitar keluar dari belakang panggung setelah meminta izin.

Dia langsung menuju kantin, tergiur dengan orange juice yang tertata dengan indah. Dia lalu memberikan lembaran uang sebagai bukti transaksi.

Duduk dikursi sembari meletakkan gitar lalu meneguk minuman hingga menyisakan setengah bagian. Merasa sudah puas, dia kembali bangkit menuju toilet sebelum ke tujuan awal.

Astagfirullah, Dia segera merapikan hijabnya melihat ada beberapa helai rambut yang keluar. Setelah selesai, ia tersenyum dulu didepan cermin dan keluar dengan bahagia.

Pria tampan ini berjalan dengan santai sembari melirik sekitarnya. Dia hanya menampilkan senyuman tipis pada setiap orang yang tak ia kenal. Seketika, ia terfokus pada seorang gadis yang baru saja melintas sembari menenteng gitar.

"Itu dia."

Dengan langkah jitu, ia mengejar gadis yang masih terus berjalan dengan santai. Dia memasuki lorong, jarak mereka tak terlalu jauh membuat Pria itu tersenyum senang.

"Akhirnya gue–"

"Hai Kk ganteng!" sahut salah satu cewek tersebut.

"Hmm, Hai."

"Eh! Kk mau kemana? Foto dulu boleh ga??" usul salah satunya membuat tiga cewek lainnya mengangguk setuju.

"Iya! Foto dulu Kk!" timpalnya.

"Maaf, Saya ada urusan. Lain waktu ya."

Dia menerobos cewek-cewek tersebut, dia berdecak kesal melihat ada dua lorong kosong dan bingung harus kemana.

PELIK 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang