19' Berjuang

58 9 30
                                    

Mana yang kaget dapat notif Bi 🤓
Hai semuanya 🖐️💖

Bi hadir kembali, membawa sejuta ke-kepoan 😂

Ya udah, jangan banyak bicara.

Markijut~ mari kita lanjut✨

~Selamat baca Zeyenknya Bi 🤓~

.





Ujung bibirnya telah sobek, menangkis pukulan tanpa berniat melawan. Suara teriakan histeris, terus menguak seiring dengan suara batuk berat mengeluarkan bercak darah.

Pria berkepala lima ini, tidak memberikan ampun sedikitpun. Ia memukul kuat kepala pemuda tersebut hingga keseimbangan meredam. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Pria tersebut menendang tubuh pemuda itu hingga terhempas kuat.

Darah sudah mengucur di seluruh tubuhnya, namun ia kembali bangkit dengan sisa-sisa tenaga. "Ja-jangan sa-sakiti Aurora Om."

Ardhan menggeleng tak habis pikir dengan pemuda dihadapannya, dia menarik kerah baju Rafly dengan keras. "Jauhi Putriku!!" Ardhan menolak keras Rafly.

"Papa jahat!! Jahat!!" Aurora berhasil melepas ikatannya, dia berlari mendekati Rafly. Ardhan tak terima, ia mengeluarkan sebuah pistol dalam sakunya.

"Papa mau apa?!"

"Jika kamu mendekatinya, maka ..., " Ardhan mengarahkan pistol pada Rafly, "dia mati!"

"Papa! Papa kenapa sih?! Segitu bencinya sama Rafly. Apa Rafly pernah buat salah sama Papa?! Apa–"

"Ra, ja-jangan bentak Pa-papa ka-arghh!" Ardhan memijak kaki Rafly dengan keras, "berhenti sok baik didepanku!"

"Papa!!!"

"Berhenti disana!" Ardhan menodongkan pistol tepat pada kepala Rafly, membuat air mata Aurora terus mengalir tak kuasa melangkah.

"Papa heran, segitu cintanya kamu sama ni cowok!"

"Papa cinta ga sama Bunda?" Pertanyaan itu membuat Ardhan menautkan dahinya, "apa maksud kamu?"

"Jika Papa mencintai Bunda, namun orang tua Bunda tak merestui, apa yang akan Papa lakukan? Papa akan terus berusaha atau berhenti sebagai pengecut?!"

"Jaga bicara kamu! Dimana Aurora yang Papa kenal? Aurora yang selalu sopan, penurut— "

"Dan dimana Papa yang Ara kenal?!" Aurora menyeka air matanya, "dimana Papa yang selalu sayang dengan Aurora? Dimana Papa yang tak pernah menyakiti perasaan Ara? Dimana Papa Ara yang bijak? Tak mencampuri terlalu dalam dengan masalah anaknya? Dimana Papa yang selalu mengajarkan Ara untuk mandiri? Dimana?!!"

Pistolnya beralih menggantung disamping badannya melihat putri kecilnya menatapnya penuh amarah dan gemetar, tetesan bening terjatuh begitu saja. Ia langsung mengalihkan pandangan, menahan emosi yang membakar dirinya.

"Papa sadar ga? Selama ini Rafly terus berusaha mendekati Papa, dia rela dimaki Papa, agar Papa bisa melihat niatnya sedikit—saja! Tapi, apa? Papa ga pernah peduli!"

"Ra .... " lirih Rafly sembari menggeleng meminta Aurora berhenti. Namun, Aurora tetap bersikeras ingin meluapkan semua yang ia tahan.

"Ga Raf! Papa harus tau! Setiap Ara mencoba untuk kabur dari Papa, Rafly terus meminta Ara sabar. Rafly terus mengatakan pada Ara 'jika kita berjodoh, maka kita akan bersatu meski harus melalui tebing yang curam' Ga pernah sekalipun, ia marah pada Papa.

"Rafly benar, mungkin Ara yang terlalu emosi dan keras kepala. Tapi, makin hari Papa semakin seenaknya dengan Ara! Papa ga pernah sedikitpun ngertiin Ara! Cowok yang Papa jodohin sama Ara aja, langsung mengerti dengan Ara. Buktinya, ia mundurkan Pa? Bukan karena Ara bersikap semena-mena dengannya, tapi karena ia tau bahwa Ara tidak menyukainya. Ara masih menjaga hati orang lain, menjaga hati Rafly!"

PELIK 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang