16' Rapuh

77 9 62
                                    

Hai zeyenknya Bi 👋
Mari sini, absen dulu kehadirannya.
Ceelah, macam kelas online aja 😬

Bagaimana gaes? Udah ga sabar?
Ya iyalah Bi!!🤯

Bentar, Bi keramas dulu. Eh, apaan sih! 🤣
Komen kalian keterlaluan sih😣, kan Bi ga tega buat Up lama-lama 😢

Eits! Jangan sedih-sedih dulu gaes yak💖
Ntar aja sedihnya, hahaha🤓

-Happy reading-

Semilir angin malam menggerakkan rambutnya, bulir bening berhasil membasahi pipinya. Nyanyian jangkrik terdengar nyaring, bekas roda kendaraan akan cepat hilang. Ia menaiki pagar jembatan, merentangkan kedua tangan sembari memejamkan mata.

"Gue benci!!!"

Sepuas mungkin ia berteriak, membuka perlahan mata melirik arus sungai deras dibawah sana. Perasaannya sangat kalut, melihat dering telfon belum juga tersambung.

 Perasaannya sangat kalut, melihat dering telfon belum juga tersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Akh!!"

Membanting ponsel itu pada pagar jembatan, hingga retak bahkan ada komponen yang hilang disana. Ia tak peduli, "Ga ada yang mengerti Gue! GUE BENCI KALIAN SEMUA!!!"

🍒🍒🍒

Mata cantik terbuka dengan perlahan, keningnya berkerut berusaha menetralkan pencahayaan ruangan, deru nafasnya sedikit lemah. Pria dengan jas putihnya menampilkan senyum, bersama seorang wanita disebelahnya.

Ia melirik sekeliling hanya nuansa putih, melihat selang infus ditangan kirinya serta apa yang menutup mulutnya sekarang?
Dia yakin, ini adalah rumah sakit. Namun, ia masih bingung. Mengapa dia bisa disini?

"Alhamdulillah, akhirnya kamu sadar." ujar Pria yang ia yakini, seorang Dokter.

"S-saya di-di ... Hah!"

Ada apa dengan dirinya?
Untuk berbicara saja, ia tak sanggup?
Sebegitu parahkah keadaannya sekarang?

"Lebih baik kamu istirahat saja, orang tua kamu sudah kami hubungi dan sebentar lagi akan tiba. Tidak usah berfikir keras dulu, istirahat dengan cukup agar kamu bisa pulih."

Menggerakkan kepalanya sedikit, mengangguk paham kemudian Dokter bersama Susternya pergi meninggalkan dirinya. Raganya meminta untuk istirahat, tetapi jiwanya ingin mengetahui semua hal.

Kenapa aku bisa disini?

Krek!

Ia menoleh kearah sumber bunyi, keningnya kembali berkerut tak melihat siapapun disana. Sepertinya ada yang baru keluar, tapi siapa?

"Huhft! Dia ga lihat gue kan?"

Pria itu celingak-celinguk sejenak, merasa aman ia kembali melangkah menuju parkiran dan melajukan motornya menjauhi perkarangan rumah sakit.

PELIK 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang