3' Dia?

143 21 33
                                    

Seorang cowok terus mengukir senyuman menuju apartemennya. Dia mengetik kode hingga pintu terbuka lebar, ia meletak barang yang dikenakan dengan rapi kemudian bersih-bersih tentunya.

Dia keluar dari kamar mandi menuju meja belajar sembari mengusap rambutnya yang basah. Layar laptop telah menyala, dia lantas memainkan jarinya dengan santai.

Dia melirik kearah ponselnya, sebuah foto dirinya bersama seorang gadis berhijab. Senyuman terukir diwajahnya.

"Lo cakep amat Hel, apalagi senyuman lo itu."

Dia masih setia melirik ponselnya,

"Abang meleleh dek."

🔥❄️🔥

Gadis cantik terhenti pada perkarangan yang luas dengan nuansa unik bangunan rumah.

Gue harus kuat!

Dia menapakkan kaki menelusuri halaman, mengetuk pintu hingga menampilkan seorang wanita dengan raut yang sulit ditebak.

"Masih ingat jalan pulang?"

Suara itu bukan dari wanita tersebut melainkan seorang pria yang berdiri gagah dibelakang dengan satu tangan diselipkan disaku.

"Ara ga mau debat." Aurora melangkah masuk menaiki anak tangga menuju kamarnya.

"Kamu sudah putuskan hubungan kamu dengan dia?" tanya Ardhan dengan nada datar.

"Maaf. Ara tetap dengannya sampai maut memisahkan." ujar Aurora sembari mengunci pintu kamar.

"Aurora!"

"Sudah Mas. Beri dia waktu."

"Kenapa kamu membelanya?"

"Bukan begitu Mas."

Aurora melempar tasnya dengan asal, merebahkan tubuhnya dengan santai, menatap langit kamar yang indah, kenapa gue dan Rafly yang harus mendapatkan impas dari masa lalu keluarga??

☕☕☕

"Makasih Rahelku yang imoet!!" sahut Rafly langsung menerimanya.

"Sama-sama." jawab Rahel, "eh. Itu masih panas Raf."

"Iya. Aku tau kok cantik."

"Jangan muji, ntar Ara denger malah ribet urusannya."

"Dia gampang cemburuan kan?" Rafly meletakkan kembali minuman itu diatas meja,

"Tenang aja, Aku orangnya setia. Hadapin satu cewek aja ribet, gimana mau dua ye kan??"

"Iya-in aja."

Rafly dengan jahil melempar kulit kacang kearah Rahel. Tentunya gadis berhijab tak tinggal diam, hingga mereka saling lempar sembari berlari kecil.

Para karyawan menggeleng pelan melihat tingkah keduanya yang seperti anak kecil, padahal Rafly sudah menginjak umur 22 tahun sedangkan Rahel 21 tahun.

"Tuh, kerja sana." usir Rahel.

"Siap Mbak!"

Rahel kembali keposisi awal, merapikan barang diatas meja lalu meraih ponsel. Dia menyerngitkan dahi melihat notif telfon berkali-kali bertuliskan 'Ibu tercinta ❣️'

Ya ampun, aku lupa kabarin Ibu tadi.

"Raf, aku pulang ya."

"Cepat amat Hel."

"Ibu dari tadi telfon, aku lupa bilang tadi."

"Oh gitu. Titip salam buat Ibu ya."

"Sip. Assalamualaikum."

PELIK 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang