31' Usai sudah

79 12 114
                                    

Nuansa putih dengan bau obat yang menyeruak, membuat semua orang dilanda gelisah. Lampu UGD masih menyala, meski sudah satu setengah jam mereka menunggu. Mereka saling merutuki diri sendiri, tak menyangka semua akan terjadi seperti ini.

“Maafin Gue, ini salah Gue,” tutur Reyhan dengan air mata sudah menetes sejak tadi, meski tak disertai isakan.

“Udah! Ga usah saling menyalahkan! Berdoa untuk Rahel!” tegas Bara, pikirannya masih berputar saat kejadian beberapa menit yang lalu.

Dor!

Suara tembakan yang begitu nyaring, membuat nafas semua orang tercekat. Peluru itu mengenai tubuh Rahel, hingga membuatnya jatuh tak berdaya. Mereka langsung berlari menuju Rahel, Bara mengguncang tubuh Rahel agar tidak memejamkan mata.

“Hel! Hel!"

“Kak Bara,” lirihnya pelan, Bara mendengarnya meski samar.

"Hel, bertahan Hel!" pinta Bara

"Sakit Kak," ringisnya, Bara langsung bergidik ngeri.

"Kita ke rumah sakit, bertahan Hel! Jangan tutup mata Lo!"

"Kak Bara," panggil Rahel, "makasih,"sunggingan bibirnya terangkat sedetik, Bara melihatnya. Namun setelah itu, Rahel tak sadarkan diri. Bara langsung menggendongnya ala bridal style lalu diikuti Ferdi.

Daniel memberikan bogeman pada pelaku penembak, “puas sekarang Lo Zar?!”

“Mozar?” lirih Reyhan, dia berusaha bangkit.

“Rahel, G-gue—“ Mozar hendak menyusul Bara, langsung dicegah oleh Daniel.

Dia menendang Mozar, hingga tersungkur. Kemudian memapah Reyhan, lalu mengikuti Bara dan Ferdi.

“Gue tau, Lo cewek kuat Hel,” gumam Bara.

Saat itu juga, lampu UGD padam. Tak lama setelah itu, Dokter keluar dengan ekspresi yang sangat sulit ditebak. Mereka merapat, semua menatap Dokter meminta kabar baik.

Dokter menghela nafas, membuat semua orang mendadak gelisah. Dokter masih diam, Bara lantas emosi dan menarik kerah Dokter tersebut.

“Gimana keadaannya Dok?!”

“Bar, tahan emosi Lo,” peringat Ferdi dan Bara melepas cekatannya.

“Maaf,” Satu kata yang berhasil membuat semua orang menahan nafas sembari bergeleng, “kami sudah berusaha, namun … Tuhan berkata lain.”

“Hahaha! Lelucon macam apa ini?! Rahel cewek yang kuat! Gue tau itu!” sarkas Bara, dia menatap semua orang secara bergantian.

“Woi! Kenapa kalian pada diam?! Jangan bilang kalian percaya dengan lelucon sereceh ini!” bentak Bara.

“Bar, ikhlas Bar,” pinta Ferdi, Bara menggeleng kuat.

“Ikhlas apaan woi?! Rahel masih hidup! Lihat nih!” Bara menerobos masuk kedalam ruangan, dia melihat Suster hendak menutup Rahel dengan kain putih.

Dia langsung mencegahnya, “Heh! Mau ngapain hah?!”

“Bar, Lo jangan gini!” pinta Daniel, Bara segera menepis tangan Daniel yang ada dipundaknya.

“Apaan kalian!” Bara melirik kearah Rahel, “Hai Hel, Gue disini Hel. Mana senyum Lo Hel? Gue mau lihat,” Bara menggenggam jemari Rahel, terasa begitu dingin.

“Lo kedinginan Hel? Lo sakit? Sampai pucat gitu?” Bara melepas jaket yang melekat pada tubuhnya, lalu memberikannya pada Rahel.

“Udah ga dingin kan Hel?”

PELIK 2 [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang