Siang hari itu, tujuh cewek cantik sedang berkumpul dan melakukan aktivitas masing-masing, Sua sebagai eomma sedang mengajari pelajaran sekolah Gahyeon, ya dia lagi ngerjain pr. Setelah tugas biologinya, ada tugas fisika."Jadi -F+W artinya kurangi gaya dan banyakin usaha?" tanya Gahyeon. Sua terlonjak dan memandang Gahyeon
"Mwo? Siapa yang bilang gitu?" tanyanya tegas.
"Siyeon oppa yang bilang." Si pelaku cuma nyengir polos saat namanya disebut.
"Sesat banget dia ngajarin adeknya."
"Jangan dengerin dia, itu salah, hapus hapus."
"Terus apa dong?"
Saat Sua akan memberi penjelasan, tiba-tiba Jiu berteriak sambil nunjuk lantai.
"Ular." semua menjerit dan menaikkan kaki mereka ke atas sofa. Kecuali Dami, dia cuek dan fokus baca. Di sana memang ada seekor ular hitam sedang menuju ke arah mereka.
Dami menutup buku dan memandang datar pada ular itu, membuat semua memandangnya.
"Serius deh, kenapa Dami nggak bertingkah seperti semua." Jiu berkata dalam benaknya.
"Benar-benar cuek." Yoohyeon mengiyakan.
"Ahh lucunya." Gahyeon sebelumya cuma ikut-ikutan aja naik ke atas sofa,
tapi saat ia melihat ular yang cuma seukuran jempolnya, dia lantas turun dan menangkap kepala ular itu dan mengelusnya gemas."Ihhh, malah ditangkap." Yoohyeon merinding jijik.
"Kayaknya dia bakat jadi tukang maling ayam." Handong membisik pada SuA.
"Apa hubungannya coba? Ada juga jadi pawang buaya."
"Sama aja," ketus JiU yang memandang datar pada dua wanita itu.
"Itu... Itu..." Siyeon tergagap.
"Buang!" kata Siyeon tegas. Mereka masih berdiri di atas sofa, SuA yang paling tinggi naik ke bagian sandaran.
"Inikan imut, boleh aku pelihara ya." Gahyeon memelas.
"Jangan coba-coba memelihara ular di rumah ini." Siyeon melotot pada Gahyeon, tentu saja Gahyeon takut dan cemberut.
"Cepet buang itu."
"Yaudah." Gahyeon kemudian pergi sambil lompat-lompat riang.
"Tuh bocah kok paling berani ya? Bukannya dia penakut?" tanya Handong saat melihat kepergian Gahyeon, semua sudah turun ke lantai lagi kecuali SuA.
Siyeon dan Yoohyeon memandangi Dami yang dari tadi cuek dan paling nyantai di antara semuanya. Siyeon berbisik pada Yoohyeon.
"Kalau kebakaran, reaksi Dami gimana ya?"
"Nggak tahu, mungkin dia cuma 'oh' aja terus jalan cuek ke luar rumah sambil manggul buku." Yoohyeon menerka-nerka.
"Datar amat."
"Emang."
"Kita coba aja bakar buku-bukunya."
"Ngomong apa barusan?!" tanya Dami dengan marah dan nada tinggi. Dia langsung konek saat sesuatu yang sensitif baginya dibahas.
"Dia denger."
"Dia denger."
"Nggak kok, Ini Yoohyeon banyak kutunya."
"Sembarangan!" Yoohyeon menyangkal itu.
"Emang iya kan? Barusan bilang kan?"
"Nggak."
"Yey, ularnya terbang!" Gahyeon berteriak dari luar dengan kegirangan.
"OMG, apa yang dia lakuin di sana." Semua segera panik, kecualikan Dami yang masih memandang tajam pada Siyeon dan Yoohyeon.
Mereka segera pergi ke luar untuk melihat apa yang terjadi.
"Emmm, ada yang bisa bantuin aku turun?" tanya SuA yang ternyata tidak tahu cara turun. Dami memandangnya sekilas dan pergi begitu saja.
"Ihh, kok pada ninggalin. Bantuin dong!" SuA berteriak sendiri di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of DreamCatcher
Короткий рассказIni hanyalah sekumpulan cerpen dan cermin yang dibuat penulis khusus untuk mengisi waktu luang saja, humor, horor, drama, fantasi dan banyak genre lain, termasuk keabsurdan ceritanya. NB : Konten yang dishare semata untuk hiburan dan sebagai ungkapa...