🐶Hadiah Ulang Tahun Yoohyeon🐶

126 16 19
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy Yoohyeon day,🐶
karena aku punya ide soal ulang tahun, maka aku bikin cerpen khusus buat memperingati hari ulang tahun Yoohyeon.

Warning, konten mengandung kekonyolan, keabsurdan dan konten dewasa. Jadi jangan dibaca kalau gak siap berfantasi liar dan ngakak. Oh, bocil juga gak disarankan ya. Tapi kalau ngeyel, bukan tanggung jawab aku kalau dapat efek samping terkotori pikiran.


🐕*** 🐕


Hari ulang tahun adalah momen yang istimewa dan khusus karena itu adalah hari di mana usia semakin bertambah, biasanya perayaan akan selalu dilakukan.

Yoohyeon tampak senang dan bersemangat hari ini saat ia tahu jika hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia tak sabar menanti apa-apa saja yang akan diberikan oleh teman-temannya untuk dia hari ini.

Senyumnya tak pernah luput dari bibir sejak ia bangun tidur dan mandi, sayangnya senyum itu langsung sirna seketika tatkala di dalam rumah sama sekali tak ada siapa pun. Semua orang sudah pergi meninggalkannya sendirian, bahkan tak ada makanan yang tersaji.

“Ih, kenapa mereka ninggalin aku? Ah, masa hari ulang tahun aku nyebelin.” Dengan perasaan kesal, ia berangkat menuju gedung hfe dan dcc.


🐕***🐕


Yoohyeon menemui Siyeon yang kebetulan gadis itu ada di depan pintu masuk gedung. Yoohyeon menyapa Siyeon dengan senyuman.

“Wah seneng banget ya kamu hari ini.” Siyeon balas tersenyum padanya. Tentu saja Yoohyeon sangat bersemangat hari ini, ia benar-benar sudah menunggu hadiah yang akan Siyeon berikan padanya.

“Iya dong, tahu gak kenapa aku seneng hari ini?” tanya Yoohyeon yang memancing Siyeon, ia memberi kode padanya.

“Tahu.”

“Apa?”

“Kamu ulang tahun, ya kan?” Tanpa diduga, Siyeon ingat ulang tahunnya.

“Wah, kok tahu. Perhatian banget sampai peka sama ulang tahun aku.” Yoohyeon tentu senang karena temannya itu mengingat ulang tahunnya.

“Iya dong.”

“Emm gitu aja? Gak ada ucapan? Hadiah?  Oh aku tahu, kalian mau bikin kejutan kan buat aku?” tanya Yoohyeon yang langsung merasa tak puas atas balasan Siyeon.

“Idih kepedean. Kamu inget pas aku ulang tahun? Kalian bikin kejutan dan akhirnya gagal, aku ngerayain ultah sendirian.” Siyeon mengingatkan Yoohyeon mengenai acara ulangtahunnya. Yoohyeon terkikik lalu cemberut.

“Yah itu kan Eonninya yang kasar, masa aku disambit ama belanjaan. Kita semua berobat gara-gara perbuatan orang yang ulang tahun,” kata Yoohyeon.

“Itu refleks, aku kaget dan takut. Intinya gak bakal ada hantu-hantuan lagi. Aku pergi, bye.” Siyeon berbalik hendak pergi, tapi Yoohyeon tak mau melepaskannya, ia menahan Siyeon.

“Tapi hadiahnya? Masa aku gak dapat hadiah.”

“Oh itu, aku lupa.” Siyeon berbalik merogoh saku celana panjangnya. “Jadi ini aja ya hadiahnya.” Siyeon memberikan satu permen padanya.

“Cuma permen aja?” tanya Yoohyeon dengan ekspresi yang benar-benar tidak suka dan tidak senang.

“Ya ampun, jangan nilai barang dari harganya, tapi niat dan perasaan yang ngasih.”

“Tapi masa Cuma permen, gak modal amat.”

“Terus kamu mau apa?”

“Yang lain, yang lebih istimewa.”

Siyeon lantas mencium bibir Yoohyeon. Tentu saja Yoohyeon terkejut, bagaimanapun ini di luar ruangan, tepat di luar gedung bangunan perusahaan tempat mereka bekerja. Siyeon segera mundur melepaskan diri.

“Udah ya, itu hadiahnya, dadah.” Ia kemudian pergi meninggalkan Yoohyeon yang masih membantu karena keterkejutannya.

“Dia ... dia .... Akhh, bukan ini maksud aku!” Yoohyeon berteriak pada Siyeon yang berlalu melewati pintu kaca. Yoohyeon menghela napas karena Siyeon sudah benar-benar hilang dari pandangannya. Ia kemudian memandang permen yang diberikan Siyeon padanya.

“Ya udah deh, daripada gak dapat hadiah sama sekali.” Yoohyeon cemberut lalu berjalan menuju ruangan di mana JiU berada. Ia memasuki bangunan itu lalu pergi menuju lantai atas. Tak berselang lama ia tiba di mana ruangan JiU berada.

Di dalam ruangan itu, JiU tampak sedang makan dengan porsi yang terlalu banyak untuk satu orang, ada total empat porsi makanan di sana. Yoohyeon masuk lalu memasang ekspresi terkejut.

“Aku tahu cewek yang satu ini tukang makan, tapi masih dalam kadar normal. Tapi sekarang empat porsi, apa gak salah?” Yoohyeon berbicara dalam benaknya.

“Hai.” Yoohyeon menyapa saat mereka bertatap muka. JiU tersenyum menyambut kedatangan Yoohyeon.

“Yoohyeon, ayo sini.” JiU menghentikan aktivitas makannya lalu melambai pada Yoohyeon. Saat Yoohyeon tiba lalu duduk di sampingnya, JiU mengambil makanan dengan sumpit.

“Eonnie tahu gak kalau a ....” Saat Yoohyeon membuka mulut, JiU langsung menyuapinya.

“Makan dulu, kamu keliatan kurus.” Ia menyela dan memasukkan makanan pada Yoohyeon.

“Kurus apaan coba? Badan aku kayak gini dari dulu juga.” Yoohyeon mengeluh, tapi pada akhirnya ia menurut. Maka JiU terus menyuapinya.

“Kebetulan pagi ini gak ada masakan, aku yakin kamu belum sarapan. Sarapan aja bareng aku ya.” JiU lanjut bicara lalu tanpa memberi kesempatan bagi Yoohyeon untuk berbicara, saat Yoohyeon baru saja menelan makanan, JiU sudah menyuap mulutnya lagi.

JiU kemudian memandang banyaknya porsi makanan yang ada di atas meja.

“Kalau kamu nanya soal aku banyak banget bawa makanan, ini salah teknis, niatnya pesen satu porsi, tapi malah jadi 10 porsi, udah kubagi-bagi juga ke yang lain, di ruangan kamu juga ada. Tapi aku gak bisa habisin 3 porsi lagi. Jadi kamu bantuin ya.” JiU menjelaskan mengenai alasan mengapa ada empat porsi makanan di depannya.

“Gila, siapa orang idiot yang salah di sini coba? Masa mesen satu malah dikirim sepuluh.” Yoohyeon bicara lagi dalam benaknya, ia terus disuapi oleh JiU. Sebenarnya Yoohyeon menolak, namun JiU terus memaksa dan mendesaknya, bahkan sepertinya JiU tak menerima penolakan dari Yoohyeon,  sehingga dua porsi habis oleh masing-masing dari mereka.

Yoohyeon sadar jika JiU mungkin saja tak akan membiarkan dirinya membahas soal ulang tahun, kue dan hadiah dengannya. Siapa tahu jika setelah ini mungkin saja JiU akan menyuapinya lagi dengan hal lain.

“Aku ambil minum dulu.” JiU puas karena semua makanan habis, ia beranjak pergi dari sana. Sementara Yoohyeon tampak tersiksa karena paksaan itu.

“Ya ampun, niatnya aku mau ngasih tahu kalau aku ulang tahun, ini malah dicekokin makanan, aku jadi kayak orang hamil.” Yoohyeon mengelus perutnya yang terasa melar dan membengkak lebih besar dari semestinya, beberapa kali ia mual.

“Kabur ah, siapa tahu mbak itu ambil minumannya malah sepuluh gelas, yang ada nanti aku digelonggong.” Yoohyeon mengurungkan niat untuk memberitahu dan meminta hadiah pada JiU, ia kabur secepat mungkin selagi JiU pergi.

“Uek, gila, aku belum pernah makan sebanyak ini. Untungnya aku gak sarapan.” Yoohyeon tampak kewalahan dikarenakan perutnya yang benar-benar kelebihan muatan.

Yoohyeon berjalan menuju ke tempat di mana Handong berada.

Di dalam ruangannya, Handong tampak sedang tidur pulas.

“Malah tidur.” Yoohyeon menggumam, ia kemudian berjalan menuju meja Handong.

“Halo, bu, ini bukan waktunya tidur. Kerja oey.” Ia berbicara tepat di telinga kiri Handong.

“Berisik ah, aku ngantuk.” Handong membalas dengan mata yang masih terpejam.

“Tahu gak ini hari apa?”

“Kamis.”

“Dan?”

“Dan sebagainya.”

“Ih, bukan.”

“Dan lain-lain.”

“Bukan.”

“Dan seterusnya.”

“Ya ampun. Aku ulang tahun.” Yoohyeon habis kesabaran lalu segera memberitahunya.

“Oh oke, selamat ulang tahun. Dah, jangan ganggu aku. Aku ngantuk.” Handong lanjut menaruh kepalanya di atas meja. Ia kembali tertidur. Yoohyeon tak percaya dengan perlakuan itu, ia menganga.

“Ih gitu amat. Mana hadiah buat aku?” Ia kemudian menggoyang tubuh Handong.

“Sorry, aku lupa.” Handong tak mengubah posisinya.

“Jahat.” Yoohyeon kesal, ia memukul punggung Handong pelan, tentu saja Handong langsung mengangkat kepalanya lalu mengucek mata.

“Kalau mau, ambil itu pembalut di dalam tas aku. Boleh ambil sebagai hadiah, aku beli kelebihan.”

“Gak mau, aku gak PMS. Lagian kenapa harus itu hadiahnya?”

“Cuma itu yang ada.”

“Nyebelin. Aku ngambek.” Yoohyeon segera berjalan pergi dari sana dengan langkah besar, Handong menguap pelan.

“Kalau mau pergi ke tempat SuA eonnie, hati-hati, tadi kulihat dia lagi marah.” Handong memberi peringatan, tentu Yoohyeon yang hendak membuka pintu segera menoleh memandang Handong.

“Marah?” tanyanya. Handong menangguk lalu menguap lagi, ia menutup mulut dengan tangan kanannya.

“Lagi PMS kali.” Handong kemudian lanjut tertidur. Yoohyeon kesal, ia pergi dari sana menuju ke tempat SuA.

Karena jarak ruangan Handong dan SuA cukup dekat, Yoohyeon tak menghabiskan waktu lama untuk tiba di sana.

Saat tiba, Yoohyeon disambut dengan bantal melayang ke arahnya, untung ia dapat menghindar.

“Yah, meski katanya PMS, tapi aku gak pernah liat cewek PMS marahnya kayak gini.” Yoohyeon melihat jika ruangan itu benar-benar berantakan, SuA berteriak-teriak tak jelas sambil terus melemparkan barang-barang ke sekitar.

“Kayaknya aku gak boleh ganggu, bisa-bisa aku jadi korban dan pelampiasan.” Yoohyeon mengamati keadaan dengan ngeri, ia bahkan bergidik.

Yoohyeon segera melarikan diri dari sana lalu lanjut berjalan menuju ke arah ruangan Gahyeon berada. Biasanya adiknya yang polos dan baik itu memiliki suasana hati yang bagus dan pastinya sudah ada kado hadiah untuknya.

Ketika Yoohyeon masuk ke dalam ruangan di mana tempat Gahyeon bekerja, tampak jika di sana Gahyeon sedang menangis sambil berjongkok.

“Dan nih anak kenapa? Pagi-pagi udah nangis.” Yoohyeon bergumam dengan ekspresi yang heran. Yoohyeon garuk kepala, tapi ia memutuskan untuk berjalan mendekat padanya.

“Dedek, kamu kenapa? Pagi-pagi udah nangis aja.”

Gahyeon hanya menoleh sesaat pada Yoohyeon, ia kembali berbalik lalu menjerit semakin kencang.

“Huwaaaaa!”

“Dia malah nangis lebih keras.”

Yoohyeon  lalu menyentuh pundaknya.

“Gahyeon kamu kenapa?” tanyanya lagi.

“Kakak kenapa kamu ulang tahun?” tanyanya dengan sedih.

“Eh, ini kan hari lahir aku, makanya aku ulang tahun.”

“Aku juga mau ulang tahun tahu.”

“Jadi ini alasan kamu nangis?”

“Aku mau ulang tahun juga. Masa tiap awal tahun kakak mulu yang duluan ulang tahun.” Gahyeon kemudian mengambil tisu lalu membuang ingus.

“Karena aku lahirnya di bulan januari.” Yoohyeon agak gemas juga dengan adiknya itu.

“Tukeran aja ama aku, aku mau duluan perayaan ulang tahunnya.”

“Mana bisa?!” Yoohyeon membalas dengan nada yang agak naik.

“Kakak jahat ih. Tiap tahun kan kakak yang duluan ulang tahunnya, sekali-kali biarin aku yang duluan.” Gahyeon tetap bersikukuh ingin ulang tahun.

“Itu gak bisa kali. Gimana caranya coba?”

“Kakak jahat, gak mau ngalah sama adik sendiri.”

Yoohyeon menghela napas lalu berusaha bersabar.

“Ini beda masalahnya. Lagian, ini ulang tahun, mana mungkin tuker posisi urutan. Arisan aja gak ada yang mau tuker urutan.”

“Kakak jahat!  Aku mau ulang tahun!  Aku mau hadiah!” Gahyeon tetap tak mau mendengarkan Yoohyeon. Ia memaksa dan mendesak.

“Ya ampun, aku aja yang ulang tahun gak dikasih apa-apa.” Yoohyeon bergumam lemah, ia menggeleng pelan.

“Kalau gitu aku pergi aja deh.” Yoohyeon beranjak berdiri.

“Jangan pergi, tukeran dulu sama aku ulang tahunnya.” Gahyeon meraih tangannya, namun gagal karena Yoohyeon berhasil mengindari.

“Kabur ah. Gesreknya kumat nih bocah.” Yoohyeon segera saja kabur dari Gahyeon.

“Kakak!”

Yoohyeon segera keluar dari ruangan itu lalu berlari menuju ke ruangan berikutnya. Sepertinya kali ini ia gagal lagi mendapatkan hadiah dari teman-temannya. Namun ia berharap lebih pada Dami, biasanya Dami lebih tenang, terkontrol dan bersikap dewasa, ia juga cukup perhatian pada teman-temannya.

“Mana bisa ulang tahun dituker, ada-ada aja. Aku lahirnya januari, ya jelas aku selalu yang pertama rayain. Lagian dia februari, gak lama lagi.”

Yoohyeon masuk ke dalam ruangan Dami yang tampak hening dan damai, Dami tampak sedang membaca buku, sementara di atas meja terdapat kotak makanan yang sudah habis dan di sampingnya ada kado yang rapi diikat dengan pita kuning.

“Wahhh!  Ada kado!” Yoohyeon berteriak girang. Ia berlari memeluk Dami.

“Makasih banyak, perhatian banget deh sama aku, yang lain gak nyiapin kado, tapi kamu udah nyiapin buat aku.”

“Em ... itu sebenarnya ....” Dami tampak bingung untuk bicara.

“Aku terharu banget, ternyata masih ada yang peduli sama aku. Yang lain nyebelin deh.”

“Oh.”

Yoohyeon melepaskan pelukan dari Dami lalu memeluk kado itu.

“Wah kayaknya ini bagus, tapi ringan amat, isinya apa?” Yoohyeon menggoyangkan benda itu coba mendengar isinya.

“Anu begini ....” Dami tampak bingung ingin menjelaskan.

“Ya, kenapa?” tanya Yoohyeon yang masih tersenyum senang dengan kadonya.

“Aku lupa kalau di antara kita ada yang ulang tahun.”

“Eh? Terus ... terus kenapa kamu punya kado?”

“Itu, aku sebenarnya mau ngasih itu ke anak tetangga yang ulang tahun. Tapi aku lupa dan kelewat deh.”

“Kelewat? Kamu melewatkan ulang tahun kemarin? Masih bisa kan?”

“Ulang tahunnya bulan lalu.”

“Parah amat.”

“Kalau kamu mau, ambil aja.”

“Ini isinya apa emang?”

“Celana dalam cowok. Buat bocah ABG.”

Tanpa bicara lagi, Yoohyeon membanting kado itu lalu menginjaknya keras-keras, setelah itu ia melemparkannya ke luar jendela. Dengan langkah besar ia berjalan pergi. Rasa marahnya kini luar biasa. Ia sakit karena harapannya sia-sia. Dami php.

“Yah, dibuang.” Dami memandang jendela.

“Kalian semua Nyebelin!” Yoohyeon berteriak frustrasi.

“Oke, mungkin lagi pms.” Dami tak ambil pusing, ia lanjut membaca bukunya.


🐕***🐕


Yoohyeon sepanjang hari merasa kesal pada teman-temannya yang jahat dan menyebalkan. Jangankan untuk mendapat lilin untuk ditiup, hadiah pun tak dirinya dapatkan, satu-satunya yang memberinya hadiah hanyalah Siyeon, itu juga hanya sebutir permen dan ciuman.

“Nyebelin, nyebelin, nyebelin. Kenapa semuanya nyebelin!”

Sore hari, Yoohyeon pulang sendirian. Teman-temannya sudah pergi entah ke mana, lagi pula ia sedang marah pada semuanya dan sedang tak ingin pulang bersama.

Ketika sampai di rumah yang mereka tinggali bersama,  Yoohyeon merasa heran karena rumah dalam keadaan gelap yang mana mungkin saja teman-temannya belum pulang.

“Aneh, kalau belum pulang, terus ke mana dong mereka?”

Yoohyeon membuka pintu yang dikunci dengan password itu, ia segera masuk lalu menyalakan lampu ruang tengah.

“Mereka belum pulang atau bikin kejutan ya buat aku? Tapi katanya gak bakal ada kejutan.”

“Ah, Siyeon eonnie kan gak bisa dipercaya. Kayaknya lagi pada bikin kejutan nih.” Yoohyeon segera tersenyum dengan perkiraannya. Teman-temannya pasti sedang membuat kejutan untuknya. Yoohyeon melanjutkan langkah lalu berjalan ke sekeliling ruangan, sayangnya setelah mencari, ia tak menemukan keberadaan siapa pun. Tak ada hantu atau apa pun yang menakutkan.

“Gak ada siapa pun di rumah. Jadi gak ada yang bikin kejutan? Ih, kok mereka bikin kesel sih.” Segera saja kekesalan dan perasaan Yoohyeon jadi buruk lagi. Dengan lemas ia masuk ke dalam kamarnya lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya.

Ketika ia sedang menikmati guyuran air, tiba-tiba di luar ia mendengar sesuatu seperti benda kaca yang jatuh membentur lantai.

“Siapa itu ya?” Yoohyeon segera beranjak memakai handuk lalu keluar dari kamar mandi.

Yoohyeon berjalan menuju ruang tengah dan saat itu ia membelalak seketika tatkala pasang matanya menyaksikan Gahyeon yang terkapar bersimbah darah dengan tubuh telentang. Tepat di hadapan Gahyeon ada sosok berpakaian serba hitam yang memegang pisau berdarah, sosok itu menoleh ke arahnya. Yoohyeon tak mampu melihat wajah itu karena seluruhnya ditutupi oleh topeng.

“Ahhh!” Yoohyeon berteriak lalu melarikan diri, ia dikejar tiga sosok berpakaian hitam. Ya, sosok pembunuh itu ternyata memiliki teman. Yoohyeon berhenti berlari saat melihat ada seorang berpakaian hitam di ujung sana, bukan satu, tapi dua. Keduanya mengacungkan pisau.

Yoohyeon berbalik, tapi ketika ia menoleh, tiga sosok itu sudah ada di hadapannya, Yoohyeon terkejut segera jatuh duduk.

“Siapa kalian?”

Tak ada yang bicara, masing-masing dari mereka memegang pisau. Yang satu memegang pisau berdarah.

Yoohyeon mundur perlahan, tapi tiba-tiba sosok dua berpakaian hitam di belakangnya langsung menagkap dan memeganginya. Yoohyeon berada dalam keadaan duduk dengan kedua kaki terbuka mengangkang.

“Aahh tidak!” Sosok di hadapannya tampak mengacungkan senjata. Yoohyeon menjerit karena amat ketakutan. Ia terus menjerit lalu memejamkan mata saat sosok didepannya mengangkat pisau.

“Selamat ulang tahun.” Tiba-tiba ia mendengar suara Gahyeon yang menyanyikan lagu ulang tahun. Seketika suara JiU, SuA dan Siyeon juga terdengar menyanyikan lagu ulang tahun. Yoohyeon membuka mata dan melihat jika ternyata sosok berpakaian hitam di depannya adalah JiU, Siyeon dan SuA, sementara yang bersama mereka ada Gahyeon yang membawa kue ulang tahun tanpa lilin.

Tangan yang memegangnya juga terlepas, dua sosok yang memegangnya jelas Dami dan Handong.

“Katanya kalian gak akan bikin kejutan.”

“Awalnya nggak, tapi kita gak sempat kasih hadiah hari ini, jadi gini deh. Kita bikin kejutan.” SuA membalas.

“Ini horor dan serem banget tahu. Aku ketakutan.” Ucap Yoohyeon.

“Nah, tahu kan kenapa aku bisa ketakutan banget?” tanya Siyeon.

“Ini beda, aku takut dibunuh.”

“Oke, oke, jangan bahas itu. Kita belah aja kuenya.” JiU melerai mereka lalu memandang Gahyeon yang ada di belakang, Gahyeon berjalan menuju ke arah Yoohyeon.

“Itu bahkan gak ada lilinnya.” SuA menunjuk kue yang ukurannya terlalu kecil untuk kue ulang tahun, itu tak lebih besar dari ukuran seluruh telapak tangan Gahyeon sendiri.

“Oh maaf, aku lupa.” Gahyeon menggaruk kepalanya, tanpa sengaja ia tersandung kaki Siyeon lalu jatuh. Sementara kuenya terbang menuju ke arah Yoohyeon, kuenya terbang lalu masuk ke dalam handuk Yoohyeon, tepat ke antara kakinya.

“Ahhh, dingin.”

Semua segera memandang ke arah tempat hilangnya kue itu. Mereka terkejut karena tak menyangka jika kue itu akan terbang dan mendarat tepat pada anunya Yoohyeon.

Siyeon segera memelotot mesum dan ngiler.

"Akan kubersihkan! 🤤” Siyeon segera berlutut lalu membuka lebar-lebar paha Yoohyeon.

“JANGAN!” Semua berteriak, tapi Siyeon tak mendengarkan, ia segera masuk ke balik handuk Yoohyeon. Menempatkan kepalanya di antara paha Yoohyeon.

“Ahhh!  Tidak!”Yoohyeon menjerit.

“Omo, ini tontonan dewasa.” Gahyeon segera mundur menjauh dari siyeon dan Yoohyeon.

“Tarik dia!” SuA berteriak, ia dan JiU segera menarik masing-masing kaki Siyeon. Sayangnya Siyeon memegang kedua paha Yoohyeon.

“Kita bantuin mereka?” tanya Dami.

“Ini tontonan seru, biarin aja. Paling tutup tuh mata bocah di sana.”


🐕END🐕


Endingnya gitu amat. 😅😂

The Story of DreamCatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang