Sebuah pusat perbelanjaan, gengs dreamcatcher sedang berkumpul di salah satu sudut tempat. Mereka sedang mendiskusikan sesuatu."Jadi kayak gini caranya nyopet. Pertama, kita harus berbaur dengan keramaian. Kedua, jangan gerak-gerik mencurigakan. Ketiga, cari sasaran empuk. Keempat, bergerak dengan cepat, jangan sampai ada yang lihat dan jangan sampai si korban sadar." Siyeon memberikan petunjuk pada kakak dan adiknya. Semua mengangguk paham, kecuali Gahyeon yang sedang asyik main boneka.
"Kenapa kita bawa dia?" tanya Handong yang menunjuk pada Gahyeon.
"Iya, kayaknya dia bisa jadi pembawa sial deh." Yoohyeon setuju. Baru saja selesai ia bicara, kepalanya dipukul oleh SuA.
"Jangan jahat sama adek sendiri."
"Maaf, tapi kalau ada dia, apa-apa juga nggak pernah beres."
"Iya tuh."
"Oke, stop. Gimana kalau kita mulai aja." JiU menengahi.
"Kakak, boneka aku imut nggak?" Gahyeon menyodorkan bonekanya pada JiU.
"Imut kok, kamu malah lebih imut lagi." JiU mencubit pipi Gahyeon dengan gemas.
"Perasaanku nggak enak."Yoohyeon bergumam pelan.
"Iyups. Harusnya kita nggak bawa dia." Handong menyetujui.
"Biar kucontohin. Biar kalian paham." Siyeon segera beraksi, merapikan topinya lalu berjalan memasuki keramaian.
"Dia pro. Liat gayanya."
"Gentlemen."
"Macho."
Maka tak berselang lima belas menit, Siyeon kembali dan memperlihatkan ponsel, dompet, cincin dan kalung emas.
"Wah, kakak baru belanja ya. Itu Bagus banget, aku jadi pengen." Gahyeon hendak mengambil cincin dari Siyeon.
"Eits, usaha sendiri."
"Kok bisa ya dia dapet banyak." Handong bergumam pada Yoohyeon.
"Namanya juga master."
"Rezeki cewek cantik."
"Mana ada?!"
"Oke, giliran aku." JiU segera memulai aksinya. Dia mengikuti gelagat Siyeon dan membaur.
"Kayaknya leader kita bakal sukses." Yoohyeon bergumam.
"Aku kurang yakin. Dia kan baperan," balas Handong
"Apa hubungannya baperan sama nyopet?" tanya Yoohyeon.
"Nggak ada, tapi lihat aja nanti."
Sementara Siyeon memamerkan cincin pada Gahyeon, gadis itu melompat-lompat saat Siyeon mengangkat tinggi-tinggi cincinnya.
Dami dan SuA menyibukkan diri dengan melihat-lihat buku.
"Main game dulu yuk?" ajak Yoohyeon, maka ia dan Handong main Game.
Dua jam kemudian, JiU kembali dengan perasaan senang dan ekspresi yang konyol, senyum-senyum gaje.
"Lihat, udah balik."
"Gimana hasilnya?" tanya Siyeon.
"Ituuu … tadinya aku udah berhasil sih, dapet jam. Tapi ketahuan sama yang punya." JiU menuturkan kisahnya.
"Terus terus gimana?" tanya SuA.
"Ya tadinya aku mau kabur, tapi orang itu nahan dan kita malah kenalan, trus dia ngajak makan. Aku nggak bisa nolak, jadi kita makam bareng deh."
"Tuh kan."
"Jirr, jadi selama berjam-jam ini kalian ngedate?" tanya Siyeon.
"Maaf, habisnya cowoknya ganteng sih. Mana bisa nolak, apalagi makanannya enak-enak."
"OMG. Ya tuhan, kenapa aku punya kakak kayak dia." Siyeon frustrasi.
"Drama macam apa itu?" tanya SuA.
"Lihatkan, aku udah bilang kalau dia baperan." Handong berbicara pada Yoohyeon.
"Ya, tapi aku nggak nyangka bakal kayak gini jadinya." Yoohyeon menyahut.
"Kakak jahat, ih. Makan nggak ngajak-ngajak aku." Gahyeon memprotes karena tak diajak makan. "Aku kan pengen makan juga."
"Kalau gitu kita balik lagi yuk, kebetulan mas cogan nya masih ada do sana. Sekalian kenalan."
"Eits, siapa bilang kamu boleh pergi." SuA menahan JiU.
"Kita dibikin nunggu, bukannya sukses, kamu malah ngedate sama korban." SuA memandang dengan tatapan horor. JiU hanya tersenyum polos.
"Awas aja, pulang nanti kamu puasa seminggu."
"Jangan dong, aku udah kurus tahu, masa harus puasa. Jangan jahat ya, kamu kan mommy yang baik, ya, ya."
"Oke, tiga hari."
"Ish, tetep aja puasa."
"Siapa suruh malah ngedate."
"Ya mau gimana lagi."
"Kamu mau nyoba?" tanya Siyeon pada Dami.
"Oke." Dami segera pergi.
"Dia kok gitu amat ya?" tanya Handong.
"Bisa tahan nggak ngomong seharian." Yoohyeon membalas. Berjam-jam kemudian, Dami belum juga kembali. Mereka sudah makan, tiduran, main game, ngamen, dan sebagainya, tapi Dami tak kunjung kembali. Hingga malam menjelang, Dami kembali pada meraka.
"Pulang yuk."
"Lah, gimana hasilnya?" tanya Siyeon.
"Apa?"
"Nyopetnya. Jangan bilang kamu dapet cogan dan ngedate juga?" SuA menerka-nerka.
"Ngejek, ngejek." JiU tak suka dengan itu.
"Oh, itu. Iupa." Dami menjawab dengan singkat.
"Apaaa?!" tanya semuanya.
"Kenapa juga kita harus nyopet?"
"Ya tuhan, mana sumur? Mana sumur?" Siyeon melemparkan topinya dan mengacak rambutnya.
"Nggak ada yang bener." Yoohyeon menggumam.
"Oke, kamu anak baik. Jangan nyopet." SuA mengelus-elus kepalanya.
"Kayaknya selama sisa siang kita nungguin, dia malah asik baca buku." Handong menerka.
"Iya. Dia nyebelin ya."
"Hmmm, kita bakar aja buku-buku di kamarnya, gimqna?"
"Setuju." Yoohyeon dan Handong menyiapkan siasat jahat dengan berbisik sangat pelan.
"Apa kalian bilang?!" tanya Dami dengan nada tinggi.
"Enggak kok, kita cuma ngegosip." Handong mengelak.
"Kok serem ya? Telinganya sensitif kalau udah bahas soal buku."
"Serem." Yoohyeon dan Handong ketakutan karena tatapan Dami.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of DreamCatcher
Короткі історіїIni hanyalah sekumpulan cerpen dan cermin yang dibuat penulis khusus untuk mengisi waktu luang saja, humor, horor, drama, fantasi dan banyak genre lain, termasuk keabsurdan ceritanya. NB : Konten yang dishare semata untuk hiburan dan sebagai ungkapa...