B.A.B.

166 21 42
                                    

#Behind the Scene. Just for fun

"Katanya kita gak butuh makanan dan gak bakal melakukan metabolisme, tapi apa-apaan ini?" Dami menggerutu. Semua orang ternyata kebelet ingin buang air besar.

Yoohyeon yang pertama kali masuk, semua orang memegangi perutnya dan memasang wajah masam.

Suara ledakan dentuman dan hataman terdengar sangat keras dan jelas.

"Dia makan apa? Kok eeknya meledak-ledak kayak gitu?" tanya SuA.

"Makan hati kali. Kakak aku kan jones." Gahyeon mewakili untuk menjawab sambil menahan beban hidup yang bisa kapan saja keluar dan memenuhi celananya.

"Kok serem ya."

"Ngeri ih."

Ada ledakan terakhir dan suara air dari kloset akhirnya berbunyi. Yoohyeon keluar sambil memegangi ponsel.

"Ternyata dia eek sambil main game."

"Udah bersih tuh," kata Yoohyeon yang cuek saja, ia pergi tanpa dosa.

Yang lain masih memandanginya, kecuali Dami yang ambil kesempatan, saat mereka menoleh ke arah toilet, Dami sudah menutup pintu dengan keras.

"Hei, curang!  Ini giliranku!" Gahyeon berteriak. Mereka sudah dapat undian, tapi Dami berbuat curang.

"Ngeselin banget dia."

Handong kentut sangat keras.

"Bauuu!" Mereka berteriak sambil menutup hidung.

"Jorok!" JiU memukul bahu Handong.

"Dia pasti keluar sama eeknya." Siyeon mengibaskan udara di depan hidungnya.

"Sembarangan, aku enggak eek di celana." Handong menyangkal dan membantah.

"Duh, perut aku sakit banget."

"Bentar deh, kok sepi banget?" SuA mendekatkan telinga pada pintu.

"Jangan-jangan kakak itu mati." Gahyeon menerka.

"Hush, sembarangan." JiU mencubit hidung Gahyeon. Gadis itu hanya tersenyum polos.

"Woy buka, jangan bilang kamu ketiduran!" Siyeon memukuli pintu toilet itu.

"Buka!" SuA juga berteriak. Maka tak lama ada suara air kloset. Dami keluar sambil menguap.

"Berisik deh, aku nggak bisa konsentrasi."

"Konsentrasi tidur? "

"Minta dihajar, huh?" Dami tersenyum polos dan memelas. Saat Gahyeon akan masuk, Handong sudah mendahului.

"Aaahhhh!  Ini giliran akuh 😡😡😡😠!" Gahyeon berteriak. Sambil menggedor pintu, ia menangis karena dia tak sabar menahan sakit perut.

"Udah jangan nangis, nih makan dulu." Gahyeon diberi makanan oleh JiU.

"Makasih, kakak cantik baik deh."

"Aku kira itu malah bakal bikin tambah sakit perut." Sua menggumam.

"iya tuh kayaknya."

Handong tak lama keluar dan JiU segera mendahului masuk.

"Ahhh leganya, beban hidup sudah keluar." Handong tersenyum tanpa dosa.

"Ihhh, undian macam apa kalau kalian pada jahat! Bagian aku selalu disela mulu!" Gahyeon marah dan murka.

"Emm, dia bawa makanan ke dalam toilet?" tanya SuA.

"Kayaknya iya, masa eek sambil makan." Siyeon membalas.

"Jorok."

Tak lama JiU keluar dan saat Gahyeon akan masuk, SuA menahannya.

"Kamu berani mendahului aku? Udah berani gak sopan ya?" tanyanya.

"Ini giliran aku."

"Oh, mau jatah makan kamu dikurangin ya."

Gahyeon menggeleng. SuA tersenyum puas, saat ia akan masuk, Siyeon sudah mendahului, tapi SuA tak mau kalah, alhasil mereka masuk bersama.

"Kalian semua jahat, mentang-mentang aku anak bungsu, seenaknya aja nge jahatin aku. 😭😭😭" Gahyeon berlutut menangis. Dia adalah anak yang terzolimi oleh kakak-kakak yang jahat.

"Yang sabar aja, ya. Akan kecil memang sering dijahatin." Handong mengelus Puncak rambut Gahyeon.

"Nih,mending makan lagi." JiU memberinya makanan lagi .

"Kalian gak ngaca, kalian sendiri ikutan pada jahatin dia." Yoohyeon menggumam pelan.

"Aahhh, iya terus aahh." Ada erangan SuA di dalam sana. Sontak saja semua tatapan tertuju pada pintu toilet.

"mereka ngapain?" tanya Yoohyeon.

"Jir, kayaknya mereka anu anu." Handong mendekatkan telinga ke pintu.

"Astaga, mereka gak tahu malu ya." Dami menggeleng singkat.

"Kok kedengaran enak, mereka lagi makan ya?" tanya JiU. Perkataannya diabaikan ketika ada desahan Siyeon terdengar di dalam sana.

"Mereka ngapain sih? Lama banget!" Gahyeon menggerutu, Handong tersenyum mesum saat mendengarkan itu.

Beberapa menit kemudian keduanya keluar dengan sempoyongan, lemas dan berkeringat.

"Eeknya gede, susah dikeluarinnya." SuA menggumam, ia dan Siyeon masih terengah kelelahan.

"Kayaknya kita punya penyakit sama, susah BAB." Siyeon membalas sambil berpegangan pada pintu, ia lemas hingga susah berdiri dengan tegak.

"Bohong banget." Semua memandang ke arah mereka.

"Dengan suara kayak gitu, mana ada yang bakal percaya." Yoohyeon bergumam pelan.

"Kalian mesum." JiU menuduh.

"Gak tahu malu." Dami Juga mengejek. Tapi kedua wanita itu cuek saja.

"Itu udah bersih, masuk sana." SuA menunjuk ke dalam toilet. Gahyeon masih berturut menangis sambil makan. Ia menggelengkan kepalanya.

"Aku nggak mau."

"Kenapa?"

"Bukannya kamu udah kebelet?"

"Ini karena kalian jahat, aku gak tahan dan keluar di sini." Gahyeon berbicara sambil menangis.

"Ihhhhh!" Semuanya mundur menjauh darinya.

"Dia eek di celana." Siyeon menunjuk pada Gahyeon sambil menutup mulut dengan tangan satunya.

"Astaga, pantesan bau." JiU menggumam.

"Ini gara-gara kalian semua tahu, gak ketahankan akhirnya!" Gahyeon berteriak marah.

"Kalian berdua juga ngapain lama-lama di dalam sana sambil desah desah kayak gitu?"

"Gak, kita cuma BAB kok." Siyeon berkilah.

"Bohong!" Gahyeon hendak berdiri.

"Jangan berdiri!" Semuanya berteriak mencegahnya untuk berdiri. Tapi sayangnya itu terlambat. Gahyeon berdiri dan... Pluk.

"Ihhhhh jijikkk!!!!!!!!" Semuanya berteriak keras.

***

Astaga, kasian banget dedek.

Btw, ini maunya kumasukan dalam Behind the scene. Tapi karena jumlah kata nya kebanyakan, maka kumasukan dalam buku ini aja. Uh, padahal udah disingkat dan diperpendek dialog mereka, tapi tetep aja jumlah kata nya kebanyakan.

Padahal aku mau up part mereka yang jualan. Duh, malah kepotong ini.

Ini cuma buat humor guys, semoga menghibur.

The Story of DreamCatcherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang