🐶Happy Yoohyeon Day🐶
Cerpen tahunan ini udah masuk ke awal tahun lagi, yaitu ke ulang tahun Yoohyeon. Ada yang penasaran sama cerpennya? Kalau mampir jelas kalian penasaran ya. Gimana ceritanya? Kita langsung aja masuk ke cerita.🐶***🐶
Pagi itu, Handong sedang memberi cat pada kuku tangannya, sedangkan Dami sedang membaca majalah, SuA dan Siyeon sedang melakukan lomba saling menatap, entah dari mana mereka mendapatkan ide lomba seperti itu.
Gahyeon berdiri di ambang pintu sambil menjilati jari-jarinya yang penuh bahan adonan kue. Terutama buttercream putih seolah Gahyeon sengaja meraup buttercream menggunakan kedua tangannya. Ia baru keluar dari dapur setelah membantu Yoohyeon.
“Apa yang sedang mereka lakukan?” tanya JiU yang baru saja masuk ruangan, ia baru keluar dari dapur, sama seperti Gahyeon, ia juga membantu Yoohyeon membuat kue hanya penampilan saja yang berbeda, JiU tak belepotan bahan kue seperti yang terjadi pada Gahyeon..
“Katanya sedang melakukan lomba saling menatap.” Handong menjawab dnegan cuek fokusnya tertuju pada jari-jarinya.
”Sudah berapa lama mereka seperti itu?” tanya JiU lagi. Kini ia berada di samping keduanya sambil membungkuk, memandang wajah mereka bergantian.
”Sekarang jam berapa?” balas Handong sambil menoleh pada JiU.
”Sembilan delapan belas.” Dami yang mewakili menjawab tanpa menoleh, Handong kemudian menghitung menggunakan jarinya.
”Lima menit.” Handong menjawab sambil menoleh membuat JiU membuka rahang tak percaya.
”Tanpa berkedip?”
”Hmm.”
JiU semakin terkejut saja dengan permainan aneh yang sedang mereka lakukan. Maka ia segera melambai di hadapan SuA dan siyeon untuk menghentikan permainan aneh itu.
”kalian stop. Tak berkedip bisa mengganggu mata loh, jangan main lomba konyol ini lagi.”
”Astaga, JiU kenapa ganggu sih? Padahal aku hampir menang.” SuA langsung memprotes karena gangguan yang JiU lakukan.
”Iya, dan matamu iritasi.”
”Perih juga ternyata.” Siyeon bergumam sambil berkedip terus.
”Baru sadar, ya ampun.” Handong bergumam sambil menggelengkan kepalanya, Siyeon mengambil obat tetes mata lalu meneteskan pada bagian mata kiri dan kanan.
”Kita main boneka saja sama aku yuk.” Gahyeon mengajak mereka, tangannya masih belum bersih karena banyaknya mentega putih itu.
”Itu membosankan, kamu main sendiri saja.” Dami langsung mengusir.
JiU yang melihat tingkah Gahyeon yang masih menjilati jarinya jelas agak risi, ia langsung memerintahkan gadis itu,
“Kamu bersihin dulu tuh tangan, jangan dijilat seperti itu.”
”Ini menteganya enak loh, banyak susunya.” Gahyeon malah tersenyum sambil memperlihatkan jari belepotannya. Buttercream memang memiliki bahan dari mentega dan susu.
“Gahyeon, cuci tangannya.” JiU kembali memerintahkan dnegan nada tegasnya membuat gahyeon cemberut.
”Iya, iya.” Setelah menggumam ketus, ia langsung kembali ke dapur untuk mencuci ekdua tangannya.
”Omong-omong, mana Yoohyeon?” tanya Siyeon setelah penglihatannya sudah normal kembali, sedangkan SuA masih berkedip-kedip setelah meneteskan obat tetes mata.
”Lagi bikin kue. Lebih tepatnya ngurus oven” JiU menjawab sambil mengangguk ke ara dapur.
”Oh, ini hari ulang tahunnya ya, aku sampai lupa.” SuA yang mengatakan kalimat itu.
“Kamu jahat deh, ulang tahun Yoohyeon sampai lupa.” JiU memukul bahu kiri SUA secara pelan. Ia langsung percaya begitu saya apa yang SUA katakan,
”Bercanda, aku udah siapin kadonya, masa lupa.”
”Bagaimana dnegan kalian?” tanya JiU beralih pada yang lain.
“Kado aku siap.” Siyeon menjawab.
”Hmm, kado sudah dibuat kok.” Dami juga membalas.
”Aku udah bungkus kado, tapi apa mesti kita rayain?” tanya Handong yang tak nyaman dengan acara ulang tahun. “Maksud aku, mungkin kita kasih hadiah aja, selesai deh, jangan ada hal lainnya.
“Iyalah. Kita harus merayakan setiap ulang tahun loh, ini adalah momen terbaik setiap satu hari dalam setahun hidup kita.” JiU menjelaskan alasan kenapa ulang taun itu harus dirayakan. Handong tahu kalau satu hari dalam satu tahun dalam hidup memang istimewa, jadi dirinya tak bisa membantah apa-apa meski dirinya tak suka pada perayaan aneh yang selalu berakhir kacau itu.
”Kenapa kuenya harus bikin?” tanya Siyeon pada JiU. Ia kemudian memberikan usulan dengan nada yang acuh tak acuh. ”Kenapa tak beli saja? Praktis dan cepat.”
”Membuat sendiri dan membeli jadi rasanya beda loh.”
”Beda bagaimana? Kue tetap kue.” Siyeon menggaruk kepalanya agak bingung.
”Maksudku ….” Jiu tak sempat memberikan penjelasan karena ….
”Aaaahhh!” Pada saat itu terdengar Yoohyeon yang menjerit dari dapur.
“Kakak tolong!” Gahyeon juga menjerit dari dapur sana, keduanya terdengar panik. Seketika perhatian mereka tertuju ke dapur, semuanya langsung berlari menuju ke arah sana.
Setibanya di dapur, ternyata oven terbuka di mana kue yang sedang dimasak malah tumpah meluap ke luar, Yoohyeon dan Gahyeon sedang berusaha menanggulangi apa yang terjadi, tapi kue terus saja meluap tanpa bisa ditahan. Dan itu masih mentah karena masih berbentuk cairan. Oven sudah dimatikan tapi adonan kue masih saja terus meluap.
“Astaga, bagaimana ini?!” Yoohyeon tampak panik.
“Apa yang terjadi di sini?”
“Ya ampun, kuenya meluap.”
”Penjelasannya nanti saja, apa yang harus aku lakukan?” tanya Yoohyeon tampak amat panik, bingung harus melakukan apa dengan kekacauan tersebut. Sedangkan adonan yang meluap sudah memenuhi oven dan sudah berceceran ke lantai.
JiU memegangi kepalanya, ia meringis sedih saat melihat keadaan dapurnya yang rusak seperti itu. ”Dapur aku. Kenapa bisa jadi begini?”
JiU segera mengambil wadah yang cukup besar untuk menampung adonan mentah yang sudah tercecer dan tumpah ke mana-mana. Ia berjongkok lalu menaruh wadah itu di bawah oven.
“Astaga, itu adonan kue sampai tumpah ke mana-mana.” SuA bergumam tak percaya.
”Pasti pengembangnya dimasukkan semua.” Siyeon mengasumsikan.
”Dan baking sodanya.” SuA menambahkan. “Kenapa kamu tambah berlebihan?” tanya SuA sambil menoleh pada Yoohyeon.
“Bukan aku!” seru Yoohyeon membantah, ia memang tak merasa melakukannya.
”Terus siapa kalau bukan kamu?” tanya Handong
”Gahyeon tadi bantu ya kan?” Yoohyeon langsung menoleh ke arah Gahyeon.
”Ehehehe.” Gahyeon hanya tersenyum polos, karena ia memang yang melakukannya, tentu ia tak bisa membantah, maka hanya itu tanggapan yang bisa dirinya lakukan.
”Gahyeon lagi.” SuA menghela napas lemah.
“Dia tukang kacau.” Dami bergumam meledek, suaranya sangat jelas sehingga semua bisa mendengar kalimatnya.
Gahyeon menoleh ke arah Dami, ia memandang Dami sambil cemberut. ”Ih, jangan bilang begitu dong, ini kesalahan kecil.” Gahyeon membela diri seperti biasa.
”Dapurnya jadi kayak gini, kesalahan kecil?” tukas JiU sambil menoleh ke arah Gahyeon.
“Itu ….” Gahyeon bingung harus mengatakan apa sebagai pembelaan.
JiU tak menunggu jawaban atas perkataan Gahyeon, lalu setelah itu ia secara hati-hati mengeluarkan wadah dari dalam oven itu.
Kemudian mereka melihat hasil kue yang hancurnya. Ada benda kuning berbulu di dalam kue itu ketika di potong.
“Itu apa?” tanya Handong sambil menunjuk ke arah wadah yang JiU keluarkan. Semua pasang mata langsung tertuju ke arah yang handong lihat.
”Jangan-jangan, oh ya ampun, jangan sampai dugaan aku bener.” JiU bergumam sambil menutup mulutnya. Semuanya menjadi penasaran dnegan apa yang ada di dalam adonan kue itu.
“Hm, aku penasaran, apa itu?” Siyeon bergumam pelan.
“Apa itu?” tanya Yoohyeon sambil berjongkok di samping JiU.
”Anak ayam.” JiU menjawab sambil bergidik.
Semuanya muntah seketika. Meski dari mereka belum ada satu pun yang mencicipi kue itu, tapi setelah melihat ada anak ayam mati di dalam kuenya, siapa yang tak akan muntah?
Selama beberapa detik lamanya, mereka masih mual masal, tak ada yang sempat pergi menuju wastafel atau toilet, mereka muntah di tempat akibat apa yang terjadi. setelah cukup lama, mereka beranjak dari sana untuk membersihkan tangan dan mulut mereka.
Setelah sudah tak ada apa-apa yang bisa dimuntahkan lagi, semuanya beralih memandang ke arah Gahyeon, sudah jelas gadis itu pelakunya meski ia tetap ikut muntah melihat anak ayam mati tersebut.
“Gahyeon, kenapa ada anak ayam di dalam kuenya?” tanya JiU sambil membungkam mulutnya, takut ia muntah lagi.
“Ya, kenapa bisa ada anak ayam di dalam sana? Astaga, itu mengerikan.” Yoohyeon menimpali, Ia masih merasa ngeri dengan apa yang terjadi.
“Itu ayam yang beberapa hari lagi akan menetas.” Dami bergumam sambil memegangi kepalanya.
”Aku salah ambil telur, aku kira kalau dikocok, anak ayamnya akan larut.” Gahyeon memberikan alasan yang terlalu polos dan benar-benar parah, ia tahu sendiri bahwa telur yang dimasukkan sudah telanjur menjadi ayam, tapi malah tetap dimasukkan ke dalam adonan.
”Itu bukan mentega. Astaga, anak ayam yang bentar lagi mau menetas.” SuA bergumam,mengulang perkataan Dami sebelumnya.
”Aku gak akan makan kue lagi seumur hidupku setelah lihat ini.” Handong bergumam, ia masih mual dengan apa yang sebelumnya dirinya lihat.
”Aku masih mual.” Siyeon bergumam dengan tangan kanan yang membungkam mulutnya.
“Kalian berlebihan deh, anak ayamnya cuma satu.” Gahyeon yang pura-pura tak peduli, ia mengatakan itu menyepelekan, padahal sebelumnya ia sudah muntah.
”Kalau begitu coba nih makan sendiri.” Yoohyeon yang kesal, mengambil adonan kue dengan tangannya langsung, kemudian mendorong ke arah Gahyeon.
Gahyeon yang melihat hal tersebut, ia langsung mual lagi, padahal kue itu tampak bersih, tak ada bagian anak ayam mati di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story of DreamCatcher
Historia CortaIni hanyalah sekumpulan cerpen dan cermin yang dibuat penulis khusus untuk mengisi waktu luang saja, humor, horor, drama, fantasi dan banyak genre lain, termasuk keabsurdan ceritanya. NB : Konten yang dishare semata untuk hiburan dan sebagai ungkapa...