Part 6

1.3K 88 4
                                    

Siang harinya saat semua pekerjaan rumah sudah selesai, kubaringkan tubuh ini di kasur. Rasanya lelah sekali mengerjakan pekerjaan rumah seorang diri. Salut pada Mbak Hana yang tidak pernah mengeluh, dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang istri, benar-benar seorang istri panutan untuk setiap wanita.

Tiba-tiba ponselku berdering. Ada panggilan dari Rere yang memberitahukan, kalau salah satu perusahaan ternama di Jakarta sedang membuka lowongan pekerjaan. CEO di sana sedang mencari sekretaris andal yang bisa diajak bekerja sama untuk memajukan perusahaannya.

Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Aku memang sedang membutuhkan pekerjaan, agar bisa membiayai kuliahku sendiri. Dengan begitu aku tidak akan memberatkan biaya kuliah lagi pada Mas Danish.

Hanya membutuhkan waktu seperempat jam, aku sudah sampai di Perusahaan Dektawijaya, melamar pekerjaan untuk pertama kali, membuat hati dan pikiranku tidak karuan. Bagaimana kalau CEO itu menolakku?

Namun, segera kubuang jauh-jauh pikiran itu. Bismillah, semua karena Allah dan atas ijin Allah. Kumantapkan hati melangkah menuju resepsionis, menjelaskan maksud kedatanganku ke sana. Alhamdulillah, mereka ramah, dan langsung mengantarku ke ruangan CEO-nya langsung.

"Selamat siang, Pak."

"Siang!"

"Ini ada Mbak Naura ingin melamar pekerjaan di sini."

"Suruh dia masuk!"

"Silahkan masuk, Mbak. Saya permisi dulu!"

Aku mengangguk, dan segera masuk ke dalam ruangan itu. Keringat dingin mulai membasahi seluruh tubuh. Entah mengapa hati ini tak bisa diajak kompromi sedikit pun. Bagaimana mau interviu dengan baik, jika hati dan pikiran tak karuan seperti ini.

"Siang, Pak."

"Siang, silakan duduk!"

Aku terkejut, saat kedua netra kami bertemu. Rasa-rasanya aku pernah melihat lelaki itu, tapi di mana?

"Kamu ...." ucap CEO itu terkejut.

"Siapa, ya?"

"Kamu itu cewek yang waktu itu menabrakku, dan langsung kabur begitu saja!"

"Maaf, Pak. Aku lupa!"

"Pikun!"

"Apa?"

"Coba saya lihat lamaran pekerjaannya! Kalau usiamu di atas 40 tahun, maka perusahaan ini akan langsung menolakmu."

Andai saja lelaki di depanku ini bukan seorang CEO, sudah pasti akan kubuang langsung ke selokan. Kulit wajah masih segar seperti ini, kok di bilang sudah tua. Mata lelaki ini sepertinya sudah mulai merabun.

Hampir dua jam kami melakukan interviu. Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan CEO itu menurutku sedikit aneh. Untung saja, semua pertanyaannya bisa kujawab semua.

"Baiklah, mulai besok kamu sudah bisa bekerja di perusahaan ini. Aku harap kamu bisa diajak bekerja sama untuk membantu memajukan perusahaan ini!"

"Baik, Pak! Kalau begitu saya permisi."

Setelah mendapat anggukan dari lelaki itu, aku langsung keluar dari ruangan. Untung saja tidak banyak pertanyaan yang dilontarkan CEO itu kepadaku. Kalau tidak, sudah pasti aku akan kebingungan menjawab pertanyaan-pertanyaan anehnya itu.

🍂🍂🍂

Sesampainya di rumah, aku langsung bergegas ke dapur. Sebentar lagi Mas Danish pulang, aku harus segera menyiapkan makanan untuk lelaki itu. Pada saat akan mengambil bumbu, tidak sengaja netraku menemukan buku resep masakan milik Mbak Hana. Di sana lengkap tertulis, makanan apa yang di suka dan tidak di suka Mas Danish.

Tasbih Cinta NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang