Aku terkekeh melihat Mas Danish terjatuh di lantai dengan posisi tengkurap. Wajahnya memerah menahan malu. Namun, tak lama kemudian, lelaki itu langsung menatap tajam ke arahku.
"Kenapa kau tertawa?"
"Lucu." Aku langsung membekap mulut.
"Apa yang lucu?"
"Nonton pertunjukan!"
"Kau pikir, aku ini sedang pertunjukan topeng monyet, hah! Sepertinya kau senang melihat aku menderita seperti ini."
"Emang!"
Aduh, mengapa mulutku selalu keceplosan seperti ini. Bisa-bisa nanti taring Mas Danish keluar. Sebelum hal itu terjadi, aku harus pergi dari hadapannya. Namun, baru saja aku akan melangkah, terdengar suara sesuatu dari perut Mas Danish.
Krucuk-krucuk!
"Suara apa itu, yak?" tanyaku, seraya menahan tawa yang sudah siap meledak.
"Perutku, kenapa?"
"Oh!"
"Lama-lama kau semakin menyebalkan!"
"Hati-hati, dari menyebalkan, nanti bisa jadi jatuh cinta, Mas!" ledekku.
"Tidak akan!"
"Baiklah, lihat saja nanti!"
"Sekali lagi kutegaskan padamu. Aku tidak akan pernah tertarik padamu, apalagi sampai jatuh cinta pada wanita sepertimu! Sorry, Hana lebih baik segalanya daripada dirimu!"
Rasa sesak memenuhi rongga dada. Apa yang diucapkan Mas Danish mampu membuat hati ini memanas. Akan tetapi, mengapa ada rasa yang berbeda, saat Mas Danish membanding-bandingkanku dengan Mbak Hana?
"Hm, Mbak Hana itu memang bidadari yang dirindukan surga, Mas. Jadi, tidak perlu membanding-bandingkannya denganku! Sekarang lebih baik kau pulang, dan langsung makan malam. Kasihan perutmu sudah keroncongan minta diisi!"
Setelah mengatakan itu, aku langsung berlalu dari hadapan Mas Danish. Lelaki itu selalu berhasil membuatku kesal! Entah apa yang membuat Mbak Hana begitu mencintainya. Padahal, bagiku lelaki itu biasa saja.
"Kau harus ikut pulang bersamaku! Kalau tidak, Hana pasti akan menyuruhku tidur di sofa ruang tamu!" ucap Mas Danish menyusulku ke ruang Tv.
"Bodo amat!"
"Kau ...."
"Aku cape, Mas. Lebih baik kamu pulang. Kalau bisa, jangan pernah menemuiku lagi!"
Tanpa aba-aba terlebih dahulu, Mas Danish langsung membopongku, dan memasukkanku ke dalam mobilnya. Tak lupa sebelumnya ia mengunci pintu terlebih dahulu.
Aku berusaha menetralkan debaran dalam dada. jantungku ... mengapa berdegup tak karuan seperti ini?
"Jangan senang dulu! Aku tadi terpaksa membopongmu masuk ke mobil. Kalau tidak, mungkin sampai besok pagi, Hana akan menunggu kita dengan penuh kecemasan."
Mbak Hana, kalau saja bukan demi dirimu. Aku tidak ingin seperti ini. Ingin rasanya aku menjauh dari kehidupan kalian, banyak sekali hal-hal yang kutakutkan. Terutama, takut jatuh cinta pada Mas Danishmu, Mbak.
Ya Allah, mengapa semua ini begitu sulit untukku? Akankah semua berakhir dengan indah? Tak ada yang kuinginkan di dunia ini, selain kebahagiaan untuk Mbak Hana.
"Mas Danish aku punya ide!"
"Ide apa?"
"Kita berpura-pura akur di hadapan Mbak Hana, agar dia tidak sedih memikirkan kita. Kalau di luar rumah, anggap saja kita tidak saling mengenal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Cinta Naura
RomanceNaura terkejut, saat tiba-tiba Hana memintanya untuk menjadi istri kedua dari Danish yang tak lain suaminya sendiri. Awalnya ia menolak, karena baginya tak ada seorang istri pun di dunia ini yang menginginkan memiliki madu dalam rumah tangganya. Aka...