Part 10

1.3K 77 3
                                    

Mas Danish datang menghampiriku, dengan wajah merah padam menahan amarah. Penampilan lelaki itu jauh dari kata rapi.

"Ada apa denganmu, Mas? Dan apa yang membuatmu marah seperti itu?" tanyaku seraya melangkah mundur.

Mas Danish menekan kedua sudut bibirku dengan kasar, dari sorot matanya jelas terlihat, kalau lelaki itu tengah marah. Entah apa yang telah membuatnya kalap seperti ini. Aku seperti tidak mengenali sosok suamiku sendiri.

"Sekarang katakan, apa maksud dari ucapan Marcell!"

"Perkataan yang mana, Mas?"

"Jangan berpura-pura tidak tahu! Apakah benar kalau kau itu calon istrinya Marcell?"

"Memangnya kenapa, Mas? Bukankah itu keinginan hatimu, agar bisa terbebas dari pernikahan tanpa cinta ini?"

"Ingat, Naura! Aku memang tidak menginginkan pernikahan ini, tetapi aku tidak akan membiarkan kau menikah dengan lelaki mana pun, karena kalau itu sampai terjadi, maka sama saja aku membuat Hana bersedih. Kau boleh memiliki kekasih, tetapi tidak untuk dijadikan suami." Setelah mengatakan itu Mas Danish langsung keluar dari kamarku.

Tubuh ini langsung merosot ke lantai, tanpa terasa butiran bening mengalir deras dari kedua sudut mataku. Lelaki itu terlalu keras kepala. Sadar tidak sadar, ia telah menggoreskan luka yang cukup dalam di hatiku. Apakah aku tak pantas dicintai lelaki seperti Mas Danish?

Awalnya aku tidak pernah tahu, jika cinta itu akan sesakit ini. Kukira cinta itu sederhana, hanya mencintai dan dicintai, lalu menikah dan hidup bahagia. Namun, penilaianku ternyata salah. Cinta di dunia nyata, tak semulus cinta dalam FTV.

Kuembuskan napas perlahan. Menjalani kehidupan berumah tangga tanpa cinta itu ternyata tidak mudah. Apalagi hidup satu atap bersama suami seperti Mas Danish, harus benar-benar sabar dalam menghadapi sikap dan sifatnya yang terkadang menguras emosi.

Kutatap kembali lengkung langit di atas sana. Keindahannya membuatku menyadari satu hal, langit malam tidak akan terlihat cantik, bila tanpa dihiasi bintang dan rembulan. Begitu pun dengan cinta, ia tidak akan terasa bermakna, jika tak ada masalah di dalamnya.

Aku segera keluar kamar dan langsung menghampiri Mas Danish di kamarnya. Lelaki itu tengah duduk di tepi ranjang, seraya menatap sendu foto Mbak Hana.

"Mas!"

"Kenapa kamu masuk tanpa izinku?"

"Tadi kebetulan kamarmu terbuka, Mas."

"Tapi tidak berarti kamu bebas masuk ke kamarku!"

"Maaf, Mas. Aku hanya ingin membicarakan tentang hubungan kita."

"Hubungan kita?"

"Iya, Mas."

"Tak ada yang perlu dibicarakan tentang hubungan kita. Ucapanku tadi sudah cukup mewakili penjelasan tentang hubungan kita. Kau boleh mencintai lelaki lain, tetapi tidak bisa menikah dengannya!"

"Mas, aku hanya ingin rumah tangga yang normal seperti rumah tangga yang kamu jalani dulu bersama Mbak Hana."

Lelaki itu tersenyum kecut. "Jangan pernah berharap cinta dariku, jika tidak ingin merasakan sakit hati, karena sampai kapan pun cintaku hanya untuk Hana!"

"Mas, aku tidak akan melarangmu untuk mencintai Mbak Hana, karena walau bagaimanapun Mbak Hana itu wanita yang luar biasa hebat. Namun, apakah Mas akan terus-menerus hidup dalam bayang-bayang Mbak Hana?"

"Apa maksudmu?"

"Mbak Hana pasti sedih, bila tahu lelaki yang dicintainya seperti ini. Kamu harus bangkit dari keterpurukan ini, Mas. Dan mencoba untuk membuka hatimu untuk wanita yang lain!"

Tasbih Cinta NauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang