Awalnya kumengira, Mas Danish akan langsung berbalik ke kamarnya. Namun, ternyata dia malah melangkah masuk ke kamarku. Entah apa yang akan dilakukannya, sore ini sikapnya sungguh aneh dan cukup membuatku kesal.
"Sebaiknya kamu kembali ke kamar, Mas. Aku sedang ingin istirahat, besok pagi-pagi harus menemani Pak Marcell meeting!"
"Mulai malam ini kita akan tidur dalam satu kamar yang sama!"
Mataku mendelik tak percaya. Sejak kapan Mas Danish pikirannya menjadi eror seperti ini. Bukankah dari awal pernikahan, dia sudah memutuskan untuk tidak tidur sekamar denganku, tetapi mengapa hari ini pikirannya berubah?
"Enak saja! Aku tidak sudi tidur dengan lelaki sepertimu."
"Memangnya kenapa? Bukankah kita sudah sah menjadi sepasang suami istri, baik di mata hukum maupun mata agama?"
"Tetap saja aku tidak setuju!"
"Setuju tidak setuju, kamu harus setuju! Ayo kita tidur."
Mas Danish masuk ke kamar, dan langsung mengempaskan tubuhnya di kasur. Kuembuskan napas kasar, lalu mendekati lelaki itu di ranjang.
Kutempelkan telapak tangan di keningnya. "Pantas saja pikiranmu aneh. Rupanya kamu sedang demam, Mas!"
"Temani aku tidur!"
"Lebih baik aku tidur sama kucing, daripada harus tidur denganmu!"
"Kamu ...."
Kuambil selimut dan bantal, malam ini terpaksa harus tidur di sofa kamar. Lelaki itu tidak mungkin akan berubah pikiran. Mengingat wataknya yang keras, juga gengsinya yang cukup tinggi. Namun, di luar dugaan, lelaki itu datang mendekat, lalu membopongku ke ranjang.
"Turunkan aku, Mas!"
Mas Danish merebahkan tubuhku di ranjang dengan perlahan, lalu kembali ke sofa untuk mengambil selimut dan bantal yang tadi sempat kupindahkan untuk tidur di sana.
"Ternyata tubuhmu berat juga, ya!" ucapnya seraya membaringkan tubuhnya di sampingku.
"Ada apa denganmu, Mas? Tidak seperti biasanya sikapmu baik seperti ini," ucapku seraya tersenyum kecut.
"Aku ...."
"Sudahlah, Mas! Aku mengerti, pernikahan ini terjadi tanpa adanya cinta di antara kita. Jadi, lepaskan aku. Dengan begitu, tidak akan ada lagi penghalang hubunganmu dengan wanita mana pun."
"Bukan itu yang aku ingin, kan!"
"Lepaskanlah, Mas. Percuma diteruskan, hanya akan membebani kita berdua. Raihlah kebahagiaanmu bersama seorang yang tepat, seseorang yang mampu menarik simpati dan hatimu setelah Mbak Hana."
Sejenak tak ada balasan dari Mas Danish. Mungkin saja lelaki itu tengah merenungi apa yang barusan kubicarakan padanya. Akan tetapi, menurutku itu jauh lebih baik, daripada menjalani biduk rumah tangga tanpa cinta, hanya akan menyakiti hati kami masing-masing.
Namun, kemudian tangan Mas Danish melingkar di perutku. Lelaki itu mendekatkan bibirnya tepat di telingaku.
"Beri aku kesempatan untuk memperbaiki semua. Biarkan aku mengenalmu lebih jauh. Satu hal yang harus kamu tahu, tidak mudah bagi seorang Danish untuk berpindah ke lain hati. Namun, jika kamu berhasil menarik simpatiku, apalagi berhasil membuatku jatuh cinta, maka selamanya cinta dan hati ini akan menjadi milikmu."
Entah mengapa jantung ini berdetak dengan begitu cepat, seakan setiap kata yang diucapkan lelaki di sampingku seperti bidikan peluru yang tepat langsung mengenai dadaku.
Mungkin aku ini bucin, lemah, dan bodoh. Namun, aku tak bisa membohongi perasaanku sendiri, rasa itu ada untuk Mas Danish. Walau hati ini berusaha menolaknya, tetapi kian hari rasa itu semakin membesar untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasbih Cinta Naura
Lãng mạnNaura terkejut, saat tiba-tiba Hana memintanya untuk menjadi istri kedua dari Danish yang tak lain suaminya sendiri. Awalnya ia menolak, karena baginya tak ada seorang istri pun di dunia ini yang menginginkan memiliki madu dalam rumah tangganya. Aka...