|sip-il|

768 77 9
                                    

Kota Bogor memang dikenal sebagai kota dengan curah hujan yang tinggi, sehingga julukan "Kota Hujan" sangat pas untuk di sematkan. Tetapi tahukah kalian terdapat julukan lain yang tersemat pada kota yang satu ini?

Ya, "Kota Sejuta Taman".

Tidak bisa dipungkiri jika julukan tersebut memang benar adanya. Sebab di berbagai penjuru kota hingga ke pelosok sekalipun, taman dengan pohon rindang yang menyejukkan siap menyambut. Termasuk diantaranya di kampus yang menjadi salah satu simbolis Kota Bogor, yakni Institut Pertanian Bogor atau biasa disingkat IPB.

Meski kini langit telah bertemaram senja, taman yang berada di timur kampus ini masih senantiasa ramai. Entah penyebab ramainya dikarenakan udara sejuk yang tersalur dari pohon-pohon yang menjulang tinggi atau pada dasarnya tempat ini sungguh sesuai bagi para mahasiswa untuk mengerjakan tugas yang telah mepet deadline. Tapi satu faktor yang dapat dipastikan menjadi penyebab keramaian pada hari ini, yakni fakta bahwa sedang diadakannya Masa Pengenalan Kampus Mahasiswa Baru—MPKMB.

Banyak mahasiswa-mahasiswi baru yang berkeliling kampus untuk lebih mendalami daerah kampus yang tidak diberitahu oleh kakak pembimbing secara jelas maupun menandai lokasi yang sekiranya cocok demi dijadikan tempat nongkrong nantinya. Sayang apa yang dikemukakan sebelumnya bukan menjadi alasan seorang gadis berpakaian kemeja putih serta bawahan rok hitam tersebut tuk mendaratkan bokong di kursi taman itu. Tangannya bergerak membuka tas ransel miliknya, mencari sekotak susu vanilla.

"Aha!" respon Rain ketika menemukan apa yang ia cari, selayaknya ia menemukan sebuah harta karun berharga. Segera Rain meminum susu di tangannya sembari menunggu kedatangan kedua temannya. Kedua netra Rain pun tidak tinggal diam. Netranya menjelajahi sekeliling taman dan mendapati beberapa orang yang berpakaian sama seperti dirinya. Beberapa malahan sudah ia ketahui namanya. Yah, wajar sih, sebab taman yang ia kunjungi kini lumayan dekat dengan fakultasnya.

Namun seseorang yang tidak ia inginkan penampakannya, lagi dan lagi muncul di lingkup jarak edarnya. Otomatis kepala Rain menunduk ke bawah, pura-pura sibuk membenarkan tali sepatu yang semula sudah terikat rapih. Sesekali matanya melirik ke arah objek yang belum juga beranjak pergi.

Aduh kapan perginya, sih! dumel Rain dalam hati.

"Rain!" Suara cempreng Elma menghampiri gendang telinga Rain. Ingin rasanya Rain mengumpat Elma sekeras-kerasnya, lantaran orang yang sedari tadi dihindari oleh Rain menoleh ke sumber suara. Dengan kalang kabut, Rain bergegas melangkah ke arah Elma dan Vero. Tanpa berniat memberi penjelasan terlebih dahulu, Rain menarik paksa kedua temannya itu secepat mungkin dari tempat mereka berada.

"Lo kenapa, sih? Lagi dikejar setan?!" Elma menarik tangannya.

"Iya, nih! Ada apa sih emangnya?" tanya Vero kepada Rain.

"Lo tau nggak, sih?" Mata Rain membulat penuh seolah menunjukkan jikalau kalimat yang akan diucapkannya mampu menggemparkan dunia. "Tadi disana ada si Pram!"

"Dia 'kan emang kuliah disini. Lo nggak tau?"

Rain berdecak. "Ya, kalo itu gue tau. Cuman gue nggak nyangka aja ternyata dia satu fakultas sama gue."

"Dan lo tau apa yang lebih mengagetkan lagi?" Serempak Vero dan Elma menggeleng.

"Ternyata dia anggota BEM!! Terus dia jadi salah satu kakak pembimbing jurusan gue," suara Rain lemas.

"Ditambah Jane plus satu temennya se-fakultas juga sama gue."

Elma menepuk pundak Rain seakan-akan prihatin dengan nasib temannya yang satu itu. "Yang sabar, ya, nak. Mungkin memang ini waktunya ajalmu menjemput."

NeoegeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang